
03/09/2025
Pohon Kaboa adalah jenis pohon langka yang hanya tumbuh di kawasan Hutan Sancang (Leuweung Sancang), Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Pohon ini menjadi bagian penting dari ekosistem mangrove di pesisir pantai, terutama di area rawa-rawa dan bibir pantai Karanggajah, di mana ia tumbuh sekitar 500 meter dari garis pantai.
Pohon ini memiliki ciri khas berupa batang kecil yang tidak pernah melebihi ukuran betis manusia meskipun sudah tua, tinggi sedang (sekitar 6 meter), daun hijau muda yang rimbun, bunga wangi, dan buah berbentuk melengkung seperti kuku harimau (disebut juga Kukumaung). Akarnya kuat dan menjalar, mampu bertahan di lingkungan pasang surut air payau dan berombak, sehingga berfungsi sebagai pelindung alami dari abrasi ombak.
Pohon ini tumbuh berkelompok seperti bambu, dengan kulit batang berwarna abu-abu hingga coklat kemerahan yang bercelah. Bunganya mirip kuku macan, dan bijinya dapat beradaptasi di air laut, memungkinkan penyebaran alami.
Secara alami, spesies serupa pohon ini ada juga ada di wilayah seperti Sri Lanka, Malaysia, Australia, dan Cina selatan, tapi varietas Sancang dianggap endemik dan unik secara budaya.
Pohon Kaboa bukan hanya tanaman biasa; ia sarat dengan mitos dan kepercayaan masyarakat Sunda. Menurut legenda turun-temurun, pohon ini terkait erat dengan Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja), raja Kerajaan Pajajaran yang konon menghilang (tilem atau moksa) di Hutan Sancang. Kisah populer menyebutkan bahwa saat dikejar anaknya, Raden Kian Santang (yang baru pulang dari Tanah Arab), Prabu Siliwangi menancapkan tongkatnya ke pohon Kaboa sebelum berubah menjadi harimau gaib (Maung Sancang). Prajurit-prajurit setianya yang memilih ikut sang raja pun berubah menjadi pohon Kaboa, sementara yang mengikuti Kian Santang tetap menjadi manusia. Asal nama "Kaboa" konon dari kata Sunda "Kai Naon Boa?" yang berarti "Kayu apa itu?", merujuk pada keanehannya tumbuh di atas batu karang.
Masyarakat setempat meyakini ,
1.Setiap ruas kayu Kaboa dihuni harimau gaib yang melindungi pemiliknya dari gangguan fisik (lahir) maupun batin (gaib), membawa keberuntungan, dan menangkal hal buruk saat memasuki hutan.
2.Pohon ini sakral dan dilindungi; merusaknya bisa mendatangkan sial, termasuk serangan harimau gaib.
3.Digunakan dalam ritual spiritual, seperti penjagaan keselamatan atau simbol kekuatan.
Namun sayangnya pohon ini terancam punah karena kombinasi faktor lingkungan, aktivitas manusia, dan statusnya yang langka
1.Pohon Kaboa hanya tumbuh di kawasan spesifik Hutan Sancang, terutama di area mangrove dengan kondisi unik (air payau, ombak, dan tanah berbatu). Keterbatasan lokasi ini membuatnya rentan terhadap perubahan lingkungan lokal, seperti abrasi pantai atau perubahan pasang surut akibat kenaikan permukaan laut.
2.Karena nilai mistis dan budayanya, kayu Kaboa sering diambil untuk dijadikan kerajinan, jimat, atau barang bertuah (seperti gelang, tongkat, atau ukiran). Pengambilan yang tidak terkendali mengurangi populasi pohon.
3.Aktivitas manusia seperti pembangunan, polusi air, atau perubahan salinitas di area mangrove dapat mengganggu pertumbuhan Kaboa, yang sangat bergantung pada kondisi lingkungan tertentu.
Pohon Kaboa memiliki tingkat regenerasi alami yang lambat. Biji yang menyebar melalui air laut sering kali tidak menemukan kondisi ideal untuk tumbuh, terutama jika habitatnya terganggu. Selain itu, penebangan pohon dewasa mengurangi sumber biji untuk pertumbuhan baru.
Meskipun Hutan Sancang adalah kawasan konservasi, pengawasan terhadap eksploitasi pohon Kaboa masih lemah. Aktivitas wisata yang tidak terkelola dengan baik juga dapat merusak ekosistemnya, seperti pengunjung yang menginjak akar atau membuang sampah.
Jadi cees , apabila sedang berkunjung ke leweung Sancang, jangan asal buang sampah sembarang dan jangan asal tebang atau merusak pohon ini .
semua orang