
09/08/2025
Tak semua rindu datang dengan pelukan.
Tak semua cinta hadir lewat kata-kata.
Bagi sang ayah, rindu justru sering disimpan rapat,
tersembunyi di balik kening yang berkerut,
dan punggung yang lelah sepulang kerja.
Anaknya kini mondok di pesantren.
Hari-harinya penuh jadwal mengaji, menghafal, belajar, ibadah.
Di balik pagar pondok, ia tak tahu,
bahwa di rumah, ada seorang ayah yang setiap hari memikirkan kabarnya.
Setiap malam, sebelum tidur,
ayah menyempatkan berdoa pelan,
meminta Allah menjaga anaknya,
memberikan kemudahan dalam menuntut ilmu,
dan menguatkan hatinya untuk bertahan jauh dari rumah.
Ia tidak banyak bertanya lewat telepon,
bahkan kadang tak ikut saat ibunya menelpon,
bukan karena tak peduli,
tapi karena ia takut suaranya bergetar menahan rindu.
Saat hari kunjungan tiba,
ayah biasanya hanya terlihat sebentar
mengangkat kardus berisi titipan ibu,
membawa beras, buah, dan baju bersih.
Lalu berdiri agak jauh,
membiarkan ibu yang memeluk anaknya lebih dulu.
Anaknya mungkin tidak sadar,
bahwa di balik senyum tegar itu,
ada doa yang tak pernah ia dengar,
dan rindu yang tak pernah ia lihat.
Itulah rindu sang ayah
rindu yang tidak menuntut,
tidak mengganggu,
tapi selalu ada,
menjaga dari kejauhan.