MOMBI Halo, Sahabat Mombi! Melalui Halaman Facebook Majalah Mombi ini, Sahabat Mombi bisa menyaksikan berb

Dongeng Anak: Hadiah Ulang TahunCerita oleh: Renny Yaniar(Dilarang mengambil, mengunggah ulang, dan memperbanyak sebagia...
26/05/2025

Dongeng Anak: Hadiah Ulang Tahun

Cerita oleh: Renny Yaniar

(Dilarang mengambil, mengunggah ulang, dan memperbanyak sebagian atau seluruh cerita tanpa sepengetahuan dan seizin pihak redaksi Majalah Bobo.)

Rini mempunyai seorang bibi yang baik sekali. Namanya Bibi Tantri. Bibi Tantri adalah adik bungsu ayahnya, dan masih kuliah di sebuah universitas.

Rini sangat menyayangi bibinya, Bibi Tantri pun sayang padanya. Setiap minggu Rini dan bibinya bertemu, tentunya di rumah Bibi Tantri. Itu sungguh saat-saat yang menyenangkan.

Karena bibinya selalu menyuguhkan kue-kue yang enak, buatannya sendiri. Tapi yang paling menyenangkan adalah mendengarkan cerita-cerita bibinya.

Bibi Tantri adalah gudang cerita, yang seolah tak ada habis-habisnya. la pernah bercerita tentang kura-kura dan kera yang ditangkap Pak Tani. Juga cerita kancil mencuri mentimun, kisah Cinderella, Pinokio, dan banyak lagi.

Terakhir, Bibi Tantri bercerita tentang Putri Api dan Pangeran Air yang saling menyayangi, tetapi tidak bisa menikah karena mereka terbuat dari benda yang berbeda.

Sungguh, Rini kagum pada bibinya.

"Bi Tantri kelihatannya kok tidak pernah kehabisan cerita. Dari mana saja Bi Tantri dapatkan semua cerita itu?" tanya Rini suatu kali.

"Wah, banyak Rini! Waktu kecil, Bi Tantri selalu diberi cerita oleh nenekmu, saat mau tidur. Bi tantri masih ingat cerita-cerita itu. Bi Tantri pun s**a membaca apa saja. Pokoknya setiap kesempatan, Bi Tantri gunakan untuk membaca. Akhirnya, Bi Tantri pun bisa cerita apa saja," kata Bibi Tantri.

"Ah, Rini juga ingin seperti Bi Tantri. Rini akan membaca banyak buku." Bibinya mengangguk dan tertawa senang.

"Lalu bagaimana dengan gaya bercerita Bi Tantri? Bi Tantri begitu bagus membawakannya," tanya Rini ingin tahu.

"Ada banyak orang yang pandai membawakan cerita. Misalnya Kak Kusumo atau Kak Seto. Bi Tantri melihat gaya mereka. Bi Tantri berpikir. Oh, begitu cara membawakan cerita. Tanpa sadar Bi tantri pun sering meniru gaya mereka. Tapi yang paling penting adalah menjiwai cerita itu. Kalau tokohnya sedang sedih, kita pun harus membawakannya dengan sedih. Begitu, Rini yang manis!" Kata Bibi Tantri sambil mencubit p**i keponakannya.

Bibi Tantri memang sangat menyayanginya. Karena itu Rini ingin sekali menyenangkan hati
bibinya. Rini tahu, beberapa hari lagi Bibi Tantri ulang tahun. Rini ingin sekali memberi hadiah ulang tahun padanya. Tapi apa? Rini tidak tahu. Rini terus berpikir, hadiah apa yang bagus.

Saat pulang sekolah, Rini pun menyempatkan diri untuk melihat-lihat ke toko, la mencari barang yang akan dijadikan hadiah. Rini menemukan barang yang bagus-bagus. Ada diary tebal bergambar bunga. Bibinya tentu senang diberi hadiah itu. Atau pigura foto dari porselen yang berbentuk rumah, kucing, burung dan berbentuk hati.

Tempat foto itu begitu bagus dengan warna-warna yang lembut. Lalu Rini melihat harganya.

Ooo, Rini menggeleng-gelengkan kepalanya. Ternyata mahal sekali barang-barang yang ada di toko itu. Sebetulnya wajar, barang yang bagus pasti mahal harganya.

Sayangnya, saat itu Rini tidak mempunyai uang yang cukup untuk membelinya. Walaupun uang itu telah disisihkan dari uang sakunya selama sebulan.

Akhirnya Rini pulang tanpa membeli apa pun. la makin bingung memikirkan hadiah itu. Tapi pada sore harinya, saat ia melihat Ayah membaca koran, Rini mendapat akal.

Rini tahu bibinya senang memasak. la pun tahu, di koran yang terbit hari Minggu, selalu terdapat resep masakan. Rini pun tersenyum senang. la tahu apa yang harus dilakukannya.

Baca selengkapnya: https://bobo.grid.id/read/084254249/dongeng-anak-hadiah-ulang-tahun?page=all

Dongeng Anak: Rumah untuk Lemari JatiHalo, teman-teman! Kita baca bersama-sama dongeng anak Majalah Bobo hari ini, yuk!R...
21/05/2025

Dongeng Anak: Rumah untuk Lemari Jati

Halo, teman-teman! Kita baca bersama-sama dongeng anak Majalah Bobo hari ini, yuk!

Rumah untuk Lemari Jati

Cerita oleh: Dwi Pujiastuti

(Dilarang mengambil, mengunggah ulang, dan memperbanyak sebagian atau seluruh cerita tanpa sepengetahuan dan seizin pihak redaksi Majalah Bobo.)

Sebuah lemari jati terpajang di pojok galeri Pak Cipto, seorang pengrajin kayu dari Jepara. Tingginya dua setengah meter, berpintu tiga. Dihiasi ukiran bunga teratai, dan dipelitur mengilap. Gagang pintunya terbuat dari kuningan. Ah, Pak Cipto sangat bangga dengan hasil karyanya. la tak berniat menjualnya.

Diam-diam lemari itu merasa bangga akan dirinya. Pikirnya, dialah benda paling indah di galeri itu. Uh, lemari jati selalu menyombongkan diri.

"Suatu hari nanti seorang pembeli kaya raya akan membeliku dengan harga yang mahal. Aku akan dibawa ke rumahnya yang mewah."

Memang demikian impian semua lemari. Mereka berharap dirinya laku dijual dengan harga tinggi, lalu diletakkan di rumah yang indah. Lemari jati bahkan selalu membayangkan dirinya tinggal di kamar raja.

Suatu hari ada seorang petani berkunjung ke galeri. la mengelus-elus ukiran si lemari jati yang halus.

Si lemari jati berkata dengan sombong, "Rumahmu tak cukup bagus buatku, petani miskin!"

Si petani kemudian mengeluarkan semua uangnya dari dalam kantong. Ah, ternyata uangnya hanya sedikit. la sadar, tak mungkin bisa membeli lemari jati yang sangat indah itu. Dengan sedih hati, si petani lalu pulang.

Sementara itu galeri Pak Cipto selalu ramai dikunjungi pembeli. Beberapa orang saudagar kaya dan bangsawan tertarik memiliki lemari jati itu. Namun, Pak Cipto selalu menolak untuk menjualnya.

Hari demi hari berganti. Teman-teman lemari jati yang dulu sudah diboyong pembeli. Kini lemari-lemari baru menghuni galeri. Semuanya indah, bahkan banyak lemari yang lebih bagus bentuknya. Lemari jati putus asa. la merasa tua dan tak berarti.

Apalagi pembeli sekarang lebih menyukai lemari yang ringan dan sederhana. Tak seorang pengunjung pun melirik lemari jati yang teronggok di pojok ruangan itu.

Setelah Pak Cipto meninggal dunia, galeri itu diwariskan pada anaknya. Anak Pak Cipto merasa lemari jati itu hanya menyesaki ruangan. la menjualnya dengan harga murah. Akhirya lemari jati laku juga.

"Inilah saatnya untuk menghuni rumah impianku!" lemari jati girang.

la mengira dirinya akan menghuni rumah yang indah. Ternyata dia dibeli Pak Kasir, seorang pedagang yang sibuk, dan rumahnya sangat berantakan. Lemari jati ditaruh di gudang untuk menyimpan barang dagangan.

Karena harus ditumpuki benda-benda yang berat, akibatnya ada bagian tubuhnya yang patah. Lama kelamaan Pak Kasir membutuhkan ruangan yang lebih luas untuk menyimpan dagangannya. Lemari jati itu dirasakan terlalu besar.

Pak Kasir lalu memberikannya pada Ndoro Sastro, seorang bangsawan yang juga menantunya. Lemari jati pun dibawa pindah. Lemari jati berpikir impiannya terkabul. la akan dipajang di rumah bangsawan, oh... betapa terhormatnya!

Tapi ternyata lemari jati ditempatkan di ruang semadi yang gelap dan pengap. Lemari itu digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda keramat seperti keris dan tombak.

Setiap hari yang dihirupnya hanyalah bau sesajen dan kemenyan. Lemari jati merasa tak bahagia.

Suatu malam ada seorang pencuri menyelinap di rumah Ndoro Sastro. Pencuri masuk ke ruang semadi dan menjebol pintu lemari jati. Dikiranya lemari itu tempat menyimpan uang dan perhiasan.

Baca selengkapnya: https://bobo.grid.id/read/084250400/dongeng-anak-rumah-untuk-lemari-jati?page=all

Cerpen Anak: Pindah ke Rumah Tua  Pernahkah teman-teman pindah rumah? Biasanya orang pindah rumah karena alasan tertentu...
11/05/2025

Cerpen Anak: Pindah ke Rumah Tua

Pernahkah teman-teman pindah rumah? Biasanya orang pindah rumah karena alasan tertentu.

Misalnya, karena orang tua yang pindah tugas, pindah ke lingkungan yang lebih tenang dan nyaman, dan masih banyak lagi.

Cerpen anak kali ini akan mengisahkan tentang keluarga Runi dan Rudi yang pindah ke rumah tua yang besar.

Ingin tahu apa yang menyebabkan mereka pindah ke sana? Simak cerpennya, yuk!

Pindah ke Rumah Tua

Cerita oleh: Sylvana Hamaring Toemon/Arsip Majalah Bobo

Rudi memasuki rumah tua yang dipenuhi kardus-kardus itu. Rumah itu sering didatanginya pada saat liburan. Kali ini, rumah tua itu akan menjadi tempat tinggalnya. Ya, Rudi dan keluarganya akan pindah ke rumah ini.

“Letakkan di kamar kedua di sebelah kanan, ya,” terdengar suara Bu Dini, ibu Rudi.

Bu Dini memberikan petunjuk kepada para petugas pengangkut barang. Tangannya menunjuk-nunjuk untuk memperjelas perintahnya.

“Rudi dan Runi, kalian bisa pilih kamar kalian sendiri,” terdengar suara Pak Heru, ayah Rudi.

“Horeeeee!” sorak Rudi dan Runi serempak.

Selama ini Rudi selalu sekamar dengan Runi, kakak perempuannya itu. Apartemen tempat tinggal mereka sebelumnya hanya memiliki 2 kamar. Satu kamar untuk orang tua, satu kamar lagi untuk anak-anak. Kamar anak-anak yang ditempati Rudi dan Runi dipisahkan oleh 2 meja belajar dan lemari pakaian.

“Aku pilih kamar yang menghadap kebun buah,” teriak Runi dengan lantang.

Runi sengaja memilih kamar yang menghadap kebun buah. Runi sangat s**a makan buah. Hmmm… Sebenarnya, Runi s**a semua jenis makanan. Di halaman samping rumah ini, ada pohon rambutan, mangga, jambu, jeruk, manggis, dan sawo.

“Aku pilih kamar yang dekat perpustakaan,” gumam Rudi sambil berjalan pelan menuju kamar pilihannya.

Rudi sangat s**a membaca. Ruang perpustakaan adalah ruangan favoritnya di rumah tua ini. Rumah tua berlantai 2 ini sangat besar. Ada 17 kamar di rumah ini.

Di tempat inilah tinggal seorang pria tua bertubuh kurus yang dikenal sebagai Datuk. Datuk adalah kakek Bu Dini, ibu Rudi dan Runi. Umurnya sudah mendekati 90 tahun.

Dialah yang menempati kamar paling depan di rumah besar itu. Selain kamar paling depan, semua tamu yang datang menginap boleh memilih 16 kamar lainnya. Walaupun sudah tua, Datuk masih sehat. Dia s**a berjalan-jalan mengelilingi rumahnya yang besar.

Sebelum keluarga Pak Heru pindah ke rumah ini, Datuk ditemani oleh Bapak dan Ibu Marno, sepasang suami istri. Mereka lebih akrab disapa dengan nama Pak No dan Bu No.

Pak No membantu membersihkan rumah dan merawat tanaman. Bu No membantu memasak dan mengurus pakaian. Sebulan yang lalu, Pak No pindah ke rumahnya sendiri.

Rumah mungil Pak No letaknya tidak jauh dari rumah Datuk. Setiap hari, Pak No dan Bu No datang untuk membantu di rumah Datuk.

Walaupun Pak No dan Bu No datang setiap hari, Bu Dini tetap khawatir pada kesehatan kakeknya yang sudah tua itu. Bu Dini ingin mengajak kakeknya tinggal bersama.

Mereka harus memilih, mengajak Datuk tinggal di apartemen mereka, atau mereka yang tinggal di rumah Datuk. Akhirnya Bu Dini mengajak keluarganya pindah ke rumah tua itu karena apartemen mereka terlalu sempit.

“Cukup untuk hari ini. Kita lanjutkan besok, ya,” seru Bu Dini.

Tak terasa, malam pun tiba. Rudi yang kelelahan segera menuju kamarnya. Dia membaringkan diri di tempat tidur. Tak lama kemudian, Rudi dikagetkan oleh jeritan kakaknya.

“Aaaaa! Ada orang di luar jendelakuuuu!” jerit Runi.

Rudi segera berlari menuju kamar kakaknya. Di lorong, ia bertemu dengan ayah ibunya. Mereka semua terbirit-birit berlari menuju kamar baru Runi.

“Ada orang berambut panjang di luar. Hiiii…. Aku takut. Jangan-jangan itu hantu,” kata Runi sambil memeluk bantal.

Bu Dini memeluk anaknya yang gemetar ketakutan itu. Runi menangis tersedu-sedu dalam pelukan ibunya. Pak Heru segera keluar membawa senter. Rudi melihat ke jendela di kamar kakaknya. Jendela itu terbuka. Tirainya sedikit bergoyang tertiup angin.

“Huhuhu… Aku mau pindah kamar aja,” kata Runi di sela isak tangisnya.

“Sudahlah, Nak. Jangan menangis lagi, ya. Mungkin kamu melihat bayangan tirai,” hibur Bu Dini.

Tangis Runi malah terdengar makin keras. Makin banyak yang memberi perhatian, makin kencang tangisannya. Kalau sudah seperti ini, Rudi diam saja. Dulu, dia pernah mengatai kakaknya ini “anak cengeng”. Jadinya Runi malah menangis sepanjang malam. Padahal mereka menempati kamar yang sama. Rudi pun menyesal dan berjanji dalam hati tidak akan mengatai kakaknya saat sedang menangis.

“Runi, Ayah sudah temukan hantu berambut panjangnya. Sini, kenalan dulu,” kata Pak Heru dari balik tirai jendela. Pak Heru memang sering menggoda anaknya yang penakut itu.

“Huaaaaa!” jerit Runi makin menjadi-jadi.

“Runi, ini Bu No. Maaf, ya, kalau kamu jadi takut. Tadi Ibu melihat jendela ini terbuka dan lampunya menyala. Ibu cuma mau melihat ada siapa di dalamnya,” kata Bu No.

“Ha ha ha,” tawa Rudi. Suara tawanya yang semula ditahan itu lama-lama semakin keras. Tak lama kemudian, seisi ruangan itu sudah dipenuhi dengan tawa. Semua orang tertawa, termasuk Runi. Ternyata yang dia kira hantu adalah Bu No.

Baca cerpen lainnya: https://bobo.grid.id/cerpen

Dongeng Anak: Rantai Emas Dewa Langit  Apa yang akan teman-teman lakukan jika ada seorang raksasa yang mengejarmu dan sa...
09/05/2025

Dongeng Anak: Rantai Emas Dewa Langit

Apa yang akan teman-teman lakukan jika ada seorang raksasa yang mengejarmu dan saudaramu?

Tentu teman-teman akan melarikan diri, sama seperti kakak-beradik pada dongeng anak hari ini.

Mereka bertiga sedang ditinggal sang ibu untuk pergi ke makam sang ayah. Ibu berpesan untuk tidak membuka pintu untuk siapa pun. Sebab ada raksasa jahat yang s**a menyamar.

Sayangnya ketiga anak itu tertipu oleh raksasa yang menyamar menjadi ibu mereka.

Seperti apa kelanjutan kisahnya? Yuk, kita baca sama-sama dongeng anak hari ini!

Rantai Emas Dewa Langit

Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo (Adaptasi Dongeng Eropa)

Pada zaman dahulu kala, tinggallah sebuah keluarga. Ayah, Ibu, serta tiga anak mereka. Suatu ketiga, sang Ayah meninggal dunia. Ia dimakamkan di pemakaman umum tepi kota yang cukup jauh.

Pada hari ketujuh setelah sang Ayah wafat, Ibu ketiga anak itu masih merasa sedih kehilangan suaminya. Ia ingin membawa bunga ke makam suaminya. Maka ia berpesan pada ketiga anaknya.

“Ibu akan pergi membawa bunga untuk di makam Ayah. Selama Ibu pergi, kalian harus saling menjaga, ya. Sebab ada raksasa tua yang jahat. Dia pandai menyamar menjadi manusia. Dia bisa meniru suara dan rupa. Kalian harus berhati-hati. Siapapun yang datang, jangan bukakan pintu.”

Ketiga anak itu berjanji akan berhati-hati. Mereka mengantar ibu mereka sampai di muka rumah.

“Adik-adik, ayo, cepat masuk rumah lagi,” kata si anak pertama pada kedua adiknya.

Sang Ibu memerhatikan ketiga anaknya dari jauh dengan agak cemas. Namun ia ingin sekali membawa bunga untuk makam suaminya. Maka, ia pun pergi dengan hati gelisah.

Baru saja sang Ibu pergi, raksasa tua yang diceritakan sang Ibu tadi, datang ke rumah ketiga anak itu. Ia mengetuk pintu dan berkata, “Anak-anak, ibumu sudah kembali.”

“Kalau kau ibu kami, tunjukkan tanganmu!” kata ketiga anak itu.

Raksasa tua itu menuruti perintah mereka, dan menunjukan tangannya. Ketiga anak itu bergantian mengintip di lubang kecil di pintu. Tampak sebuah tangan yang berbulu-bulu tebal dan kasar.

“Tangan ibu kami kecil dan halus. Tidak berbulu seperti itu. Kau pasti raksasa tua jahat,” kata anak-anak itu.

Raksasa tua itu segera pergi dari rumah itu. Ia mencari alat cukur, lalu mencukur habis semua bulu-bulu di tangannya. Ia juga mengambil tepung gandum, dan menggosok ke tangannya. Lalu ia kembali ke rumah ketiga anak itu.

“Sekarang ibumu sudah kembali,” kata raksasa tua itu di depan pintu.

“Kalau kau ibu kami, tunjukkan tanganmu!” kata ketiga anak itu.

Raksasa itu pun menunjukan tangannya. Dari lubang kecil, ketiga anak itu mengintip. Mereka melihat tangan yang tidak berbulu dan berkulit putih. Persis seperti tangan ibu mereka. Namun, napas raksasa jahat itu sangat bau. Suaranya pun sangat besar seperti suara beruang.

“Suara ibu kami lebih halus daripada suaramu,” kata anak-anak itu.

Raksasa jahat itu lalu pergi. Ia meminum air rendaman bunga mawar, lalu kembali ke rumah anak-anak itu untuk ketiga kalinya.

“Ibumu sudah kembali! Maafkan Ibu, ya, karena terlambat pulang ke rumah,” kata raksasa itu dengan nada lembut.

Mendengar suara yang lembut dan aroma mawar seharum ibu mereka, ketiga anak itu sangat gembira.

“Oh, Ibu sudah datang!” ketiga anak itu buru-buru membuka pintu.

Dalam sekejap, raksasa itu merubah wujudnya menjadi seperti ibu mereka. Ketiga anak itu membiarkan ibu palsu itu masuk.

Raksasa itu lalu berkata, “Anak-anak, sebaiknya kalian tidur sekarang. Hari sudah malam.”

Seperti biasa, anak pertama dan anak kedua tidur di satu kamar. Sementara anak bungsu tidur bersama ibu mereka. Jadi, kali itu, si anak bungsu tidur bersama raksasa tua yang kini tampak seperti ibu mereka.

Di tengah malam yang sunyi, tiba-tiba terdengar bunyi gemerisik dari arah dapur. Anak pertama dan kedua terbangun. Mereka menajamkan telinga dan samar-samar mendengar bunyi besi beradu. Dengan ketakutan, mereka berdua mengendap keluar dari kamar, dan mengintip ke dapur.

Dari balik pintu dapur, mereka melihat sosok punggung ibu mereka. Ia sedang menyiapkan bahan makanan. Ia memotong-motong sayur, menghancurkan rempah-rempah, lalu memasukkannya ke dalam air mendidih.

Sang Ibu lalu mengambil pisau daging, lalu mengasahnya dengan menggesekkan dengan pisau lain. Ternyata, bunyi itulah yang mereka dengar dari kamar.

“Ibu, apa yang Ibu lakukan?” tanya anak pertama penasaran.

“Ooh, ehm, Ibu sedang menyiapkan sarapan pagi untuk kalian, Sayang,” kata sang ibu palsu tanpa membalik tubuhnya.

“Tapi, ini masih malam, Bu,” ujar anak kedua heran.

“Oh, sebenarnya, Ibu sangat kelaparan. Ibu baru pulang dari perjalanan yang sangat jauh, kan?” kata sang ibu palsu sambil terus mengasah pisau daging.

“Apa yang sedang Ibu masak?” kata pertama sambil berjalan mendekat, ingin melihat apa yang ada di depan ibu mereka. Namun, sang ibu berusaha menutupi benda yang ada di depannya.

Anak kedua ikut mendekat juga dari arah lain. Sang ibu palsu kembali bergerak ke samping, agar anak kedua tidak bisa melihat. Namun, anak pertama jadi bisa melihat apa yang ada di depan si ibu palsu. Ia sangat terkejut dan berseru,

“Apa yang Ibu lakukan pada adik kami?!” Anak pertama terbelalak melihat adik bungsunya sedang berbaring di atas meja dapur dalam keadaan terikat.

“Diam!” bentak si ibu palsu sambil menggebrak meja dengan suara berubah menggelegar. Bulu-bulu kasar di tangannya lalu mulai tumbuh lagi.

Ketika si ibu palsu membalik tubuhnya, menengok ke arah kedua anak itu, matanya tampak merah berkilat. Kulitnya berubah menjadi merah, dan dari hidungnya keluar asap. Tubuhnya berubah menjadi raksasa tua jahat lagi.

Raksasa itu berbalik lalu mengulurkan tangannya untuk menangkap kedua anak itu. Dengan cepat mereka mundur ke arah dinding. Ketika raksasa itu menerjang hendak menangkap mereka, kembali mereka berkelit ke samping, sehingga kepala raksasa itu menabrak dinding rumah.

Dinding rumah pun hancur berlubang. Sementara, kepala raksasa itu terjebak di lubang dinding itu. Dengan marah, raksasa itu meronta dan mengamuk. Ia mencoba menarik kepalanya, namun tidak berhasil. Ia lalu menarik sekuat tenaga, hingga dinding-dinding rumah menjadi retak.

Sementara itu, anak pertama dan anak kedua tak mau membuang waktu. Di saat si raksasa sibuk membebaskan kepalanya, mereka melepas ikatan di tangan adik bungsu mereka. Mereka bertiga lalu berlari secepatnya keluar dari rumah itu.

Ketika sudah berada di atas bukit, cukup jauh dari rumah, mereka menengok ke arah bawah. Tampak rumah mereka sudah hancur. Dari dalam timbunannya, raksasa tua itu menyeruak keluar, dan berteriak marah. Suaranya menggelegar sampai pohon-pohon tertiup miring, burung-burung berterbangan. Dengan cepat, raksasa itu melompat melewati setengah hutan yang sangat luas.

Ketiga anak itu berlari, berlari, dan terus berlari, hingga mereka tiba di sebuah ladang gandum, di tepi danau. Ketiga anak itu menangis putus asa, sementara bunyi derap kaki raksasa semakin jelas terdengar. Raksasa itu sudah semakin dekat. Ketiga anak itu lalu melihat sekeliling. Mereka melihat sebatang pohon di tepi danau. Pohon itu tinggi menjulang ke langit. Mereka langsung memanjat pohon itu.

Dalam sekali lompatan, raksasa tua itu akhirnya tiba di tepi danau itu juga. Suasana begitu sunyi. Ia melihat ke sekeliling, hendak mencari ketiga anak itu. Namun karena merasa haus, ia menunduk untuk mengambil air danau dulu.

Akan tetapi, tiba-tiba raksasa itu terdiam. Ia melihat sesuatu dari pantulan di permukaan air danau. Ia melihat ketiga anak itu di permukaan air danau. Raksasa tua itu tertawa penuh kemenangan dengan suara menggelegar. Ia melompat dan menerjang ke arah air danau itu. Namun ia tidak berhasil menangkap apa pun. Raksasa itu sangat marah. Ia melihat dari arah mana pantulan itu berasal. Akhirnya ia menemukan ketiga anak itu berada di atas pohon di tepi danau. Raksasa itu pun mulai memanjat pohon itu.

Ketika tahu raksasa itu mulai memanjat pohon, ketiga anak itu meneruskan memanjat pohon. Pohon itu sangat tinggi, namun ketiga anak itu terus dan terus memanjat. Tanpa sadar, mereka bertiga sudah sampai di puncak tertinggi pohon itu. Namun, raksasa itu terus memanjat mengejar mereka.

Anak pertama lalu berteriak sambil menangis, “Dewa Langit, turunkanlah tali dari langit, supaya aku dan kedua adikku bisa lolos dari raksasa jahat itu!”

Sekejap, terbukalah tingkap langit, dan turunlah seutas rantai emas dari langit. Ketiga anak itu lalu memanjati rantai emas itu.

Raksasa itu melihat anak-anak itu meloloskan diri dengan rantai emas pemberian Dewa. Maka raksasa itu pun berteriak juga, “Dewa Langit, berikanlah aku seutas tali untuk mengejar mereka!”

Sekali lagi terbukalah tingkap langit, dan turunlah seutas tali. Raksasa itu pun memanjat, dan memanjat hingga sangat tinggi.

Ketika raksasa itu sudah memanjat sangat tinggi, tiba-tiba terputuslah tali pemberian Dewa Langit. Raksasa jahat itu jatuh menukik ke bumi. BHUMMM!

Bumi bergetar dan raksasa jahat itu mati. Tubuhnya yang merah lalu menyatu dengan tanah di ladang gandum. Oleh sebab itu, akar gandum berwarna merah hingga sekarang.

Ketiga kakak beradik tadi, kini bisa turun dengan aman. Dewa Langit memberikan rantai emas tadi untuk mereka. Mereka berterimakasih pada Dewa Langit, lalu buru-buru pulang ke rumah mereka yang hancur. Di sana, tampak ibu mereka sedang menangis sedih karena mengira anaknya sudah dimakan raksasa.

Betapa gembiranya si Ibu saat melihat ketiga anaknya selamat. Mereka berpelukan bahagia. Sang Ibu berjanji, tak akan meninggalkan ketiga anaknya lagi dalam waktu lama. Ketiga anaknya pun berjanji akan patuh pada pesan ibunya.

Mereka lalu membeli sebuah rumah baru dari hasil menjual rantai emas pemberian Dewa Langit.

Baca cerpen lainnya: https://bobo.grid.id/cerpen

Halo teman-teman Bobo!Yuk, ramaikan perayaan HUT RI bersama Bobo di acara Bobo Funfair. Ada 3 jenis kegiatan yang bisa k...
08/08/2024

Halo teman-teman Bobo!

Yuk, ramaikan perayaan HUT RI bersama Bobo di acara Bobo Funfair. Ada 3 jenis kegiatan yang bisa kamu ikuti loh seperti:
1. Workshop DIY 17 Agustus Decoration (untuk usia 4-8 tahun dan didampingi oleh orangtua)
2. Lomba Tarik Tambang Paman Gembul (untuk usia 9-12 tahun)
3. Lomba Balap Karung Kelinci (untuk usia 9-12 tahun)

Untuk ikutan kegiatan ini, kamu bisa mengisi form pendaftaran di bit.ly/Lomba17BFF ya. Jangan sampai ketinggalan, karena kuota terbatas. Jadi tunggu apa lagi? Yuk, isi kemeriahan HUT RI ke-79 dengan kegiatan yang seru dengan Bobo! Bobo tunggu, ya~




12/07/2024

Hai, teman-teman!

Apakah teman-teman pernah membuat terarium? Kalau teman-teman tidak tahu tentang terarium, yuk ikut kisah Dayang Bulbun dan terariumnya di live Petualangan Oki dan Nirmala hari ini.
Teman-teman juga bisa saling menyapa di kolom komentar, ya.

05/07/2024

Hai teman-teman!
Siapa yang senang makan cokelat? Negeri Dongeng akan mengadakan pesta hari cokelat. Kejutan apa yang ada dalam pesta ini? Cari tahu dalam Kisah Oki dan Nirmala hari ini.

Teman-teman boleh saling menyapa dan berkomentar di kolom komentar.

21/06/2024

Oki hari ini berulang tahun! Akan seperti apa ya hari perayaannya?
Cari tahu dalam live hari ini.
Teman-teman boleh saling menyapa dan berkomentar di kolom komentar.

13/06/2024

Halo, teman-teman!

Episode 2 KiGaBo (Kisah Keluarga Bobo) sudah tayang di Channel Youtube Majalah Bobo, lho!

Upik sudah lama ingin kue tart buatan Emak. Bobo dan Coreng ikut membantu Emak membuatnya. Tiba-tiba, Bibi T**i Teliti datang dan marah karena mainan yang berantakan di ruang keluarga rumah Bobo. Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?

Yuk, cari tahu jawabannya di KiGaBo (Kisah Keluarga Bobo) Episode 2 - Kunjungan Mendadak Bibi T**i Teliti hanya Channel Youtube Majalah Bobo.

04/06/2024

Hai teman-teman!

Ola dan teman-temannya ingin bermain panjat jala. Namun, sayangnya rusak. Apakah Bona bisa membantu? Kira-kira akan jadi apa belalai Bona kali ini?
Simak, yuk dalam live hari ini.

Teman-teman boleh saling menyapa dan berkomentar di kolom komentar.

29/05/2024

Hai teman-teman!

Wah, ternyata kakek Tomi adalah seorang kapten kapal. Hmm, apakah Tomi juga ingin mengikuti profesi kakeknya? Simak dalam live hari ini, yuk!

Teman-teman boleh saling menyapa dan berkomentar di kolom komentar.

17/05/2024

Hai teman-teman!

Apa jadinya kalau Oki bisa ada dua? Hmm, manakah yang Oki sebenarnya? Lalu, apa yang terjadi? Cari tahu dalam Kisah Oki dan Nirmala hari ini.

Teman-teman boleh saling menyapa dan berkomentar di kolom komentar.

Address

Gedung GRID NETWORK Perkantoran Kompas Gramedia Jalan Gelora VII RT. 2/RW. 2 Kelurahan Gelora Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta Pusat
Central Jakarta
10270

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when MOMBI posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to MOMBI:

Share