18/09/2025
Siswa SMK Negeri 1 Cikarang Barat Jadi Korban Penganiayaan Oleh Kakak Kelas.
Bekasi, dikutip dari beritasatu.com - Kasus perundungan atau bullying dilingkungan sekolah kembali terjadi di Kabupaten Bekasi, kali ini menimpa seorang siswa kelas 10 di SMK Negeri 1 Cikarang Barat berinisial AAI (16) korban mengalami tindak kekerasan fisik yang diduga dilakukan oleh belasan kakak kelasnya. Akibatnya, rahang kiri korban patah hingga harus menjalani operasi bedah mulut di rumah sakit.
Menurut sang ayah, Indra Prahasta (41) peristiwa yang dialami putranya itu bermula pada Selasa (2/9/2025) siang. Korban yang merupakan siswa di kelas 10 di sekolah tersebut sedang istirahat kemudian dipanggil oleh sejumlah kakak kelasnya dan di bawa ke lapangan bola persis berada dibelakang sekolah.
Lebih lanjut, Indra mengungkapkan putranya itu dipaksa berjongkok dengan wajah menatap ke langit, lalu dipukul secara bergantian oleh para kakak kelasnya itu yang berjumlah lebih dari 10 orang. “Mereka berjejer, mukulin anak saya satu per satu. Satu orang bisa mukul sampai delapan kali. Setelah selesai, bergeser, lalu giliran lain,” ujar Indra saat ditemui dirumahnya di Kampung Cibitung, Kelurahan Telagaasih, Kecamatan Cikarang Barat, Rabu (17/9/2025).
Kata Indra, dari pengakuan putranya, alasan perundungan itu terbilang sepele, yakni adanya aturan tidak tertulis yang dibuat oleh para siswa kelas 12 yang melarang siswa baru masuk ke kelas jurusan lain atau berfoto dengan siswi lintas jurusan.
Akibat peristiwa perundungan itu, korban mengalami luka serius. Hasil rontgen rumah sakit menunjukkan rahang sebelah kiri patah, serta terdapat sobekan di rongga mulut, hingga harus menjalani operasi bedah mulut di RSUD Kota Bekasi pada 5 September 2025.
“Kondisinya sekarang masih lemah. Untuk makan dan minum hanya bisa lewat selang. Berat badannya turun, sering mual dan muntah. Kalau banyak bicara, tenggorokannya sakit dan kadang muntah,” ungkap Indra.
Indra menyayangkan pihak sekolah yang tidak kooperatif dan terkesan menutup-nutupi kasus perundungan yang menimpa putranya, seakan demi menjaga nama baik sekolah. “Mereka seperti defensif. Responnya lambat, kurang transparan, dan tidak berpihak pada korban,” tegasnya.
Pihak keluarga juga mengaku telah melaporkan kasus tersebut ke Polsek Cikarang Barat sejak Kamis (4/9/2025) dan tercatat pada laporan polisi nomor LP/B/ /842/IX/2025/SPKT/RESKRIM/CIKBAR/RESTRO BEKASI/PMJ, dan kasusnya pun saat ini dalam penanganan unit Reskrim Polsek Cikarang Barat.
Selain trauma fisik dan psikologis, keluarga korban juga harus menanggung beban finansial. Seluruh biaya pengobatan hingga perawatan p***a operasi ditanggung sendiri, termasuk kebutuhan susu khusus pengganti asupan makanan yang harus dikonsumsi melalui selang setiap hari.
“Satu dus susu harganya seratus ribu, sehari bisa habis dua dus. Itu kami tanggung sendiri,” keluh Indra.
Kapolsek Cikarang Barat AKP Tri Baskoro Bintang Wijaya saat dikonfirmasi mengatakan, untuk saat ini pihaknya masih memproses laporan korban, dan hingga saat ini korban belum bisa dimintai keterangan lantaran kondisi kesehatannya yang masih belum stabil p***a operasi.
"Kami sudah terima laporan dan masih melakukan penyelidikan. Korban belum bisa memberikan keterangan karena kondisinya masih belum sehat," jelas Bintang saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Rabu (26/9/2025).