30/08/2025
Pada 24 Januari 1946, dipertengahan malam di rumah Sukarno. Para tokoh pendiri bangsa ini duduk bersama, berdiskusi tentang kebangsaan.
Mereka berdiskusi tentang proses kemerdekaan yang belum juga berumur satu tahun. Selain Sukarno, hadir p**a Mohammad Hatta, Sjahrir, dan Agus Salim.
Berempat mereka saling bertukar pikiran tentang perjalanan kemerdekaan Indonesia yang baru saja berumur kurang sekitar lima bulan.
Saat keempatnya berdiskusi dan sesekali bercanda, sekitar pukul 21.00 WIB mereka tiba-tiba dikagetkan oleh kedatangan seorang tamu yang sama sekali tidak pernah mereka duga.
Tamu itu adalah Ibrahim Datuk Sutan Malaka atau bisa dikenal dengan nama Tan Malaka.
Sukarno, Hatta, Sjahrir, dan Agus Salim sempat kikuk ketika Tan Malaka datang.
Mereka berlima kemudian saling berbasa-basi dan bertegur sapa, menanyakan kabar masing-masing. Kemudian ikutlah Tan Malaka dalam diskusi tersebut.
Diskusi menjadi memanas ketika Tan Malaka memperlihatkan pemahaman berbeda tentang arti merdeka dengan keempat sahabatnya.
Hingga Tan Malaka mengeluarkan kalimatnya yang terkenal, “Kepada kalian para sahabat, tahukah kalian kenapa aku tidak tertarik pada kemerdekaan yang kalian ciptakan. Aku merasa bahwa kemerdekaan itu tidak kalian rancang untuk kemaslahatan bersama.”
“Kemerdekaan kalian diatur oleh segelintir manusia, tidak menciptakan revolusi besar. Hari ini aku datang kepadamu, wahai Sukarno sahabatku. Harus aku katakan bahwa kita belum merdeka, karena merdeka haruslah 100 persen. “Hari ini aku masih melihat bahwa kemerdekaan hanyalah milik kaum elite, yang mendadak bahagia menjadi borjuis, suka-cita menjadi ambtenaar…..kemerdekaan hanyalah milik kalian, bukan milik rakyat.”
“Kita mengalami perjalanan yang salah tentang arti merdeka, dan apabila kalian tidak segera memperbaikinya maka sampai kapanpun bangsa ini tidak akan pernah merdeka! Hanya para pemimpinnya yang akan mengalami kemerdekaan, karena hanya mereka adil makmur itu dirasakan.”
“Dengarlah perlawananku ini, karena apabila kalian tetap bersikap seperti ini, maka inilah hari terakhir aku datang sebagai seorang sahabat dan saudara. Esok, adalah hari di mana aku akan menjelma menjadi musuh kalian, karena aku akan tetap berjuang untuk merdeka 100 persen.”
Sukarno, Hatta, Sjahrir, dan Agus Salim terkejut mendengar pernyataan dari Tan Malaka. Sadar akan perkataannya yang membuat keempat sahabatnya kaget, Tan Malaka lantas bergegas pamit pergi.