Khutbah Jum'at Bahasa Indonesia

Khutbah Jum'at Bahasa Indonesia Group WA tersedia file pdf nya . klik saja https://chat.whatsapp.com/KbvijFNKqo46HvAn5jLbrt?mode=ems_copy_t

29/10/2025

Nomor : 05
Jumat Ke 05, Oktober 2025
BAHAYA SIFAT MUNAFIK
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ . أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَ أَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَ الْإِحْتِرَام أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَ يُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : اِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ ج وَ لَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًا – النساء : 145
Hadirin Jamaah Shalat Jumat, Rahimakumullah!.
Segala puji bagi Allah SWT. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang merupakan teladan dan manusia paling mulia di muka bumi. Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita bersama-sama merenungkan dan berusaha mengatasi sifat yang paling jahat dan tercela, yaitu kemunafikan. Sifat ini merupakan sesuatu yang dilarang keras dalam Islam. Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, Surat Al-Baqarah ayat 8-9
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَّقُوْلُ آمَنَّا بِاللهِ وَ بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَ مَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَ . يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا ج وَ مَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّا اَنْفُسَهُمْ وَ مَا يَشْعُرُوْنَ
Artinya: "Dan di antara manusia ada yang berkata, "Kami beriman kepada Allah dan hari akhir," padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari".
Sebelum ayat ini Allah ta’ala membahas tentang orang-orang Mukmin sejati, kemudian orang-orang kafir sejati, dan akhirnya menyentuh kelompok ketiga yang berbeda dari kedua kelompok sebelumnya. Kelompok ini, meskipun secara lahiriah tampak seperti orang beriman, namun secara batiniah mereka menyamai orang kafir. Mereka adalah orang-orang munafik, yang termasuk penghuni neraka paling bawah. Sifat munafik adalah ancaman serius bagi kehidupan umat Islam, baik dalam hubungan kita dengan Allah SWT maupun sesama manusia. Seorang munafik menampakkan keimanan di luar, namun menyembunyikan kekufuran atau ketidakikhlasan di dalam hati. Mereka sering berbohong, mengingkari janji, dan tidak konsisten dalam tindakan.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah SWT !.
Rasulullah SAW telah mengajarkan kita tentang ciri-ciri orang munafik yang perlu kita waspadai, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits berikut:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Artinya: "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika diberi amanah ia khianat." { Muttafaq `Alaih-Riyadlushsholihin, halaman 115 }.
Sifat munafik adalah ancaman serius bagi kita semua. Orang munafik sering mengingkari janji, baik kecil maupun besar, dan tidak menjaga kepercayaan yang diberikan kepada mereka. Mereka beribadah dan beramal hanya untuk dilihat orang, bukan karena Allah semata. Allah SWT memberikan peringatan keras tentang sifat ini dalam Surat An-Nisa' ayat 145, sebagaimana yang telah dibacakan pada awal khutbah, yang artinya: "Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka."
Ayat ini menunjukkan betapa rendahnya kedudukan orang munafik di neraka. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga hati agar terhindar dari sifat munafik. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan selalu ikhlas dalam beribadah, jujur dalam setiap perkataan, dan menepati janji. Kita harus berusaha menjaga konsistensi dalam amal dan perilaku, baik di hadapan Allah maupun sesama manusia. Kita semua harus berusaha menumbuhkan keimanan yang tulus dalam hati dan menjauhi segala bentuk kemunafikan.

Semoga kita dijauhkan dari sifat munafik. Senantiasa memperbaiki iman, mengikhlaskan niat dalam setiap amalan, dan berusaha jujur dalam setiap perkataan dan tindakan. Jangan biarkan kemunafikan merusak hubungan kita dengan Allah dan sesama umat Islam. Agar kita mendapatkan keselamatan, kebahagiaan dan keberkahan hidup dari Allah SWT di dunia dan akhirat. Aamiin !
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اِنَّه‘ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KA DUA
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . أَشْهَدُ أنْ لَّا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ . اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَ الزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

22/10/2025

Nomor : 04
Jumat Ke 04, Oktober 2025
GHIBAH YANG DIPERBOLEHKAN

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى يُمِدُّ مَنْ اَطَاعَه‘ بِالنَّصْرِ الْمُبِيْنِ . اَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ الْمُوَحِّدِيْنَ . وَ اَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُه‘ وَرَسُوْلُه‘ شَهَادَةَ الْمُحِبِّيْنَ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ . صَلَاةً وَّ سَلَامًا دَائِمَيْنِ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ . اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ وَ كُوْنُوْا مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ . اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: " Wahai orang-orang yang beriman ! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang s**a memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang".
(QS. Al-Hujurat, Ayat 12).
Jama`ah Shalat Jum`ah Yang dimulyakan Allah !
Nabi Kita, Muhammad Rasulullah SAW. telah bersabda, bahwa ghibah adalah:
ذِكْرُكَ اَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ
" Engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang tidak ia s**ai untuk dibicarakan". {HR Muslim - Al-Adzkar, halaman 299}.
Ada empat jenis ghibah, ada yang menyebabkan kufur atau munafik atau dosa atau boleh{mubah}.
Ghibah yang menyebabkan kufur adalah menggunjing seorang Muslim dan ketika ia diingatkan, ia berkata: ' Ini bukan ghibah, karena saya mengatakan yang sebenarnya. Ini berarti bahwa ia telah menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah, sementara siapa pun yang menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan Allah, maka hukumnya adalah seorang kafir. Ghibah yang mengarah kepada kemunafikan adalah menggunjing seseorang di depan orang lain tanpa menyebut namanya, tetapi orang yang mendengarnya tahu kepada siapa yang ia bicarakan. Merasa apik, menghindar perbuatan dosa, padahal termasuk perbuatan nifaq. Ghibah yang hukumnya berdosa (ma`siyat) yaitu menggunjing seseorang sementara merasa dan mengakui bahwa ia telah melakukan sesuatu yang terlarang dan jahat. Adapun ghibah yang mubah{diperbolehkan}, seperti ghibah terhadap orang yang terang-terangan berbuat kefasikan, kejahatan, dengan maksud agar orang lain menjauhinya, tidak mengikuti, dan menyelamatkan diri mereka sendiri dari perbuatan jahat. {Tanbihul Ghafilin, halaman 61).
Diantara contoh ghibah yang boleh adalah seperti seorang istri yang meminta fatwa: " Bagaimana saya harus bersikap, karena suamiku berkelakuan begini, begitu ?”. Hal ini sebagaimana tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh Hindun, istri Abu Sufyan, ketika Hindun mengadu kepada Rasulullah saw tentang kelakuan suaminya:
اِنَّ اَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ شَحِيْحٌ
" Wahai Rasulullah ! Sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang kikir !". Ternyata Rasulullah SAW. tidak menanggapi pernyataan Hindun tersebut. { {Al-Adzkar, hlm. 303}.
Hadirin, Rahimakumullah!.
Dalam kitab Syu`abul Iman, hlm. 22-23, disebutkan beberapa contoh ghibah {menceritakan aib atau keburukan orang lain dengan niat (tujuan) yang baik, yaitu:
1 Menunjukan keadaan yang sebenarnya. Misalnya, seseorang yang membicarakan orang lain, padahal ucapannya salah, lalu mengoreksinya dengan keadaan yang sebenarnya.
2 Diajak bermusyawarah dalam masalah perkawinan. Seseorang berniat menikah, tetapi ia tidak mengetahui keadaan calonnya yang sebenarnya, maka wajib menjelaskan kebenarannya, sebatas yang wajib dijelaskan.
3. Meminta pertolongan kepada seseorang untuk menghilangkan kemungkaran yang mampu menghapusnya, karena ia sendiri tidak mampu mencegahnya. Namun dengan syarat orang yang dimintai pertolongannya itu akan melakukannya, tetapi jika orang yang dimintai pertolongan itu tidak akan melakukannya {tidak akan bertindak}, maka menceritakan kejelekannya tetap haram.
4. Memberikan penjelasan, agar tidak tertukar, misalnya, seseorang menanyakan alamat si FULAN, padahal di tempat itu terdapat beberapa orang yang sama dengan nama FULAN, dan mereka semua memiliki aib{cacat} di badannya, apakah si FULAN yang buta, tuli, atau yang lumpuh.
5. Membicarakan keburukan orang kafir harobi{kafir yang memusuhi}. Adapun membicarakan kejelekan kafir dzimmi tidak diperbolehkan.
6. Menakut-nakuti{memperingatkan} orang agar tidak berbuat keburukan. Seperti melihat seseorang yang bermaksud ikut bergabung atau bergaul dengan orang yang berakhlak buruk, yang mana tidak dapat dicegah dari menjauhi pergaulan dengan mereka kecuali dengan menceritakan kejelekannya. Jika hal itu masih dapat dicegah tanpa menyebutkan keburukannya, maka dilarang menyebutkan keburukannya.
Semoga kita semua diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk menjauhi dari menceritakan keburukan orang lain yang mengakibatkan kekufuran dan dosa.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ وَ لِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اِنَّه‘ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kadua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَهْلِ الْحَمْدِ وَ مُسْتَحِقِّهِ . اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه‘ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه‘ وَ رَسُوْلُهُ الْقَائِمُ بِفَرَائِضِ اللهِ وَ سُنَّتِهِ . اَللّهُمَّ فَصَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وَاَصْحَابِهِ وَ التّاَبِعِيْنَ عَلَى مِنْهَاجِهِ وَ سُنَّتِهِ . اَمَّا بَعْدُ : اَ يُّهَا النَّاسُ اُوْصِيْكُمْ و َاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ . رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَ تُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَ الْبَلاَءَ وَ الْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ مِنْ بَلاَدِنَا هَاذَا خَاصَّةً وَ مِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ . اَللَّهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَتِكَ وَالنَّارِ . رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَارِ . وَ اَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

15/10/2025

Nomor : 03
Jumat Ke 03, Oktober 2025
PERKARA DOSA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِىْ سَلَكَ بِاَحْبَابِهِ نَهْجَ الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ . اَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَه‘ لَا شَرِيْكَ لَه‘. وَ اَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه‘ شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنْ عَذَابِهِ يَوْمَ الدِّيْنِ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ صَلَاةً وَّ سَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ مُدَّةَ ذِكْرِ الذَّاكِرِيْنَ وَ سَهْوِ الْغَافِلِيْنَ . اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ بِجَنَّةِ النَّعِيْمِ . اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : لَـيْسَ بِاَ مَا نِيِّكُمْ وَ لَاۤ اَمَا نِيِّ اَهْلِ الْـكِتٰبِ ۗ مَنْ يَّعْمَلْ سُوْٓءًا يُّجْزَ بِهِ ۙ وَ لَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّ لَا نَصِيْرًا
Artinya: " (Pahala dari Allah) itu bukanlah angan-anganmu dan bukan (p**a) angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah".{ QS. An-Nisa, ayat 123 }.
Hadirin Ahli Jum`ah, Rahimakumullah !.
Imam Gozali berkata bahwa dalam agama terbagi dua bagian, pertama meninggalkan larangan, dan yang kedua melaksanakan ketaatan. Menurut pendapatnya yang lebih sulit dari kedua hal ini adalah menghindari larangan, karena dalam melaksanakan ketaatan hampir semua orang dapat melakukannya, sementara meninggalkan larangan, meninggalkan hawa nafsu tidak semua orang mampu menghindarinya kecuali bagi para shiddiqiin. {Bidayatul Hidayah, halaman 61}.
Sebahagian Hukama ada yang mengatakan: “ Orang biasa juga bisa melakukan perbuatan baik, amal saleh. Namun hanya orang yang kuat dan baik yang mampu meninggalkan perbuatan jahat.” {Tanbihul Ghafilin, halaman 135}
Baginda Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
اَعْظَمُ الذُّنُوْبِ عِنْدَ اللهِ اَصْغَرُهَا عِنْدَ النَّاسِ وَ اَصْغَرُ الذُّنُوْبِ عِنْدَ اللهِ اَعْظَمُهَا عِنْدَ النَّاسِ
Artinya: “ Dosa-dosa terbesar di sisi Allah adalah dosa-dosa yang dianggap kecil oleh manusia. Sedangkan Dosa-dosa terkecil di sisi Allah adalah dosa-dosa yang dianggap besar oleh manusia.” {Tanbihul Ghafilin, halaman 134}. Beliau juga bersabda:
لَا صَغِيْرَةَ مَعَ الْاِصْرَارِ وَ لَا كَبِيْرَةَ مَعَ الْاِسْتِغْفَارِ
Artinya: “Tidak dapat dianggap dosa kecil jika dilakukan berulang-ulang. Dan tidak dapat dianggap dosa besar jika diikuti dengan istighfar, memohon ampun kepada Allah.” {Nashoihul `Ibad, halaman 5}. Syekh Awwam bin Hausab berkata:
اَرْبَعٌ بَعْدَ الذَّنْبِ شَرٌّ مِنَ الذَّنْبِ : اَلْإِسْتِصْغَارُ وَ الْإِغْتِرَارُ وَ الْإِسْتِبْشَارُ وَ الْإِصْرَارُ
Artinya: “ Ada Empat jenis dosa setelah berbuat dosa lebih buruk daripada perbuatan dosa itu sendiri, yaitu meremehkan dosa, tidak merasa bersalah, merasa senang dengan perbuatan dosa, dan terus-menerus berbuat dosa.” {Tanbihul Ghofilin, halaman 134}.
Abul Qasim bin Muhammad berkata, Ibnu Abbas pernah ditanya tentang orang yang banyak berbuat dosa dan banyak berbuat baik, sementara ada orang yang sedikit berbuat dosa dan sedikit berbuat baik, manakah yang engkau lebih s**ai ? Ibnu Abbas menjawab: “Aku tidak dapat membandingkan keselamatan dengan sesuatu apapun”, artinya orang yang sedikit berbuat dosa lebih aku s**ai. Siti Aisyah berkata, Rasulullah (saw) bersabda:
يَا عَائِشَةَ اِيَّاكِ وَ مُحْقَرَاتِ الذُّنُوْبِ فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللهِ تَعَالَى طَالِبًا
Artinya: “Wahai Aisyah! Waspadalah terhadap dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil pun akan dituntut oleh Allah.”
Hadirin Rahimakumullah !
Ada Diriwayatkan bahwa perumpamaan dosa-dosa kecil adalah seperti seseorang yang mengumpulkan potongan-potongan kayu bakar, kemudian menumpuknya dan membakarnya.” {Tanbihul Ghofilin, halaman 135}.
Sufyan Tsauri r.a. berkata: Setiap dosa yang muncul karena pengaruh hawa nafsu, ada harapan untuk bertaubat. Sedangkan dosa yang muncul karena kesombongan, sulit untuk berharap bertaubat. Sesungguhnya dosa Nabi Adam a.s. disebabkan oleh hawa nafsu, beliau bertaubat, sedangkan dosa Iblis disebabkan oleh kesombongan. (Nashoihul `Ibad, halaman 5
Sebagian dari orang-orang zuhud berkata:
مَنْ اَذْنَبَ ذَنْبًا وَ هُوَ يَضْحَكُ فَاِنَّ اللهَ يُدْخِلُهُ النَّارَ وَهُوَ يَبْكِى وَ مَنْ اَطَاعَ وَ هُوَ يَبْكِى فَاِنَّ اللهَ تَعَالَى يُدِخِلُهُ الْجَنَّةَ وَهُوَ يَضْحَكُ
Artinya: “ Barangsiapa berbuat dosa sambil tertawa{dengan perbuatan dosanya}, Allah akan memasukkannya ke Neraka sambil menangis, dan barangsiapa yang taat sambil menangis {karena merasa masih lalai dalam ketaatannya}, Allah akan memasukkannya ke Surga sambil tertawa.” {Nashoihul `Ibad, halaman 5}.
Semoga Allah SWT selamanya memberi hidayah, taufiq dan kemampuan kepada kita semua untuk menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Aamiin!
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اِنَّه‘ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KE DUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَهْلِ الْحَمْدِ وَ مُسْتَحِقِّهِ . اَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَه‘ لَا شَرِيْكَ لَه‘ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه‘ وَ رَسُوْلُهُ الْقَائِمُ بِفَرَائِضِ اللهِ وَ سُنَّتِهِ . اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَ التَّابِعِيْنَ عَلَى مِنْهَاجِهِ وَ سُنَّتِهِ . اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ و َاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ . اَللَّهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ اَنْ تُعِزَّ دِيْنَ الْإِسْلاَمِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ تُذِلَّ الْكَافِرِيْنَ الظَّالِمِيْنَ وَ الْمُشْرِكِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَائَنَا وَ اَعْدَائَكَ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ اَللَّهُمَّ اجْعَلَنَا هَادِيْنَ مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ وَ لَا مُضِلِّيْنَ . رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَ تُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ . اَللَّهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَتِكَ وَالنَّارِ . رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَارِ . وَ اَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

08/10/2025

Nomor : 04
Jumat Ke 02, Oktober 2025
SIFAT HAYAT PADA ALLAH TA`ALA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ يَنْفَدُ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُه‘ . اَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَاشِفِ الْغُمَّةِ وَاَلْمَبْعُوْثِ بِالْحَقِّ وَالرَّحْمَةِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتّاَبِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ مِمَّنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ . اَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۙ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ
Artinya: “ Allah, tidak ada Tuhan{yang berhak disembah} melainkan Dia. Yang Hidup kekal, lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya)." (QS. Ali -Imran, Ayat 2).
Hadirin Jamaah salat Jumat, Rahimakumullah !.
Lanjutan aqoid iman diantara sifat yang wajib dii`tikadkan adanya pada Allah Ta'ala yaitu sifat hayat, artinya hidup. Sifat hayat, sifat yang mengesahkan keberadaan sifat-sifat lainnya, seperti adanya sifat qudrat, iridat, ilmu, maka sifat hayat disebut Tashhih. Sifat hayat pada Allah adalah qodim sama dengan Dzat Allah yang qodim, Dzat Allah tidak pernah kosong dan terpisah dari Hayat-Nya. Sifat hayat pada Allah bersifat kekal, dan keberadaannya pun kekal. Sifat hayat pada Allah berbeda dengan makhluq-Nya, karena hayat Allah bukan karena nafas, tetapi hayatnya Allah disebabkan oleh sifat hayat-Nya.
Sebagaimana wajib mema`rivatkankan sifat hayat pada Allah, wajib p**a mema`rivatkankan bahwa mustahil Allah tidak hayat, artinya Allah mati. Gambaran Allah mati, adalah bahwa Allah sama sekali tidak hidup, hayatnya tidak qodim (ada permulaan). Hayatnya Allah menetap pada dzat yang tidak qodim. Hayatnya Allah tidak baqo (yang artinya ada akhir). Hayatnya Allah meneetap pada dzat yang tidak kekal. Hayatnya Allah tidak menetap(artinya terputus oleh kematian), Hayatnya Allah sama dengan hayat makhluk-makhluk-Nya. Ini semua mustahil bagi Allah Ta`ala.
Argumen akal yang menunjukkan sifat hayat pada Allah. Jika Allah tidak hidup, tentu Allah tidak akan tersifati sifat ilmu, qudrat{kuasa} dan irodat{kehendak}, keadaan ini mustahil, karena telah terbukti bahwa ciptaan kekuasaan Allah yaitu alam semesta ini, maka positif bahwa Allah Ta`ala hidup.
وَ الدَّلِيْلُ عَلَى ذَالِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ مَيِّةً لَمْ يَكُنْ قَادِرًا وَ لَا مُرِيْدًا وَ لَا عَالِمًا وَ هُوَ مُحَالٌ
Artinya: “ Dan dalil yang menunjukkan bahwa Allah hidup adalah jika Allah mati, maka Allah tidak akan berkuasa, tidak akan berkehendak, dan tidak berilmu. Dan Allah demikian keadaanya adalah mustahil.” (Tijan Ad-Darori, hlm. 7).
Adapun dalil Naqli sifat hayat pada Allah yaitu firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran, ayat 2:
اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۙ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ
Artinya: “ Allah, tidak ada Tuhan{yang berhak disembah} melainkan Dia. Yang Hidup kekal, lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya)." (QS. Ali -Imran, Ayat 2).
Adapun dalil menetapnya{istimror} sifat hayat Allah yaitu:
لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَّ لَا نَوْمٌ
Artinya: “Dia{Allah}tidak tersentuh mengantuk dan tidak tidur.” (QS. Al-Baqarah ayat 255).
Ayat ini menyatakan bahwa hidupnya Dzat Allah Ta'ala berbeda dengan ciptaan-Nya dan menetapnya{istimror} sifat hayat pada Allah.
Hadirin Rahimakumullah!.
Pandangan hukum syara` terhadap sifat hayat pada Allah Ta'ala adalah bahwa syara` mewajibkan bagi semua orang mukallaf bahwa wajib akal sifat hayat ada pada Allah, mengitikadkannya wajib syar`i, dengan jaminan keabsahan iman dan mendapat pahala bagi orang yang mengitikadkannya. Tidak sah imannya dan akan mendapat siksa bagi orang yang tidak mengitikadkannya. Syara` (Allah dan Rasul-Nya) membenarkan terhadap pandangan akal, bahwa sifat hayat ada pada Allah.
Syariat menganjurkan semua mukallaf untuk meresapi terhadap sifat hayat Allah dengan perasaan dan jiwa, hanya Allah yang memiliki sifat Hayyul Qoyyum, sehingga terasa dalam hati bahwa dunia ini fana, mengalami kehancuran dan kebinasaan, tidak abadi. Maka, benar-benar dalam hati bahwa Allah adalah satu-satunya tempat untuk memohon pertolongan sejati. Dalam berikhtiar sempurna, dalam berhakikat (tawakkal, berserah diri) kepada Allah juga sepenuh hati.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اِنّه‘ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kadua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَّهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُّضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ . اَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ . اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ وَ اَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَ اَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَ انْصُرْ عَلَى عَدُوِّكَ وَ عَدُوِّهِمْ . اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَ الْبَلاَءَ وَ الْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ مِنْ بَلاَدِنَا هَاذَا خَاصَّةً وَ مِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ رَبَّنَا ءاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَارِ وَ اَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

02/10/2025

Nomor : 03
Jumat Ke 01, Oktober 2025
HISAB DUNIA MERINGANKAN HISAB AKHERAT

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِن سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ . أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن . أَمَّا بَعْدُ فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لاَ تَمُوْتُنّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُونَ
Hadirin Ahli Jum`ah, Rahimakumullah !.
Meyakini adanya hari perhitungan amal termasuk aqidah sam`iyyat, merupakan bagian dari ciri orang bertakwa. Sebagaimana dijelaskan pada ayat 2-3 surah al-Baqarah,
ذَالِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka”. Kalimat YU`MINUUNA BIL GHAIBI oleh Syekh Nawawi dalam Tafsir al-Munir diartikan dengan,
يُصَدِّقُوْنَ بِمَا غَابَ عَنْهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالصِّرَاطِ وَالْمِيْزَانِ وَالْبَعْثِ وَالْحِسَابِ وَغَيْرِ ذَالِكَ
Artinya: “ Orang-orang yang membenarkan adanya perkara ghaib, diantaranya surga, neraka, shirat, timbangan amal, kebangkitan dari alam kubur, perhitungan amal dan sebagainya”. (Syekh Nawawi, Tafsir al-Munir, Juz 1, halaman 4).
Keyakinan yang kuat adanya yang ghaib akan menambah kewaspadaan manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Tidak bisa dibayangkan berapa banyak ucapan, perbuatan, gerak juga diamnya manusia dalam sehari-semalam. Dari sejumlah tersebut berapa banyak yang bernilai baik dan berapa banyak bernilai buruk. Maka Syekh Syatha Dimyati menambahkan dalam Kifayatul Atqiya: “Wajib atas kamu menjaga tobat, dengan menjaga anggota badan yang tujuh. Wajib menjaga mata dari melihat hal-hal yang diharamkan, menjaga lidah dari berbohong dan menyakiti Muslim lainnya”. (Kifayatul Atqiya, halamam 17).
Hadirin Yang Dirahmati Allah !.
Setiap embusan dan tarikan napas, setiap gerak dan diam, setiap ucapan dan perbuatan, akan disaksikan kembali di hari perhitungan (yaum al-hisab). Bahkan seluruh anggota badan akan bersaksi dan menjawab segala pertanyaan. Allah SWT berfirman:
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰۤى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَاۤ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
Artinya:“ Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan” (QS Yasin [36]: 65). Setidaknya dengan memahami pesan kedua ayat tersebut cukup menjadi motivasi melakukan muhasabah (perhitungan) diri setiap saat. Amirul mukminin Umar Ibn al-Khattab mengingatkan:
حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا
Artinya: “ Hitunglah (amal) diri kalian semua sebelum kalian semua dihisab. Melanjutkan ungkapan sahabat Umar Ibn al-Khattab. Sayyid Bakri bin Muhammad Syatha Berkata:
وَفِي الْإِحْيَاءِ فَمَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبُ خَفَّ فِي الْقِيَامَةِ حِسَابُهُ وُحُضِرَ عِنْدَ السُّؤَالِ جَوَابُهُ وَحَسُنَ مَنْقَلَبُهُ
Artinya: “ Dijelaskan dalam kitab ihya, barangsiapa menghitung-hitung amaliah dirinya sebelum dihisab, akan diringankan hisabnya di hari kiamat, dimudahkan dalam menjawab pertanyaan (malaikat), dan akan menempati tempat terbaik”. ( Kifayatul Atqiya, halaman.16). Jelas saja jika hisab di dunia akan menjadi sebab ringannya hisab di akhirat. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa dengan senantiasa melakukan muhasabah diri, seseorang dapat menyadari kesalahan, dan tidak akan mengulangi kesalahannya untuk yang kedua kali. Artinya semakin mendekati kematian semakin baik p**a kualitas hidup. Senantiasa meningkatkan keimanan, ketakwaan dan amal shaleh dalam mempersiapkan kehidupan mendatang (akhirat).
Semoga Allah senantiasa memberikan taifiq dan hidayah kepada kita sehingga hidup kita sesuai dengan ketentuan Allah swt. Aamiin, Yaa Rabbal `Aalamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اِنَّه‘ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kadua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ . أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ َلَا شَرِيْكَ لَهُ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَ إِيَّاُهُ نَسْتَعِيْنُ. وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ . اَمَّا بَعْدُ فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوْا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ . اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ . اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ . اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَ الْحَزَنِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَ الْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَ قَهْرِ الرِّجَالِ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَ اَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Address

Jatinagara
Ciamis
46273

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Khutbah Jum'at Bahasa Indonesia posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share