Bimbel Missisti Rubae'ah

Bimbel Missisti Rubae'ah Open registrasi Bimbel Missisti

JENIS ANAK INKLUSI DI SEKOLAH01. Gangguan Spektrum Autisme (GSA/ASD)Ciri Spesifik: • Kesulitan dalam komunikasi dua arah...
28/07/2025

JENIS ANAK INKLUSI DI SEKOLAH

01. Gangguan Spektrum Autisme (GSA/ASD)

Ciri Spesifik:
• Kesulitan dalam komunikasi dua arah.
• Perilaku repetitif (mengulang-ulang).
• Sensitif terhadap suara atau sentuhan.
• Kontak mata terbatas.

Cara Menghadapi:
• Gunakan visual schedule dan struktur aktivitas yang jelas.
• Beri instruksi singkat, konsisten, dan ulangi bila perlu.
• Hindari perubahan mendadak; beri peringatan sebelumnya.
• Latih interaksi sosial secara bertahap.

02. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Ciri Spesifik:
• Sulit duduk diam, banyak bergerak.
• Impulsif dan sulit mengontrol perilaku.
• Kurang fokus, mudah teralihkan.
• Sering menyela saat orang lain bicara.

Cara Menghadapi:
• Gunakan strategi duduk di barisan depan/dekat guru.
• Terapkan aturan yang jelas dan berulang.
• Gunakan reward system untuk perilaku positif.
• Berikan waktu istirahat singkat saat gelisah.

03. Specific Learning Disorder (Gangguan Belajar Spesifik)

Ciri Spesifik:
• Kesulitan membaca (disleksia).
• Kesulitan menulis (disgrafia).
• Kesulitan berhitung (diskalkulia).

Cara Menghadapi:
• Gunakan metode belajar multisensori.
• Sediakan waktu tambahan untuk tugas.
• Gunakan alat bantu visual atau teknologi.
• Berikan instruksi bertahap dan langsung.

04. Intellectual Disability (Disabilitas Intelektual)

Ciri Spesifik:
• IQ di bawah rata-rata.
• Sulit memecahkan masalah atau berpikir logis.
• Perlu waktu lebih lama memahami informasi.

Cara Menghadapi:
• Gunakan pendekatan individual.
• Materi sederhana, konkret, dan berulang.
• Berikan dukungan visual dan praktik langsung.
• Perkuat dengan pembelajaran kontekstual.

05. Emotional and Behavioral Disorders (Gangguan Emosi/Perilaku)

Ciri Spesifik:
• Mudah marah atau cemas.
• Sulit bekerja sama atau mengikuti aturan.
• Perubahan emosi ekstrem.

Cara Menghadapi:
• Ciptakan lingkungan kelas yang aman dan positif.
• Bangun hubungan yang suportif dan penuh empati.
• Libatkan layanan konseling atau BK.
• Terapkan strategi penguatan positif.

06. Speech and Language Impairments (Gangguan Bicara/Bahasa)

Ciri Spesifik:
• Kesulitan mengucapkan kata dengan jelas.
• Sulit memahami atau menyampaikan pesan.
• Lambat dalam perkembangan bahasa.

Cara Menghadapi:
• Gunakan kalimat sederhana dan jelas.
• Beri waktu tambahan untuk menjawab.
• Gunakan alat bantu komunikasi visual.
• Libatkan terapis wicara bila memungkinkan.

07. Hearing Impairment (Tunarungu)

Ciri Spesifik:
• Kesulitan mendengar percakapan atau suara guru.
• Ketergantungan pada bahasa isyarat atau membaca bibir.
• Miskomunikasi dalam kegiatan lisan.

Cara Menghadapi:
• Tempatkan siswa di depan kelas atau dekat guru.
• Gunakan bahasa tubuh dan visual pendukung.
• Gunakan alat bantu dengar atau tulisan.
• Sediakan transkrip atau bahan visual.

08. Visual Impairment (Tunanetra)

Ciri Spesifik:
• Kesulitan membaca tulisan di papan atau buku.
• Perlu bantuan untuk navigasi ruang kelas.
• Ketergantungan pada pendengaran atau sentuhan.

Cara Menghadapi:
• Sediakan materi audio atau braille.
• Gunakan cetakan huruf besar dan kontras tinggi.
• Hindari hambatan fisik di kelas.
• Dampingi saat berpindah tempat.

09. Multiple Disabilities (Disabilitas Ganda)

Ciri Spesifik:
• Kombinasi dua atau lebih gangguan (misalnya tunanetra dan autisme).
• Kebutuhan belajar yang sangat kompleks.

Cara Menghadapi:
• Rencana pendidikan individual (RPI).
• Libatkan tim profesional multidisiplin.
• Gunakan metode yang fleksibel dan terintegrasi.
• Berikan bantuan penuh dalam aktivitas sehari-hari.

10. Other Health Impairments (Gangguan Kesehatan Lain)

Ciri Spesifik:
• Kondisi medis seperti epilepsi, asma, diabetes, atau ADHD.
• Memengaruhi energi, stamina, atau konsentrasi.

Cara Menghadapi:
• Fleksibilitas dalam jadwal belajar.
• Pahami kondisi medis dan tanda darurat.
• Bekerja sama dengan tenaga medis atau keluarga.
• Sediakan waktu istirahat yang cukup.

Orang paling emosional sering merasa paling benar. Sayangnya, justru di momen itu kata-kata kita paling tidak rasional.S...
28/07/2025

Orang paling emosional sering merasa paling benar. Sayangnya, justru di momen itu kata-kata kita paling tidak rasional.

Seorang manajer kehilangan kendali saat rapat. Suaranya meninggi, argumennya tajam, ekspresinya penuh tekanan. Setelah itu ia menyesal. Tapi kerusakan sudah terjadi. Timnya diam. Tidak lagi percaya. Di sisi lain, ada orang yang bisa bicara tenang saat dituduh. Tidak membalas serangan. Tapi pesannya tetap sampai. Sikapnya tegas. Suaranya stabil. Ia tidak kehilangan wibawa, justru bertambah dihormati.

Keduanya sedang menghadapi emosi. Tapi yang satu dikendalikan, yang lain mengendalikan.

Menurut riset Harvard Medical School, butuh waktu 90 detik bagi emosi intens seperti marah, kecewa, atau takut untuk melewati puncaknya dalam otak manusia. Sisanya bukan karena emosi itu sendiri, tapi karena kita memilih untuk tetap berada di dalamnya.

Maka pertanyaannya bukan: bagaimana agar tidak emosi? Tapi: bagaimana tetap tenang saat harus bicara dalam emosi?

Berikut 7 cara berdasarkan buku-buku psikologi dan komunikasi kredibel untuk tetap jernih saat kamu harus berbicara di tengah tekanan emosional:

1 Sadari bahwa emosi itu datang seperti ombak, bukan banjir

Dalam Emotional Agility oleh Susan David, emosi dijelaskan sebagai sinyal, bukan komando. Ia datang dan pergi. Tapi saat kamu memperlakukannya seperti banjir yang harus segera disumbat atau dilawan, kamu justru terseret. Kesadaran bahwa emosi adalah tamu, bukan tuan rumah, membuatmu bisa menunggu gelombangnya lewat sebelum bicara.

2 Gunakan jeda mikro, bukan reaksi spontan

Buku Crucial Conversations karya Kerry Patterson menyarankan teknik “pause and label” saat kita terpicu secara emosional. Misalnya, saat kamu ingin membalas kalimat yang menyakitkan, tahan dua detik. Lalu sebut dalam hati: “Saya marah.” Pemberian label itu seperti menyalakan lampu di ruangan gelap. Kamu jadi punya jarak dengan emosimu, dan itu memberi ruang untuk memilih respon.

3 Ubah napas, ubah nada bicara

Dalam The Body Keeps the Score oleh Bessel van der Kolk, dijelaskan bahwa cara kita bernapas menentukan kondisi sistem saraf. Saat marah, napas menjadi pendek dan cepat, yang membuat suara meninggi dan nada memanas. Tapi jika kamu ambil satu napas dalam lewat hidung, lalu hembuskan perlahan dari mulut, sistem tubuhmu perlahan menyesuaikan. Nada bicaramu ikut tenang, dan isi pesanmu lebih diterima.

4 Fokus pada pesan, bukan perasaan

Terapis komunikasi Marshall Rosenberg dalam bukunya Nonviolent Communication mengajarkan: saat emosi memuncak, kembalilah pada niat komunikasi. Tanyakan: apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan? Dengan mengalihkan perhatian dari “rasa saya” ke “pesan saya”, kamu menggeser posisi dari reaktif ke reflektif.

5 Gunakan kalimat ‘aku’, bukan ‘kamu’

Saat kamu bicara dalam emosi, kalimat seperti “kamu selalu begini” memicu defensif. Tapi kalimat “saya merasa kecewa karena harapan saya tidak terpenuhi” membuka ruang untuk didengarkan. Ini bukan trik manipulasi, tapi cara sehat menjaga arah diskusi. Hal ini dijelaskan secara praktis dalam buku Difficult Conversations karya Douglas Stone.

6 Latih komunikasi dalam tekanan kecil sebelum krisis besar

Tenang dalam emosi itu bukan bawaan, tapi latihan. Di buku Thinking, Fast and Slow oleh Daniel Kahneman, dijelaskan bahwa otak kita punya dua sistem: cepat dan lambat. Sistem cepat itu impulsif. Sistem lambat itu rasional. Kamu bisa melatih sistem lambat dengan simulasi. Coba bicarakan hal sensitif dalam suasana santai. Uji dirimu di konflik kecil, sebelum diuji di konflik besar.

7 Evaluasi usai bicara: apakah saya berhasil menjaga makna?

Setelah emosi reda dan kata-kata sudah keluar, cek kembali: apakah pesan saya sampai, atau justru terlindas oleh nada? Refleksi ini bukan untuk menyalahkan diri, tapi untuk memperkuat kontrol emosional di masa depan. Dalam The Art of Communicating karya Thich Nhat Hanh, komunikasi yang utuh bukan hanya soal berkata, tapi juga menyadari dampaknya setelah itu.

Jika kamu merasa teknik ini membuka ruang baru dalam cara berpikirmu, berlangganan di logikafilsuf. Kita akan terus mengupas bagaimana pikiran, kata, dan emosi saling membentuk jati diri dan pengaruh kita di dunia nyata.

Bicara dalam emosi bukan hal yang bisa selalu dihindari. Tapi menghadapinya dengan tenang adalah pilihan yang bisa dilatih. Semakin sering kamu memilih untuk tenang, semakin kuat kamu berdiri di tengah badai kata dan perasaan.

Kalau kamu punya pengalaman menarik saat bicara di tengah emosi, tuliskan di komentar. Dan jangan lupa bagikan artikel ini ke orang terdekat yang sedang belajar mengendalikan emosinya. Siapa tahu, tenangmu bisa menular.

Banyak orang berpikir menjaga batas artinya bersikap dingin. Justru yang paling efektif adalah ketika kamu tetap tenang ...
27/07/2025

Banyak orang berpikir menjaga batas artinya bersikap dingin. Justru yang paling efektif adalah ketika kamu tetap tenang tapi tegas. Dalam Nonviolent Communication karya Marshall Rosenberg, dikatakan bahwa komunikasi yang jujur dan empatik justru lebih disegani daripada yang agresif.

Menjaga batas bukan berarti menjauhkan orang lain, tapi mendekatkan dirimu pada ketenangan yang selama ini kamu cari.

Ada satu pola yang sulit dikenali tapi menghancurkan perlahan. Kamu selalu bilang iya saat diminta bantuan. Kamu sering merasa bersalah jika menolak. Kamu menganggap dirimu rendah jika tidak bisa memenuhi ekspektasi orang. Lama-lama, kamu lelah. Tapi tidak tahu kenapa.

Kamu merasa kehilangan kendali atas hidupmu sendiri.

Dalam psikologi, kondisi ini disebut boundary collapse. Ketika kamu tidak punya batasan yang jelas, maka kamu membuka pintu bagi orang lain untuk masuk ke wilayah pribadimu, mengambil waktumu, emosimu, bahkan harga dirimu.

Menurut buku Set Boundaries, Find Peace karya Nedra Glover Tawwab, batas sehat bukanlah bentuk keegoisan. Justru itu bentuk cinta diri yang dewasa. Orang yang punya batasan jelas lebih sedikit stres, lebih jujur, dan lebih disegani dalam relasi.

Faktanya, penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa individu yang mampu menetapkan batas tegas cenderung lebih bahagia dan memiliki tingkat depresi yang lebih rendah.

Berikut 7 cara yang psikologi ajarkan untuk menjaga batas sehat, agar kamu bisa tetap menjadi pribadi yang hangat tanpa kehilangan arah dan tenaga.

1 Kenali hak dasar dirimu

Buku The Assertiveness Workbook oleh Randy J. Paterson menjelaskan bahwa setiap orang berhak berkata tidak, berhak tidak menjelaskan alasan, dan berhak membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Menjaga batasan dimulai dari menyadari bahwa kamu berhak atas kehidupanmu sendiri. Hak ini bukan ego, tapi fondasi relasi yang sehat.

2 Identifikasi perasaan saat kamu dilanggar

Tanda batasmu dilanggar biasanya muncul lewat rasa terpaksa, jengkel, lelah emosional, atau ingin menghindar. Emosi ini bukan gangguan, tapi sinyal. Dalam Emotional Agility karya Susan David, disebutkan bahwa emosi negatif adalah petunjuk bahwa kamu sedang kehilangan arah hidup yang kamu butuhkan.

3 Latih respons, bukan reaksi

Jika seseorang memintamu sesuatu yang kamu rasa keberatan, tahan untuk langsung menjawab. Ambil jeda. Katakan, “Aku akan pikirkan dulu ya.” Ini memberi ruang pada logikamu untuk bicara. Dan itu bagian dari teknik penguatan batas dalam terapi CBT, yang melatih kita merespons secara sadar, bukan reaktif.

4 Buat skrip penolakan elegan

Contohnya: “Aku ingin membantu, tapi saat ini aku sedang fokus menyelesaikan pekerjaan pribadiku.” Menurut Boundaries karya Dr. Henry Cloud dan Dr. John Townsend, penolakan elegan bukan soal pintar bicara, tapi soal tahu batas kemampuan diri dan mengkomunikasikannya dengan jujur.

5 Jangan merasa harus menjelaskan semuanya

Semakin panjang penjelasanmu, semakin orang lain melihat celah untuk negosiasi. Ucapan seperti “Maaf, aku tidak bisa” sudah cukup. Dalam Radical Acceptance karya Tara Brach, belajar menerima bahwa tidak semua orang harus paham keputusan kita adalah bagian dari mencintai diri.

6 Waspadai pola manipulatif

Jika seseorang mengatakan, “Kok kamu berubah sih?” atau “Kalau kamu sayang aku, pasti mau bantu,” itu bukan cinta. Itu tekanan. Psikologi menyebut ini sebagai emotional blackmail. Dalam The Gaslight Effect karya Robin Stern, disebutkan bahwa kesadaran terhadap permainan emosi adalah langkah awal menjaga integritas.

7 Konsisten dan tenang itu lebih penting daripada keras

Teruslah bekerja keras Buatlah badanmu lebih sakit dari hatimuDan buatlah mentalmu lebih kejam dari ujianmuOrang yang be...
20/07/2025

Teruslah bekerja keras
Buatlah badanmu
lebih sakit dari hatimu
Dan buatlah mentalmu
lebih kejam dari ujianmu
Orang yang berdiri setelah
dihantam badai, tidak akan
terusik oleh gerimis kecil

Sharing 🍁Pernah gak sih kamu ngerasa...“Aduh, aku gagal.”“Nyesel banget kenapa tadi aku gak... (isi sendiri)”“Aku kok ga...
08/07/2025

Sharing 🍁

Pernah gak sih kamu ngerasa...
“Aduh, aku gagal.”
“Nyesel banget kenapa tadi aku gak... (isi sendiri)”
“Aku kok gak bisa-bisa, ya?”

Kegagalan tuh bisa nyakitin. Apalagi kalau kita sudah coba semaksimal mungkin. Kadang bukan cuma kecewa sama hasilnya, tapi juga kecewa sama diri sendiri.

Tapi coba bayangkan ini:
Bayangkan ada versi dirimu... yang datang dari masa depan.
Versi kamu yang sudah melewati semua ini.
Yang sudah sembuh, sudah stabil, sudah lebih bijak.
Yang mungkin sekarang lagi duduk tenang sambil ngeliat ke belakang, ke kamu yang sekarang—yang sedang merasa gagal.

Kalau dia bisa bicara ke kamu saat ini, kira-kira...
Apa yang akan dia katakan?

Mungkin begini:

“Terima kasih, ya... karena kamu gak menyerah.”
Aku tahu kamu capek. Aku tahu kamu kecewa. Tapi aku di sini—eksis—karena kamu gak berhenti di titik itu. Karena kamu tetap bangkit, walau pelan-pelan.

“Gagal bukan berarti kamu bodoh atau gak mampu. Gagal artinya kamu sedang membentuk pondasi.”
Apa pun yang kamu alami hari ini, itu akan jadi salah satu alasan kenapa aku bisa jadi lebih kuat.

“Tolong jangan terlalu keras sama diri sendiri, ya.”
Kalau kamu tahu betapa kamu akan berkembang nantinya... kamu gak akan menghakimi dirimu seperti sekarang.

“Kamu gak sendirian.”
Aku tahu kadang kamu ngerasa sendiri banget. Tapi nanti kamu akan lihat: kamu sedang didekatkan dengan orang-orang dan tempat-tempat yang bisa bantu kamu sembuh dan tumbuh.

“Kamu tidak rusak. Kamu hanya sedang dibentuk.”

Sekarang, tarik napas dalam-dalam... dan biarkan kata-kata dari dirimu yang lebih dewasa itu meresap pelan-pelan.

Karena begini:
Gagal itu bukan akhir.
Gagal adalah panggilan untuk berhenti sebentar, lalu melangkah dengan arah baru.

Dan versi dirimu yang masa depan?
Dia sudah menunggumu sampai di sana.

🌿 Praktik kecil
Malam ini, sebelum tidur, kamu bisa coba tulis satu surat pendek.
Tapi bukan dari kamu sekarang.
Tapi dari dirimu yang sudah tumbuh dan melewati semua ini.

Tulis ke versi kamu yang sedang jatuh.
Tulis apa pun yang terasa lembut dan menguatkan.

Boleh juga kalau kamu cuma menutup mata sejenak dan membayangkan dia memelukmu sambil bilang,
"Aku bangga padamu, meski sekarang kamu belum bisa melihat alasannya.”

Kalau kamu merasa gagal hari ini, ingat:
Itu bukan cerita lengkapnya. Itu hanya satu bab.

Dan kamu masih penulisnya.

🫶
Tulisan ini buat kamu yang sedang jatuh, tapi diam-diam sedang belajar bangkit.
Kamu luar biasa. Pelan-pelan saja, tapi terus jalan.

Sharing 🍁Kadang, kita terlalu sibuk ingin "menjadi lebih baik" sampai lupa untuk berhenti sejenak dan tanya:“Apa aku ben...
07/07/2025

Sharing 🍁

Kadang, kita terlalu sibuk ingin "menjadi lebih baik" sampai lupa untuk berhenti sejenak dan tanya:
“Apa aku benar-benar mencintai diriku hari ini?”

Kita begitu keras mengejar versi ideal diri—lebih sukses, lebih sabar, lebih sehat, lebih spiritual—tanpa sadar, semangat “bertumbuh” yang kita kejar malah datang dari rasa tidak cukup.
Bukannya tumbuh dari cinta, tapi dari takut gak diterima.
Takut dibilang gagal.
Takut gak jadi siapa-siapa.

Padahal, growth mindset yang sesungguhnya itu bukan soal ambisi terus-menerus jadi “lebih” dari hari ini. Tapi soal keberanian untuk bilang,
"Aku mencintai diriku sekarang... dan aku juga terbuka untuk bertumbuh.”

Coba rasakan ini:

Bertumbuh karena takut itu capek. Kita merasa harus berubah karena kita jelek, belum cukup, gak layak.
Bertumbuh karena cinta itu lembut. Kita mau berkembang karena kita tahu: diri kita pantas menerima versi hidup yang lebih luas dan bermakna.
Beda rasanya, kan?

Sama-sama belajar, tapi niatnya berbeda.

Yang satu membuat kita tertekan, mudah nyalahin diri.
Yang satu lagi bikin kita lega, terbuka, dan pelan-pelan bangkit.

Bukan berarti kita harus “sempurna mencintai diri dulu” sebelum bisa bertumbuh. Enggak.
Kadang cinta diri datang setelah kita memberanikan diri melangkah.
Kadang datangnya bertahap: dari sekadar mengakui, menerima, lalu memaafkan, lalu menghargai.

Satu langkah kecil, satu hari, satu nafas penuh kesadaran.
Itu pun udah bentuk pertumbuhan.

Jadi, kalau kamu hari ini:

Baru bisa bangun dari tempat tidur setelah semalaman menangis
Baru bisa bilang “tidak” sekali untuk hal yang bikin kamu tertekan
Baru bisa peluk dirimu sendiri tanpa merasa aneh…
Selamat.
Kamu sedang bertumbuh dari dalam.

Coba tanyakan ini ke dirimu setiap malam atau pagi:

Apa satu hal kecil yang sudah kulakukan hari ini demi diriku sendiri?
Apa kalimat paling lembut yang bisa kubisikkan ke hatiku saat ini?
Apa hal yang bisa kulakukan besok sebagai bentuk cinta untuk diriku?
Jawabannya gak harus besar.
Kadang cukup: minum air putih. Tidur lebih awal. Nggak nge-push diri terlalu keras. Ngejurnal satu halaman. Mandi sambil pakai musik favorit.
Itu pun sudah termasuk perayaan.

Kalau sekarang kamu merasa lambat, sering down, sering ragu sama diri sendiri...
Itu bukan tanda kamu lemah. Itu tanda kamu manusia.

Jangan buru-buru jadi versi yang “lebih hebat.”
Izinkan dirimu dicintai oleh versi yang sekarang.
Karena dari sinilah, pertumbuhan sejati bermula.

Kalau kamu merasa artikel ini berguna, kamu boleh simpan, bagikan, atau ulangi baca kapan pun kamu lagi butuh pelukan lewat kata-kata.
Dari hati untuk hati 🌷
Dengan pelan-pelan tapi pasti, kamu sedang menjadi rumah untuk dirimu sendiri.

Bismillah... Sehatkan jiwa ragakuSmoga Allah ridho dengan setiap langkahkuSmoga dimudahkan segala urusan kuAamiin 🤲
04/07/2025

Bismillah...
Sehatkan jiwa ragaku
Smoga Allah ridho
dengan setiap langkahku
Smoga dimudahkan segala urusan ku

Aamiin 🤲

Address

Bringin
45667

Telephone

+6281394576995

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Bimbel Missisti Rubae'ah posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Bimbel Missisti Rubae'ah:

Share