Jejak Nusantara

Jejak Nusantara Contact information, map and directions, contact form, opening hours, services, ratings, photos, videos and announcements from Jejak Nusantara, Digital creator, kp. Cilaku Rt/Rw 01/02 Desa Sukasari Kecamatan Cilaku, Cianjur.
(1)

Jejak Nusantara Channel Menyajikan informasi :
》Wisata Ziarah Makam Keramat
》Riwayat Ulama Daerah
》Vlog Pedesaan
》Sejarah Dan Budaya Leluhur
》Review Pondok Pesantren

Pohon Kaboa adalah jenis pohon langka yang hanya tumbuh di kawasan Hutan Sancang (Leuweung Sancang), Kecamatan Cibalong,...
03/09/2025

Pohon Kaboa adalah jenis pohon langka yang hanya tumbuh di kawasan Hutan Sancang (Leuweung Sancang), Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Pohon ini menjadi bagian penting dari ekosistem mangrove di pesisir pantai, terutama di area rawa-rawa dan bibir pantai Karanggajah, di mana ia tumbuh sekitar 500 meter dari garis pantai.
Pohon ini memiliki ciri khas berupa batang kecil yang tidak pernah melebihi ukuran betis manusia meskipun sudah tua, tinggi sedang (sekitar 6 meter), daun hijau muda yang rimbun, bunga wangi, dan buah berbentuk melengkung seperti kuku harimau (disebut juga Kukumaung). Akarnya kuat dan menjalar, mampu bertahan di lingkungan pasang surut air payau dan berombak, sehingga berfungsi sebagai pelindung alami dari abrasi ombak.
Pohon ini tumbuh berkelompok seperti bambu, dengan kulit batang berwarna abu-abu hingga coklat kemerahan yang bercelah. Bunganya mirip kuku macan, dan bijinya dapat beradaptasi di air laut, memungkinkan penyebaran alami.
Secara alami, spesies serupa pohon ini ada juga ada di wilayah seperti Sri Lanka, Malaysia, Australia, dan Cina selatan, tapi varietas Sancang dianggap endemik dan unik secara budaya.

Pohon Kaboa bukan hanya tanaman biasa; ia sarat dengan mitos dan kepercayaan masyarakat Sunda. Menurut legenda turun-temurun, pohon ini terkait erat dengan Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja), raja Kerajaan Pajajaran yang konon menghilang (tilem atau moksa) di Hutan Sancang. Kisah populer menyebutkan bahwa saat dikejar anaknya, Raden Kian Santang (yang baru pulang dari Tanah Arab), Prabu Siliwangi menancapkan tongkatnya ke pohon Kaboa sebelum berubah menjadi harimau gaib (Maung Sancang). Prajurit-prajurit setianya yang memilih ikut sang raja pun berubah menjadi pohon Kaboa, sementara yang mengikuti Kian Santang tetap menjadi manusia. Asal nama "Kaboa" konon dari kata Sunda "Kai Naon Boa?" yang berarti "Kayu apa itu?", merujuk pada keanehannya tumbuh di atas batu karang.
Masyarakat setempat meyakini ,
1.Setiap ruas kayu Kaboa dihuni harimau gaib yang melindungi pemiliknya dari gangguan fisik (lahir) maupun batin (gaib), membawa keberuntungan, dan menangkal hal buruk saat memasuki hutan.
2.Pohon ini sakral dan dilindungi; merusaknya bisa mendatangkan sial, termasuk serangan harimau gaib.
3.Digunakan dalam ritual spiritual, seperti penjagaan keselamatan atau simbol kekuatan.

Namun sayangnya pohon ini terancam punah karena kombinasi faktor lingkungan, aktivitas manusia, dan statusnya yang langka
1.Pohon Kaboa hanya tumbuh di kawasan spesifik Hutan Sancang, terutama di area mangrove dengan kondisi unik (air payau, ombak, dan tanah berbatu). Keterbatasan lokasi ini membuatnya rentan terhadap perubahan lingkungan lokal, seperti abrasi pantai atau perubahan pasang surut akibat kenaikan permukaan laut.
2.Karena nilai mistis dan budayanya, kayu Kaboa sering diambil untuk dijadikan kerajinan, jimat, atau barang bertuah (seperti gelang, tongkat, atau ukiran). Pengambilan yang tidak terkendali mengurangi populasi pohon.
3.Aktivitas manusia seperti pembangunan, polusi air, atau perubahan salinitas di area mangrove dapat mengganggu pertumbuhan Kaboa, yang sangat bergantung pada kondisi lingkungan tertentu.
Pohon Kaboa memiliki tingkat regenerasi alami yang lambat. Biji yang menyebar melalui air laut sering kali tidak menemukan kondisi ideal untuk tumbuh, terutama jika habitatnya terganggu. Selain itu, penebangan pohon dewasa mengurangi sumber biji untuk pertumbuhan baru.
Meskipun Hutan Sancang adalah kawasan konservasi, pengawasan terhadap eksploitasi pohon Kaboa masih lemah. Aktivitas wisata yang tidak terkelola dengan baik juga dapat merusak ekosistemnya, seperti pengunjung yang menginjak akar atau membuang sampah.

Jadi cees , apabila sedang berkunjung ke leweung Sancang, jangan asal buang sampah sembarang dan jangan asal tebang atau merusak pohon ini .







semua orang

Kami dari tim Jejak Nusantara mengucapkan turut prihatin atas segala kejadian beberapa hari terakhir di Tanah Nusantara ...
30/08/2025

Kami dari tim Jejak Nusantara mengucapkan turut prihatin atas segala kejadian beberapa hari terakhir di Tanah Nusantara ini .
Mudah-mudahan pemerintah bisa segera bertindak dan mau Mendengarkan Rakyat . Jangan sampai ada korban lagi seperti Alm.Affan
Buat warga yang masih menyuarakan aspirasinya tolong tetap jaga diri masing-masing. Jangan terprovokasi dan jadi korban berikutnya
Stay safe semuanya . Pray for Indonesia





semua orang

Kerajaan Pajajaran, adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri di Jawa Barat sekitar abad ke-10 hingga abad ke-16.Kerajaa...
29/08/2025

Kerajaan Pajajaran, adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri di Jawa Barat sekitar abad ke-10 hingga abad ke-16.
Kerajaan Pajajaran didirikan oleh Sri Jayabhupati pada tahun 923 M, menurut prasasti Sanghyang Tapak. Pusat kerajaan awalnya berada di Galuh (sekitar Ciamis modern), namun kemudian berpindah ke Pakuan (sekitar Bogor) pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi, raja paling terkenal.

Di bawah Prabu Siliwangi (1482–1521), Pajajaran mencapai puncak kejayaan. Kerajaan ini menguasai wilayah Jawa Barat, bagian barat Jawa Tengah, dan memiliki pelabuhan penting seperti Sunda Kelapa dan Banten. Ekonomi berkembang melalui perdagangan lada, beras, dan hasil bumi, serta hubungan diplomatik dengan Portugis.
Pajajaran memiliki sistem monarki dengan struktur pemerintahan yang terorganisir, termasuk dewan menteri (Sapta Prabu). Agama Hindu dan Buddha menjadi pengaruh utama, tercermin dalam seni, sastra, dan tradisi seperti upacara keagamaan di situs-situs suci.
Pada abad ke-16, Pajajaran menghadapi tekanan dari Kesultanan Banten dan Demak. Pada 1579, pasukan Banten di bawah Maulana Yusuf menaklukkan Pakuan, menandai akhir Kerajaan Pajajaran. Banyak bangsawan melarikan diri ke daerah pedalaman seperti Baduy.
Pajajaran meninggalkan warisan budaya seperti seni tari, musik, dan tradisi Sunda. Naskah-naskah seperti Carita Parahyangan dan Kidung Sunda menjadi sumber sejarah penting.








semua orang

Batu Satangtung di situs makam walahir merupakan tujuh batu tegak (menhir) yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan spir...
28/08/2025

Batu Satangtung di situs makam walahir merupakan tujuh batu tegak (menhir) yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang tinggi .
Ada tujuh batu satangtung yang disebut secara kolektif sebagai Linggabuana, dinamai sesuai nama Prabu Maharaja Linggabuana, salah satu tokoh penting Kerajaan Galunggung yang dimakamkan di situs ini. Istilah "satangtung" berasal dari bahasa Sunda kuno, merujuk pada batu-batu tegak yang biasanya memiliki fungsi ritual atau simbolik dalam tradisi megalitik.
Batu-batu ini adalah menhir berukuran besar, berdiri tegak di area kompleks makam. Ukurannya bervariasi, namun umumnya cukup besar untuk menonjol di antara makam-makam lainnya. Batu-batu ini tidak diukir dengan simbol atau tulisan, melainkan dibiarkan dalam bentuk alami, mencerminkan tradisi megalitik Sunda kuno.
Batu satangtung diyakini sebagai tempat musyawarah atau pertemuan penting antara Prabu Siliwangi (tokoh legendaris Kerajaan Sunda) dan para resi (tokoh spiritual) pada masa Kerajaan Galunggung. Tempat ini dianggap sebagai pusat kegiatan spiritual dan intelektual, di mana para pemimpin membahas urusan politik, keagamaan, dan keilmuan. Dalam konteks budaya Sunda kuno, batu-batu tegak seperti ini sering digunakan sebagai penanda tempat suci (kabuyutan) atau sebagai simbol penghormatan kepada leluhur.
Dalam tradisi lokal, batu satangtung dianggap memiliki aura sakral. Peziarah sering mempercayai bahwa batu-batu ini menyimpan energi spiritual atau karomah, sehingga menjadi titik fokus selama ziarah. Batu-batu ini juga dikaitkan dengan ritual pemujaan leluhur sebelum masuknya Islam, yang kemudian diadaptasi ke dalam tradisi Islam setempat.
Batu satangtung adalah bagian dari tradisi megalitik Sunda kuno, yang tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat, seperti situs Gunung Padang atau Batu Mahpar. Tradisi ini mencakup pembangunan struktur batu untuk keperluan ritual, seperti pemujaan arwah leluhur atau penanda tempat suci. Keberadaan batu satangtung di Walahir menunjukkan bahwa situs ini awalnya adalah punden berundak atau tempat religi pra-Islam sebelum menjadi kompleks makam Islam.
Setelah Islam masuk ke Priangan Timur sekitar abad ke-11 atau setelahnya , situs ini diadaptasi menjadi makam dengan orientasi kiblat (utara-selatan). Namun, batu satangtung tetap dipertahankan sebagai bagian dari warisan budaya, menunjukkan perpaduan antara tradisi Sunda

Batu-batu ini dianggap sebagai saksi bisu kejayaan Kerajaan Galunggung, yang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Tempat ini diyakini sebagai pusat kabuyutan, yaitu tempat pendidikan dan penyebaran ilmu pengetahuan, spiritualitas, dan tata cara pemerintahan, di mana tokoh-tokoh seperti Prabu Siliwangi dan para resi berkumpul.
Batu satangtung tidak hanya memiliki nilai religi, tetapi juga menjadi objek penelitian arkeologi dan sejarah. Keberadaannya memberikan wawasan tentang tradisi megalitik Sunda, peralihan budaya dari pra-Islam ke Islam, dan peran Kerajaan Galunggung dalam sejarah Jawa Barat. Batu-batu ini juga menjadi simbol kearifan lokal leluhur dalam menjaga harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Jika cees berencana mengunjungi situs ini untuk melihat batu satangtung, disarankan untuk menghubungi juru kunci terlebih dahulu agar mendapatkan panduan yang lebih mendalam tentang sejarah dan makna batu-batu ini. Pastikan juga untuk menjaga sikap hormat selama berada di area yang dianggap keramat ini.










semua orang

Kerajaan Sunda-Galuh merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara yang berdiri di wilayah Jawa Barat , mencak...
28/08/2025

Kerajaan Sunda-Galuh merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara yang berdiri di wilayah Jawa Barat , mencakup daerah seperti Banten, Jakarta, Jawa Barat, Lampung, dan sebagian barat Jawa Tengah. Kerajaan ini lahir dari pecahan Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-7 Masehi dan sering disebut sebagai Kerajaan Sunda saja dalam banyak sumber sejarah, meskipun secara formal merupakan penyatuan dua entitas: Kerajaan Sunda (berpusat di Pakuan Pajajaran, kini Bogor) dan Kerajaan Galuh (berpusat di Kawali, Ciamis). Nama "Sunda-Galuh" mencerminkan kesatuan kedua wilayah tersebut, dengan batas alami Sungai Citarum.
Kerajaan Sunda-Galuh berasal dari kemunduran Kerajaan Tarumanagara, kerajaan Hindu-Siwa yang berkuasa sejak abad ke-5 hingga ke-7 Masehi. Pada masa Raja Linggawarman (sekitar 666-669 M), Tarumanagara mulai melemah akibat serangan Sriwijaya. Setelah kematiannya, kekuasaan jatuh ke tangan menantunya, Sri Maharaja Tarusbawa, yang memindahkan pusat pemerintahan ke Sundapura (dekat Bogor) dan mengubah nama kerajaan menjadi Sunda pada 670 M.
Hal ini memicu pemberontakan dari Wretikandayun, seorang keturunan Raja Kendan (bawahan Medang Kamulan di Jawa Tengah) yang diutus kakeknya untuk menguasai wilayah timur. Didukung oleh Kerajaan Kalingga (melalui pernikahan putranya, Mandiminyak, dengan putri Ratu Shima), Wretikandayun menuntut pemisahan wilayah.
Tarusbawa, yang sedang lemah, menyetujui pembagian pada 669 M: wilayah barat menjadi Kerajaan Sunda (dengan ibu kota di hulu Sungai Cipakancilan, Bogor), dan wilayah timur menjadi Kerajaan Galuh (dengan ibu kota awal di Karangkamulyan, Ciamis). Sungai Citarum menjadi batas kedua kerajaan .
Wretikandayun menjadi raja pertama Galuh dengan gelar Maharaja Suradarma Jayaprakosa.Penyatuan pertama terjadi pada 723 M oleh Sanjaya (atau Prabu Harisdarma), cicit Wretikandayun dan suami Tejakencana (putri Tarusbawa). Sanjaya merebut Galuh dari Purbasora (sepupu yang kudeta) dan menyatukannya dengan Sunda. Namun, ia juga mewarisi Kalingga dan mendirikan Mataram Kuno (Wangsa Sanjaya) pada 732 M, menyerahkan Sunda-Galuh kepada putranya,yaitu Rakeyan Panaraban .
Pada 739 M, kerajaan terpecah lagi menjadi Sunda (di bawah Sang Bangga) dan Galuh (di bawah Sang Manarah, alias Ciung Wanara).Selama berabad-abad, kedua kerajaan sering bersaing dan terlibat perang saudara, tetapi tetap terkait secara dinasti.
Penyatuan kedua kerajaan terjadi pada 819 M di bawah Prabu Gajah Kulon, dan terpecah lagi pada 1382 M. Penyatuan permanen baru tercapai pada 1482 M melalui pernikahan Jayadewata (dari Galuh) dengan Ambetkasih (dari Sunda), yang menyandang gelar Sri Baduga Maharaja. Saat itu, kerajaan berganti nama menjadi Pajajaran (Pakuan Pajajaran) dengan ibu kota di Pakuan.







semua orang

Candi Prambanan dibangun dalam satu malam adalah mitos yang berasal dari legenda rakyat, khususnya cerita tentang Bandun...
27/08/2025

Candi Prambanan dibangun dalam satu malam adalah mitos yang berasal dari legenda rakyat, khususnya cerita tentang Bandung Bondowoso dan Loro Jonggrang. Menurut legenda, Bandung Bondowoso meminta bantuan jin untuk membangun 1.000 candi dalam semalam, tetapi Loro Jonggrang mengelabuinya sehingga pembangunan tidak selesai.
Dalam realitas sejarah, Candi Prambanan dibangun sekitar abad ke-9 Masehi oleh Kerajaan Mataram Kuno, kemungkinan pada masa pemerintahan Rakai Pikatan. Proses pembangunannya memakan waktu bertahun-tahun, melibatkan banyak tenaga kerja dan keahlian arsitektur yang tinggi, sebagaimana tercermin dari detail seni dan struktur candi yang megah. Bukti arkeologi dan prasasti tidak mendukung klaim pembangunan dalam satu malam.
Malahan menurut prasasti siwagrha yg ditemukan di daerah Prambanan, menyebutkan pembangunan sebuah kompleks candi besar yang dikaitkan dengan Candi Prambanan. Prasasti ini dibuat pada masa Rakai Pikatan, raja Mataram Kuno, dan menyebutkan upacara peresmian serta pembangunan kuil untuk Siwa. Ini menunjukkan bahwa candi dibangun secara bertahap, bukan dalam satu malam.
Akan tetapi kita juga harus terus menghormati dan melestarikan cerita rakyat tersebut ya es .







semua orang

Kerajaan Tarumanegara adalah salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara, yang berdiri sekitar abad ke-4 hingga abad k...
26/08/2025

Kerajaan Tarumanegara adalah salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara, yang berdiri sekitar abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi di wilayah Jawa Barat, tepatnya di sekitar Sungai Citarum (Bogor, Bekasi, dan Jakarta). Nama "Tarumanegara" berasal dari kata taruma (indigo) dan negara (kerajaan), merujuk pada Sungai Citarum yang menjadi pusat kerajaan.
Berdasarkan sumber-sumber sejarah, Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Jayasingawarman, seorang tokoh dari India atau keturunan India yang melarikan diri ke Nusantara akibat konflik di wilayahnya. Ia tiba di Jawa Barat sekitar tahun 358 M dan mendirikan kerajaan dengan pusat di Sundapura (sekarang daerah dekat Jakarta). Jayasingawarman dikenal sebagai raja yang bijaksana dan berhasil membangun fondasi kuat bagi kerajaan.
Masa kejayaan Tarumanegara terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman (395–434 M), cucu Jayasingawarman. Purnawarman dikenal sebagai raja besar yang berhasil memperluas wilayah kekuasaan, meningkatkan perdagangan, dan membangun infrastruktur penting. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah pembangunan Sungai Gomati dan Sungai Candrabaga, yang digunakan untuk irigasi dan pengendalian banjir, sehingga meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan rakyat.Purnawarman juga dikenal sebagai penganut agama Hindu-Wisnu, seperti tercermin dalam prasasti-prasasti peninggalannya. Ia digambarkan sebagai raja yang kuat dan karismatik, bahkan disamakan dengan dewa Wisnu. Kerajaan ini menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan lain, termasuk Tiongkok, sebagaimana tercatat dalam catatan dinasti Tiongkok yang menyebutkan utusan dari Tarumanegara pada abad ke-5.
Pada sekitar tahun 669 M, Tarumanegara diperkirakan runtuh, dan wilayahnya dikuasai oleh Kerajaan Sunda di bawah Tarumanagara atau menjadi bagian dari kekuasaan Sriwijaya. Salah satu raja terakhirnya, Linggawarman, tidak meninggalkan penerus laki-laki, dan putrinya, Manasih, menikah dengan Tarumawarman, raja Sunda, yang kemudian melanjutkan kekuasaan di wilayah tersebut.
Kerajaan Tarumanegara meninggalkan warisan budaya yang signifikan, seperti sistem irigasi yang canggih, seni tulis pada prasasti, dan pengaruh Hindu dalam kehidupan beragama. Prasasti-prasastinya menjadi bukti awal penggunaan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta di Nusantara. Kerajaan ini juga menjadi cikal bakal kerajaan-kerajaan lain di Jawa Barat, seperti Kerajaan Sunda hingga Kerajaan Pajajaran






semua orang

Jaman Dulu, batu digunakan sebagai tempat menulis oleh raja-raja karena sifatnya yang tahan lama, kuat, dan tidak mudah ...
25/08/2025

Jaman Dulu, batu digunakan sebagai tempat menulis oleh raja-raja karena sifatnya yang tahan lama, kuat, dan tidak mudah rusak dibandingkan bahan lain seperti kayu atau kulit. Batu bisa menyimpan informasi penting, seperti perintah, catatan sejarah, atau prasasti, untuk waktu yang sangat lama, bahkan berabad-abad. Selain itu, batu dianggap memiliki nilai simbolis, menunjukkan kekuasaan dan keabadian pesan raja. Teknik ukir pada batu juga memungkinkan tulisan atau simbol tetap jelas dan tidak mudah terhapus, sehingga cocok untuk mendokumentasikan peristiwa penting, hukum, atau kejayaan kerajaan. Contohnya adalah prasasti-prasasti di zaman kerajaan-kerajaan kuno seperti di Indonesia (misalnya Prasasti Kedukan Bukit) atau di tempat lain seperti Mesir (Hieroglif).
Berdasarkan pengetahuan sejarah dan arkeologi terkini, tidak ada angka pasti yang mutlak mengenai jumlah prasasti batu tulis di Indonesia karena penemuan baru terus terjadi, dan beberapa prasasti mungkin belum terdokumentasi secara lengkap atau hilang
Sekitar 1.000 hingga 1.500 prasasti yang tercatat, termasuk yang terbuat dari batu, logam, tembikar, dan bahan lainnya. Dari jumlah ini, prasasti batu tulis mendominasi, mencapai sekitar 70-80% atau lebih dari 800-1.000 buah. Angka ini mencakup prasasti dari berbagai era kerajaan kuno di Nusantara, mulai dari abad ke-4 hingga abad ke-16 M.
Di Sumatra (terutama Palembang dan sekitarnya), terdapat sekitar 100-150 prasasti batu dari Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 hingga 13), seperti Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, dan Kota Kapur.
Di Jawa (termasuk Jawa Tengah dan Timur), ada ratusan prasasti dari era Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8-10), seperti Prasasti Canggal, Kalasan, dan Siwagrha (untuk Candi Borobudur). Total di Jawa saja diperkirakan lebih dari 500 prasasti batu.
Di Bali dan Lombok, sekitar 100-200 prasasti dari era Kerajaan Bali Kuno (abad ke-9-14), seperti Prasasti Blanjong dan Sanur.
Di wilayah lain seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, jumlahnya lebih sedikit, sekitar 50-100, termasuk prasasti dari Kerajaan Kutai (seperti Yupa Kutai yang terkenal, abad ke-4).
Bagi cees yang menemukan batu dengan ukiran ataupun tulisan unik di Nusantara , coba tuliskan batu dimana saja yg unik , mungkin tim kita akan datang untuk melihatnya




semua orang

Membahas lebih detail soal prasasti CiaruteunPrasasti Ciaruteun terletak di tepi Sungai Ciaruteun, Desa Ciaruteun Ilir, ...
23/08/2025

Membahas lebih detail soal prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun terletak di tepi Sungai Ciaruteun, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Prasasti Ciaruteun adalah salah satu dari tujuh prasasti yang ditemukan dari periode Tarumanegara (abad ke-4 hingga ke-7 Masehi). Kerajaan ini dikenal sebagai salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia, dengan pusat pemerintahan yang diperkirakan berada di sekitar Bekasi atau Bogor.
Prasasti ini pertama kali ditemukan pada abad ke-19 oleh seorang Belanda, N.W. Hoepermans, pada tahun 1863. Saat itu, batu prasasti ditemukan dalam kondisi terendam di Sungai Ciaruteun. Penemuan ini menjadi salah satu petunjuk awal tentang keberadaan Kerajaan Tarumanegara.
Setelah ditemukan, prasasti diangkat dari sungai dan ditempatkan di lokasi yang lebih aman untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Saat ini, prasasti asli masih berada di lokasi penemuan, sementara replikanya disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.
Prasasti ini menjadi bukti penting tentang keberadaan Kerajaan Tarumanegara, salah satu kerajaan tertua di Nusantara, yang berpusat di wilayah Jawa Barat. Cap telapak kaki juga menunjukkan pengaruh budaya India, di mana simbol ini sering dikaitkan dengan dewa Wisnu, yang dianggap sebagai pelindung raja.
Aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta menunjukkan adanya pengaruh budaya India yang kuat, terutama dalam agama Hindu. Simbol telapak kaki juga mencerminkan kepercayaan bahwa raja adalah titisan atau pelindung ilahi.








semua orang

H.O.S. Tjokroaminoto lahir pada 16 Agustus 1882 di Ponorogo, Jawa Timur, meskipun ada sumber yang menyebutkan Desa Bakur...
22/08/2025

H.O.S. Tjokroaminoto lahir pada 16 Agustus 1882 di Ponorogo, Jawa Timur, meskipun ada sumber yang menyebutkan Desa Bakur, Madiun sebagai tempat kelahirannya, dengan Ponorogo sebagai tempat yang resmi diakui setelah penelitian sejarah. Ia berasal dari keluarga bangsawan Jawa, anak kedua dari 12 bersaudara. Ayahnya, R.M. Tjokroamiseno, adalah wedana di Kleco, Magetan, dan kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah menjabat sebagai Bupati Ponorogo. Tjokroaminoto juga merupakan keturunan langsung Kiai Ageng Hasan Besari, pendiri Pesantren Tegalsari, Ponorogo

Tjokroaminoto dikenal sebagai “Guru Bangsa” karena menjadi mentor bagi tokoh-tokoh besar seperti Soekarno (nasionalis, presiden pertama RI), Musso dan Semaun (sosialis/komunis), serta Kartosuwiryo (agamis, pendiri DI/TII). Di rumahnya di Surabaya, ia membuka indekos yang menjadi tempat tinggal para pemuda ini, mengajarkan semangat nasionalisme, keberanian melawan penjajah, dan pentingnya pendidikan. Trilogi terkenalnya, “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat,” menjadi pedoman perjuangan yang menginspirasi murid-muridnya. Soekarno bahkan meniru gaya Tjokroaminoto, seperti mengenakan peci yang kemudian menjadi simbol nasional.

Tjokroaminoto juga dikenal sebagai pelopor gerakan serikat buruh di Indonesia, memperjuangkan kesetaraan dan keadilan ekonomi bagi rakyat pribumi. Ia menolak sifat eksklusif organisasi seperti Budi Utomo, yang hanya untuk priayi Jawa dan Madura, dan menjadikan SI sebagai wadah persatuan berbagai suku dan agama. Prinsipnya, “Satu buat semua, semua buat satu,” mencerminkan visinya untuk kehidupan yang adil dan harmonis

Tjokroaminoto dijuluki “Raja Jawa Tanpa Mahkota” (De Ongekroonde van Java) oleh Belanda karena pengaruhnya yang besar tanpa gelar resmi, serta “Ratu Adil” oleh masyarakat pribumi karena dianggap sebagai pemimpin yang membawa keadilan. Meskipun berlatar belakang bangsawan, ia memilih hidup sederhana sebagai “kromo” (rakyat biasa) untuk dekat dengan rakyat.Ia meninggal dunia pada 17 Desember 1934 di Yogyakarta setelah jatuh sakit usai menghadiri Kongres SI di Banjarmasin. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Pekuncen, Yogyakarta. Pada 9 November 1961, Presiden Soekarno menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya atas jasa-jasanya dalam pergerakan nasional.


semua orang

Mamaos Cianjuran adalah seni vokal tradisional Sunda yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat, sering disebut juga sebagai ...
21/08/2025

Mamaos Cianjuran adalah seni vokal tradisional Sunda yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat, sering disebut juga sebagai Tembang Sunda Cianjuran. Seni ini menggabungkan nyanyian dengan iringan alat musik seperti kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan/atau rebab. Mamaos berasal dari kata "mamaca," yaitu seni membaca cerita wawacan dengan cara dinyanyikan, yang dihaluskan menjadi "mamaos." Seni ini lahir pada masa pemerintahan Bupati Cianjur R.A.A. Kusumaningrat (1834–1864), yang dikenal sebagai Dalem Pancaniti, dan berkembang sebagai seni kalangan aristokrasi (menak) dengan estetika tinggi. Liriknya berupa puisi atau hikayat Sunda, seperti pantun, beluk, degung, dan pupuh (tembang macapat Jawa), sering kali berisi puji-pujian kepada Tuhan, nasihat kehidupan, atau cerita adiluhung. Berdasarkan jenis lagunya, mamaos terbagi menjadi beberapa wanda, seperti papantunan, jejemplangan, dedegungan, rarancagan, kakawen, dan panambih.Awalnya hanya dinyanyikan oleh pria, tetapi sejak awal abad ke-20, wanita mulai turut melantunkannya. Mamaos juga berfungsi sebagai sarana hiburan, silaturahmi, dan penyebaran ajaran Islam melalui syair. Pada 2015, seni ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.





semua orang

Rempah-rempah yang dulu paling diincar oleh Belanda di Indonesia adalah cengkeh, pala, dan lada. Ketiga rempah ini memil...
19/08/2025

Rempah-rempah yang dulu paling diincar oleh Belanda di Indonesia adalah cengkeh, pala, dan lada. Ketiga rempah ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi di Eropa pada masa itu, menjadi daya tarik utama bagi bangsa Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara.
Selain ketiga rempah utama tersebut, Belanda juga tertarik pada,
Kayu Manis: Digunakan sebagai bumbu masakan dan pengharum ruangan, kayu manis juga menjadi komoditas perdagangan yang menguntungkan.
Vanili: Meskipun bukan asli Indonesia, vanili juga dibudidayakan di beberapa wilayah dan menjadi komoditas yang diminati di pasar Eropa.
Kapulaga:Rempah ini memiliki aroma yang khas dan digunakan dalam berbagai masakan, serta diminati oleh bangsa Eropa.
Belanda melalui VOC berhasil memonopoli perdagangan beberapa rempah ini, termasuk pala, fuli, dan cengkeh, dengan menjualnya kembali ke Eropa dengan harga yang jauh lebih tinggi.

Address

Kp. Cilaku Rt/Rw 01/02 Desa Sukasari Kecamatan Cilaku
Cianjur
43285MENGEDIT...APALOKASIAHLIRIWAYAT?

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Jejak Nusantara posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share