24/07/2025
~ ๐ผ๐ง๐ช๐จ ๐ฎ๐๐ฃ๐ ๐๐๐ฃ๐๐ช๐ง๐ ๐๐ฎ๐๐ฌ๐ ๐๐๐๐๐ก ~
Hujan baru saja reda ketika seorang bocah kecil melintas di tepi sungai yang tenang. Ia tak sengaja mendengar suara pelanโseperti rengekan. Di balik semak basah, seekor anak kucing kecil menggigil sendirian, bulunya kotor, matanya sayu.
Namun kisah ini bukan tentang penyelamatan.
Beberapa jam sebelumnya, seseorang yang tak berhati tega tapi juga tak bertanggung jawab memutuskan bahwa anak kucing itu tak layak hidup bersamanya. Ia memasukkan tubuh mungil itu ke dalam kantong plastik beningโmasih bernapas, masih hidupโlalu melemparkannya ke sungai yang keruh.
Anak kucing itu menjerit dalam bisu. Suaranya tertahan plastik. Kaki-kakinya menendang lemah, tubuhnya menggeliat. Tapi arus tak mengenal belas kasih.
Kantong itu hanyut pelan. Di dalamnya, makhluk kecil itu meronta, napasnya makin berat, oksigen makin menipis. Matanya menatap ke luar plastik, seolah bertanya:
"Apa salahku? Kenapa aku dibuang?"
Sebelum tubuhnya benar-benar tenggelam dan hilang dalam arus, langit menangis lagi. Hujan turun deras, seakan menyembunyikan air mata dunia yang melihat nyawa tak bersalah direnggut tanpa alasan.
Tak ada pemakaman. Tak ada nama. Hanya sepi di antara gemericik sungai.
Dan di kejauhan, seekor induk kucing berdiri di tepian, mengeong ke arah arus. Ia mencium bau darah dagingnya, tapi tak bisa mengejarnya. Ia hanya bisa melihat plastik itu menghilang.
Suaranya pecah, melolong sedih ke arah langit yang tak menjawab.