Makam Keramat Di Cianjur/tempat Ziarah

Makam Keramat Di Cianjur/tempat Ziarah Tempat-tempat ziaroh di wilayah cianjur jawa barat
maqom/makam para raja/sesepuh/tokoh/ulama/leluhur di cianjur dan sekitar nya.

26/05/2024

KOMPLEK MAKAM EYANG DALEM CIKADU...

17/02/2024

Wilujeng wengi sadayans baraya,dulur nu dimana wae.
Mugi sadayana saparakanca nuju dina ka ayaan sehat wal afiat...

Amiiinn...

Wilujeng siang...
16/01/2024

Wilujeng siang...

21/10/2023

SEJARAH RADEN ARYA WIRAMANGGALA
RAJA CIANJUR KE II...


19/10/2023

MAKAM WALIYULLOH SYEKH NURQODIM CIKIARA CIAWALEN WARUNGKONDANG.

YT Ang Aam


KESENIAN KUDAKOSONG  Sebagai salah satu warisan leluhur, kesenian Kuda Kosong asal Kabupaten Cianjur Jawa Barat memiliki...
19/08/2023

KESENIAN KUDAKOSONG Sebagai salah satu warisan leluhur, kesenian Kuda Kosong asal Kabupaten Cianjur Jawa Barat memiliki berbagai makna yang patut untuk diteladani.

Keteladanan itu bisa ditilik dari setiap unsur di pertunjukannya, termasuk dari sisi sejarah di mana tradisi Kuda Kosong dimulai.

Melansir laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Kamis (19/08), konon dalam sejarahnya, tradisi Kuda Kosong berkaitan dengan sisi kerendahan hati dari leluhur Sunda di Cianjur saat diberikan hadiah kuda oleh Raja Mataram yang saat itu berkuasa di Tatar Pasundan. Berikut kisah lengkapnya.

Bermula dari Berdirinya Daerah Cianjur

Kelahiran Kuda Kosong turut menandai berdirinya wilayah Cianjur, Jawa Barat. Saat itu pemimpin tertinggi di Cianjur Raden Kanjeng Aria Wiratanudatar mendapat panggilan dari Raja Mataram untuk memberikan upeti, sebagai tanda berdirinya wilayah baru di tanah Sunda.

Sebagai pemimpin tertinggi di daerah tersebut, Raden Kanjeng Aria Wiratanudatar (Dalem Cianjur) mengutus adiknya bernama Aria Natadimanggala untuk menyerahkan persembahan berupa 3 butir padi, 3 butir pedes (lada) dan 3 buah cabe rawit.

Upeti yang terbilang sedikit itu justru dimaklumi oleh Raja Mataram, bahkan saat hendak kembali ke Cianjur Aria Natadimanggala diberikan tiga buah balasan berupa seekor kuda, sebilah keris dan pohon saparantu (kemenyan).

Bermakna Kerendahan Hati

Merasa mendapat amanah dengan segala kerendahan hatinya, Aria Natadimanggala berupaya menjaga hadiah tersebut hingga enggan untuk menaikinya karena merasa hadiah tersebut untuk sang kakak yang begitu ia hormati.

Sesampainya di Cianjur, kuda tersebut diarak mengelilingi kota Cianjur dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat di sana.

Turut disebutkan, penamaan istilah Kuda Kosong sendiri berawal pada saat Aria Natadimanggala membawa dari Mataram ke Cianjur dengan tidak ditunggangi maka kuda tersebut akhirnya disebut sebagai Kuda Kosong.

Selain itu, sisi kerendahan hati lainnya juga ditampakkan oleh Raja Mataram yang merasa memahami keadaan Cianjur yang baru dibangun hingga dengan senang hati menerima upeti yang sedikit itu, dan membalasnya dengan bantuan kuda, keris dan pohon saparantu yang lebih besar.

Dilaksanakan Satu Tahun Sekali

Kuda Kosong sendiri merupakan salah satu kesenian asli Kabupaten Cianjur yang diadakan setiap satu tahun sekali, di hari jadi kabupaten pada 12 Juli atau pada 17 Agustus saat kemerdekaan Republik Indonesia.
Sisi kerendahan hati lainnya juga tampak di saat pelaksanaannya. Di mana ketika itu kuda yang diikutsertakan akan dipakaikan kain berwarna hijau, dengan diarak keliling kota sembari seolah-olah kuda tersebut memberi hormat ke warga yang menonton.

Konon turut disebutkan, kuda tersebut sedang di tunggangi oleh Raden Suryakencana yg merupakan anak dari hasil pernikahan Raden Aria Wiratanudatar dengan jin muslim

Upacara Kuda Kosong Khas Cianjur

Adapun dalam pelaksanaannya dibutuhkan sejumlah peralatan dan perlengkapan seperti penutup badan kuda, aksesoris kepala dan kaki, serta bunga wana-warni. Selain itu, turut digunakan payung untuk memayungi Bupati Cianjur dan memayungi kuda, pakaian penuntun kuda, dan perlengkapan para prajurit yang membawa upeti berupa keris dan pohon saparantu.

Tahapan pelaksanaan pawai Kuda Kosong didahului dengan memandikan kuda menggunakan air yang berasal dari mata air Cikundul agar kuda bersih dan siap diarak keliling kota. Kemudian dilanjutkan dengan berdoa agar pawai helaran Kuda Kosong keesokan harinya berjalan lancar.

Berikutnya di hari pelaksanaan, juga diadakan tawasul yaitu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa melalui perantara dan sebuah d**a untuk wewangian. Upacara ini diharapkan bisa menjadi pengingat bagi jasa-jasa para pendahulu mereka serta mengambil nilai-nilai positif (kerendahan hati) yang telah diajarkan secara turun menurun...

Asal Usul Eyang Surya Kencana/Mbah Dalem Cikundul.Raden Haji Surya KancanaRaden Haji Suryakencana ra. yang nama lengkap ...
29/07/2023

Asal Usul Eyang Surya Kencana/Mbah Dalem Cikundul.

Raden Haji Surya Kancana

Raden Haji Suryakencana ra. yang nama lengkap beliau Raden Suryakencana Winata Mangkubumi merupakan seorang putra Pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur) yang beristrikan seorang putri jin.

Menurut babad Cianjur, Pangeran Surya Kencana dinikahkan oleh ayahnya dengan salah satu putri dari bangsa jin dan hingga kini bersemayam di Gunung Gede. Hal yang sama terjadi p**a pada putri Jayasasana lainnya , Ny. R. Endang Sukaesih yang bersemayam di Gunung Ceremai dan R. Andika Wirusajagad yang menguasai Gunung Karawang.

Konon kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Sejarah dan legendanya merupakan kepercayaan masyarakat di sekitar, yaitu tentang keberadaan Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi di Gunung Gede.

Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun. Beliau bersama rakyat jin menjadikan alun-alun sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.

Kawasan yang dipercaya oleh kalangan praktisi supranatural sebagai wilayah kekuasaan Eyang Surya Kecana dan karuhun Sunda lainnya adalah:

1. Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Beliau bersama rakyat jin menjadikan alun2 sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar. Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading. Sumber air yang berada ditengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi.

2. Kawah Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga.

3. Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum lokasi air terjun panas yang menuju kearah puncak.

4. Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede.

5. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut pernah dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa.

6. Konon, Eyang Suryakencana menyimpan hartanya dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di sekitar air terjun Cibeureum. Gua tersebut dijaga oleh seekor macan hitam Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terdapat sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang karena bertapa sangat lama dan tekun sehingga berubah menjadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia akan kembali berubah menjadi manusia.

Sejarah Cianjur Yang Berawal Dari Cikundul

Kita mengenal jalan Surya Kencana di Kota Bogor, dan juga sebuah lokasi di Gunung Gede yang disebut Padang edelweis Surya Kancana. Namun tahukah anda sejarah dan ceritera dari Surya Kancana ini ?

Terdapat dua versi akan sejarah dari nama Surya Kancana ini, Versi pertama, Eyang Surya Kencana yang bersemayam di Gunung Gede, merupakan anak dari Dalem Wiratanu Datar hasil pernikahan dari wanita bangsa Jin. Dan yang kedua adalah Prabu Surya Kencana, Raja Pajajaran terakhir, sebelum ditaklukan oleh koalisi Kesultanan Cirebon dan Banten.Beliau bersemayam di daerah Kaduhejo atau Menes, kabupaten Pandeglang.

pada kali ini kita akan membahas mengenai Versi pertama yaitu Eyang Surya Kencana. Raden Haji Suryakencana ra. yang nama lengkap beliau adalah Raden Suryakencana Winata Mangkubumi merupakan seorang putra dari Pangeran Aria Wiratanudatar ( pendiri kota Cianjur) dan memiliki istri yang merupakan putri dari bangsa jin. Menurut babad Cianjur, Pangeran Surya Kencana dinikahkan oleh ayahnya dengan salah satu putri dari bangsa jin dan hingga kini bersemayam di Gunung Gede.

Hal yang sama terjadi p**a pada putri Jayasasana lainnya , Ny. R. Endang Sukaesih yang bersemayam di Gunung Ceremai dan R. Andika Wirusajagad yang menguasai Gunung Karawang. Konon kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Sejarah dan legendanya merupakan kepercayaan masyarakat di sekitar, yaitu tentang keberadaan Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi di Gunung Gede.

Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun. Beliau bersama rakyat jin menjadikan alun-alun sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.

Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Beliau bersama rakyat jin menjadikan alun2 sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar. Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading. Sumber air yang berada ditengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi.

Kawah Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga. Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum lokasi air terjun panas yang menuju kearah puncak.

Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut pernah dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa.

Konon, Eyang Suryakencana menyimpan hartanya dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di sekitar air terjun Cibeureum. Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terdapat sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang karena bertapa sangat lama dan tekun sehingga berubah menjadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia akan kembali berubah menjadi manusia. Lalu siapakah sebenarnya Raden Surya Kancana tersebut ?

Berdasarkan sejarahnya tahun 1529 kerajaan Talaga direbut oleh Cirebon dari Negara Pajajaran dalam rangka penyebaran agama Islam. Tetapi raja-raja Talaga, yaitu Prabu Siliwangi, Mundingsari, Mundingsari Leutik, Pucuk Umum, Sunan Parung Gangsa, Sunan Wanapri, dan Sunan Ciburang, masih menganut agama lama.

Sunan Ciburang memiliki putra yang bernama Aria Wangsa Goparana, yang merupakan leluhur Eyang Suryakancana dan merupakan orang pertama yang memeluk Islam, namun hal tersebut tidak direstui oleh orang tuanya akibatnya Aria Wangsa Goparana meninggalkan keraton Talaga dan menuju Sagalaherang yang terletak di Kabupaten Subang.

Di Sagalaherang, ia mendirikan pondok pesantren yang digunakannya untuk menyebarkan agama Islam. Pada akhir abad ke-17, beliau wafat di Kampung Nangkabeurit, Sagalaherang. Beliau meninggalkan beberapa orang putra dan putrinya, yaitu:

DJayasasana,
Candramanggala,
Santaan Kumban,
Yudanagar,
Nawing Candradirana,
Santaan Yudanagara, dan
Nyai Mas Murti.

Aria Wangsa Goparana, menurunkan para Bupati Cianjur yang bergelar Wira Tanu dan Wiratanu Datar serta para keturunannya.
Putra sulungnya, Djayasasana ini dikenal sebagai seorang muslim yang saleh. Setelah dewasa, Djayasasana meninggalkan Sagalaherang dengan di ikuti oleh orang terdekatnya. Mereka kemudian bermukim di Kampung Cijagang, Cikalongkulon, kabupaten Cianjur.

Djayasasana yang bergelar Aria Wira Tanu, menjadi Bupati Cianjur atau Bupati Cianjur Pertama (1677-1691) meninggal dunia antara tahun 1681 -1706 meninggalkan putra-puteri sebanyak 10 orang, yaitu:
Dalem Anom (Aria Natamanggala),
Dalem Aria Martayuda (Dalem Sarampad),
Dalem Aria Tirta (Di Karawang),
Dalem Aria Wiramanggala (Dalem Tarikolot),
Dalem Aria Suradiwangsa (Dalem Panembong),
Nyai Mas Kaluntar,
Nyai Mas Karangan,
Nyai Mas Djenggot dan
Nyai Mas Bogem.

Lalu Siapa Eyang Suryakancana?
Djayasasana yang bergelar Aria Wira Tanu memiliki seorang istri lain dari bangsa jin Islam dan dikaruniai tiga orang putra-putri, yaitu :
Raden Eyang Suryakancana yang hingga sekarang dipercayai bersemayam di Gunung Gede atau hidup di alam jin, kini dijadikan nama Universitas Suryakancana Cianjur.
Nyi Mas Endang Kancana alias Endang Sukaesih alias Nyai Mas Kara, yang merupakan Putri kedua , bersemayam di Gunung Ceremai dan, Andaka Warusajagad (tetapi ada juga yang menyebutkan bukan putra, tetapi putri bernama Nyai Mas Endang Radja Mantri bersemayam di Karawang).

Dalem Cikundul sebagai leluhurnya sebagian masyarakat Cianjur, yang tidak terlepas dari berdirinya pedaleman (kabupaten) Cianjur. Maka Makam Dalem Cikundul dijadikan tempat ziarah yang kemudian oleh Pemda Cianjur dikukuhkan sebagai obyek wisata ziarah, sehingga banyak dikunjungi penziarah dari berbagai daerah.

MAKAM/MAQOM GUNUNG KASUR      MAKAM/MAQOM  EYANG JAGA PAKSIlokasi gunung  kasur kampung gadog,Desa.Gadog keca.pacet kab....
23/08/2021

MAKAM/MAQOM GUNUNG KASUR
MAKAM/MAQOM EYANG JAGA PAKSIlokasi gunung kasur kampung gadog,
Desa.Gadog keca.pacet kab.Cianjur

KOMPLEK MAKAM PANGERAN HIDAYATULLOH -CIANJUR (JOGLO)   TERDAPAT JUGA MAKAM SANAK SAUDARANYA BELIAU DIMKAMKN DI TKP DAN I...
23/08/2021

KOMPLEK MAKAM PANGERAN HIDAYATULLOH -CIANJUR (JOGLO)
TERDAPAT JUGA MAKAM SANAK SAUDARANYA BELIAU DIMKAMKN DI TKP DAN IBADIKAN SEBAGAI NAMA JALAN DI KAWASAN KOTA CIANJUR.

wikipedia: Gusti Andarun bergelar mangkubumi Pangeran Hidayatullah kemudian bergelar Sultan Hidajat Oellah Halil Illah (bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman), atau disebut juga Hidayatullah II (lahir di Martapura, 1822 – meninggal di Cianjur, Jawa Barat, 24 November 1904 pada umur 82 tahun) adalah salah seorang pemimpin Perang Banjar...

Komplek Maqam/Maqom Keramat Gunung Geulis Cipanas-CianjurLokasi : Kp. Sengked Rt. 04/09 Desa Cibodas Kecamatan Pacet Kab...
23/08/2021

Komplek Maqam/Maqom Keramat Gunung Geulis Cipanas-Cianjur
Lokasi : Kp. Sengked Rt. 04/09 Desa Cibodas Kecamatan Pacet Kab. Cianjur Jawa barat...
maqam Waliyullah :
1. Imam Maghribi ( Sulthan Bani Israil )
2. Embah Jeprah
3. Syeh Ali Akbar
4. Sunan Rama
dan ada yang lainnya...

EYANG DALEM PASIR (PANGERAN NARANGBAYA) CUCUNYA RADEN FATTAH DEMAK KERAJAAN MATARAM...YG DITUGASKAN UNTUK MENYEBARKAN DA...
20/08/2021

EYANG DALEM PASIR (PANGERAN NARANGBAYA) CUCUNYA RADEN FATTAH DEMAK KERAJAAN MATARAM...
YG DITUGASKAN UNTUK MENYEBARKAN DAN MNGAJARKAN AGAMA ISLAM DI DAERAH TERSEBUT...

LOKASI GUNUNG CUPU CIHEA-HAUR WANGI

DALEM SAILAM SUKMANEGARA PASIR KARAMAT-PAGEUR MANEUH.SEORANG AULIA/ULAMA YANG KONON TRAHNYA MASIH NYAMBUNG KE EYANG DALE...
20/08/2021

DALEM SAILAM SUKMANEGARA PASIR KARAMAT-PAGEUR MANEUH.
SEORANG AULIA/ULAMA YANG KONON TRAHNYA MASIH NYAMBUNG KE EYANG DALEM CIKUNDUL....

KP RAWAKADU,PAGEURMANEUH-CIANJUR SELATAN

Address

Cianjur
Cianjur Regency

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Makam Keramat Di Cianjur/tempat Ziarah posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Makam Keramat Di Cianjur/tempat Ziarah:

Share