15/05/2025
Menikah itu artinya berani BERHENTI, Berhenti bersenang-senang sendiri karena ada istri yang harus selalu dibersamai.
Berhenti chatting dengan lawan jenis jika memang tidak ada kepentingan,
Berhenti beranggapan bahwa laki-laki harus selalu ditaati,dihormati dan semua kemauannya harus dituruti,
Berhenti melihat kelebihan orang lain yang tidak ada dalam diri istri,
Berhenti merasa paling banyak berkorban dan berjasa dalam pernikahan,
Berhenti untuk selalu merasa benar,
Berhenti untuk menghitung segala kebaikan yang kita berikan dalam pernikahan ini,
Berhenti berpikir bahwa ISTRI harus bertanggung jawab terhadap rumah dan anak-anak karena suami sudah mencukupi semua kebutuhan keluarga.
Namun pada kenyataannya banyak sekali rumah tangga yang suami istri tinggal bersama namun tak sehidup bersama,
Istri terbiasa melakukan segala hal sendirian,
Suami bebas keluar tanpa harus pamitan kepada Istri
Istri dibiarkan keluar sendiri tanpa ada kehawatiran suami,
Sulit berkomunikasi dengan suami meskipun dalam posisi family time karena suami sibuk dengan urusan dan gadgetnya,
Ini bukanlah sesuatu yang BERHENTI namun dalam kata lain saling MENYAKITI.
pada akhirnya munculah rasa paling berkorban dalam rumah tangga, karena faktanya setelah menikah, bukannya istri punya partner dalam rumah tangga, punya teman untuk berbagi cerita tapi pada kenyataannya seperti dibiarkan berjuang sendirian.
lantas apakah ini layak disebut rumah tangga?
Istri tidak pernah merasakan kehadiran suami dengan nyata padahal faktanya tinggal bersama,
Istri tidak punya teman cerita padahal ada suami yang membersamainya,
Istri merasa kesepian padahal ada sosok yang suami yang seharusnya jadi teman,
Tak ada empati namun terlihat saling menyayangi,
Tak ada komunikasi yang sehat padahal dulu berikrar untuk jadi partner hingga akhir hayat.
Ingatlah kembali apa tujuanmu menikahi istrimu?
Ingatlah kembali kenapa engkau berani menghalalkannya?
Ingatlah kembali perjuanganmu untuk mendapatkannya?
Ingatlah kembali kebaikan-kebaikannya.
Ingatlah kembali bagaimana iya mengorbankan diri untuk memberimu gelar seorang ayah.
Dia adalah istrimu, ibu dari anak-anakmu, jangan mudah engkau mengabaikan karena hal itu sangat menyakitkan.
jadilah partner terbaiknya, jangan sampai ia mati rasa karena tak ada pedulimu terhadapnya.