Radio Rodja

Radio Rodja Halaman ini adalah Fans Page resmi Radio Rodja 756 AM / 100.1 FM
(5584)

29/07/2025

Orang yang berziarah kubur hanya disyariatkan untuk mendoakan saja dan tidak disyariatkan untuk membaca Al-Qur’an di kuburan. Kenapa? Karena Aisyah bertanya, “Apa yang harus aku baca, hai Rasulullah, ketika aku ziarah kubur?” Ternyata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hanya mengajarkan doa ini saja.

السَّلَامُ عَلَىٰ أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ

“Semoga keselamatan tercurah atas Wahai penduduk kuburan dari kalangan mukminin dan muslimin. Dan semoga Allah merahmati yang telah mendahului dan yang akan datang. Dan sesungguhnya kita insyaallah benar-benar akan menyusul kalian.” (HR. Muslim

Baca selengkapnya: https://rodja.id/5om

28/07/2025

Pada hakikatnya, kita dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk memilih antara dua hal: diam atau berbicara yang baik. Sebagaimana sabda beliau dalam hadits sahih riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi Pada hakikatnya, menjaga lisan dan tidak banyak berbicara adalah hal yang dianjurkan dalam Islam. Orang yang banyak diam lebih selamat. Lisannya terjaga dari kesalahan, selamat dari ghibah. Jika seseorang menjaga dirinya, ia akan menjaga lisannya, maka insyaAllah ia akan selamat. Namun, ketika seseorang menyerupai tradisi orang-orang jahiliyah dahulu, yaitu menganggap ibadah dengan cara berniat untuk diam dan tidak berbicara sejak pagi hingga malam hari, hal ini tidak dibenarkan. Inilah yang dibatalkan oleh Islam.

Simak selengkapnya: https://rodja.id/5oj

PAHAMILAH BAHWA AKAL ANAK BELUM SEMPURNA.Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berinteraksi dengan anak kecil, belia...
28/07/2025

PAHAMILAH BAHWA AKAL ANAK BELUM SEMPURNA.

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berinteraksi dengan anak kecil, beliau betul-betul memahami keterbatasan akalnya. Contohnya adalah seorang pembantu Nabi yang masih kecil, dan sengaja dititipkan oleh ibunya untuk membantu tugas-tugas Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Anak itu adalah seorang sahabat yang kita kenal dengan nama Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu. Saat masih kecil, ia diberi tugas oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ketika memberikan tugas kepada Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu , dan ternyata Anas lalai atau lupa menjalankannya, beliau tidak marah-marah. Bahkan, tidak hanya sekadar tidak marah saat ada anggota keluarga Anas yang ingin memarahi Anas, justru Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarangnya. Beliau berkata:

دَعُوه؛ فلو قُدِّر أنْ يَكونَ كانَ.
“Biarkan (jangan dimarahi). Seandainya ditakdirkan oleh Allah, pasti akan terjadi.” (HR Ahmad dan disahihkan oleh Ibnu Hibban serta Al Albani)

Jadi, jangan sampai suasana di rumah itu dipenuhi oleh amarah. Jika anak sering dimarahi, lama-lama ia tidak akan betah tinggal di rumah. Dan ketika ia tidak betah di rumah, ia akan mencari tempat yang membuatnya merasa nyaman, padahal belum tentu tempat itu adalah tempat yang baik.

Oleh karena itu, marilah kita ciptakan suasana rumah yang membuat anak-anak merasa nyaman. Namun, kenyamanan itu bukan berarti membebaskan anak untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan tanpa peduli apakah hal itu baik atau justru merusak. Bukan seperti itu caranya.

Salah satu cara agar rumah menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak bagaimana kita ini kerjaannya tidak marah-marah terus, terutama jika amarah itu ditujukan pada hal-hal yang masih dalam batas kewajaran. Kenapa dikatakan masih dalam batas kewajaran? Karena akal anak memang belum sempurna.

Simak melalui:

Bijak Menyikapi Keterbatasan Akal Anak ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 25 Muharram 1447 H / 21 Juli 2025 M. Kajian Tentang Bijak Menyikapi Keterbatasan Akal Anak Kem...

Pokok-pokok dakwah salaf disebutkan oleh Abdul Karim Rahimahullahu Ta‘ala. Beliau berkata: “Perhatian terhadap menuntut ...
22/07/2025

Pokok-pokok dakwah salaf disebutkan oleh Abdul Karim Rahimahullahu Ta‘ala. Beliau berkata: “Perhatian terhadap menuntut ilmu syar‘i dan belajar agama ini adalah pokok dakwah salaf.”

Mengapa demikian? Karena dakwah adalah ajakan kepada umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an dan hadits dengan pemahaman para Salafush Shalih, ototmatis dakwahnya mengajak kepada ilmu syar‘i berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Dengan demikian, pokok pertama dari dakwah salaf adalah perhatian yang besar terhadap menuntut ilmu syar‘i dan memahami agama.

Di mana saja dakwah salaf muncul, maka harus ada perhatian terhadap penuntutan ilmu syar‘i. Kelompok-kelompok yang mengaku mengikuti dakwah salaf wajib memberikan perhatian besar terhadap belajar agama Islam. Bukan sekadar berkumpul, membentuk komunitas demi komunitas, lalu membuat kelompok-kelompok baru, tetapi tidak memiliki kaitan erat dengan menuntut ilmu syar‘i dan belajar agama. Apabila demikian, maka pengakuan itu adalah dusta.

Penulis berkata: “Maka Ketika kebanyakan dari jamaah-jamaah Islam pada zaman ini, terpisah dari ilmu syar‘i. Dan juga ketika mayoritas pengikutnya terpisah dari ilmu syar‘i, maka sesungguhnya dakwah salaf mendahulukan penuntutan ilmu syar‘i dan memberikan perhatian besar terhadap menuntut ilmu syar’i dengan perhatian yang sangat besar. Karena dia adalah landasan yang kokoh, yang dibangun di atasnya dakwah dan ditegakkan atasnya ibadah, dan tidak akan tegak keimanan (Aqidah) kecuali dengan ilmu syar’i. Bukan sekedar ibadah tapi yang benar sehingga diterima oleh Allah.
Selengkapnya:

Muqaddimah Kitab Ushul ad-Dakwah as-Salafiyah adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Ushul ad-Dakwah as-Salafiyah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Sabtu, 16 Muharram 1447 H / 12 Juli 2025 M. Kajian Tentang Sebab Utama Penulisan Kitab U...

DIADZABNYA ORANG YAHUDI DI KUBURعن أبي أيوبَ رضيَ اللهُ عنه قالَ: خَرَجَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ بعدَما غَ...
14/07/2025

DIADZABNYA ORANG YAHUDI DI KUBUR

عن أبي أيوبَ رضيَ اللهُ عنه قالَ: خَرَجَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ بعدَما غَرَبَتِ الشَّمسُ، فسمِعَ صوتًا، فقالَ: «يَهودُ تُعذَّبُ في قُبورِها».
Dari Abu Ayyub Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar setelah matahari terbenam, lalu beliau mendengar suatu suara, maka beliau bersabda: ‘Itu suara orang-orang Yahudi yang sedang diadzab di dalam kuburnya (mereka).’” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan penetapan akan adanya adzab kubur. Adzab kubur menimpa badan dan roh. Namun, menurut Ibnul Qayyim, roh lebih dominan dibandingkan badan. Sebab, manusia kata beliau melewati empat fase. Diantaranya:
Fase pertama adalah alam janin. Pada fase ini, menurut Ibnul Qayyim, hubungan antara roh dan badan sangat lemah.

Fase kedua adalah alam dunia. Di fase ini, badan lebih dominan daripada roh, karena yang merasakan kenikmatan di dunia adalah badan.
Fase ketiga adalah alam kubur. Pada fase ini, roh lebih dominan daripada badan. Roh merasakan adzab dan kenikmatan secara nyata, sementara badan juga turut merasakannya, tetapi yang lebih dominan adalah roh.

Fase terakhir adalah alam akhirat, yaitu hari kiamat. Pada fase ini, hubungan antara roh dan badan sangat kuat dan sempurna, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul Qayyim. Roh dan badan bersama-sama merasakan kenikmatan, demikian p**a merasakan adzab secara sempurna.

Faedah yang lain dari hadits ini adalah di antara mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah diperdengarkannya kepada beliau adzab kubur.

Simak melalui:

Bab Diadzabnya Orang Yahudi Di Kubur merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Ahad, 10 Muharram 1447 H / 6 Juli 2025 M. Kajian Hadits Tentang Bab Diadzabnya Orang Yahudi Di Kub...

HINDARI RESPON NEGATIF KETIKA ANAK BERBICARAJangan memberikan respon negatif ketika seorang anak atau remaja berbicara. ...
07/07/2025

HINDARI RESPON NEGATIF KETIKA ANAK BERBICARA

Jangan memberikan respon negatif ketika seorang anak atau remaja berbicara. Hindarilah komentar yang miring, menjatuhkan, atau merendahkan. Jangan p**a memberikan julukan atau panggilan yang negatif. Tentunya, ada beberapa istilah yang sebaiknya kita hilangkan dari percakapan, terutama dalam komunikasi dengan anak-anak dan remaja. Misalnya, istilah “nakal”. Istilah ini sering kali keluar secara spontan dari pendidik kepada anak didiknya yang melakukan pelanggaran atau kesalahan, seperti tidak mematuhi aturan atau melanggar tata tertib. Maka muncullah istilah tersebut.

Julukan atau panggilan seperti “nakal”, “bandel”, dan sejenisnya termasuk kategori kalimat negatif. Kesan yang ditimbulkannya pasti bersifat merendahkan. Oleh karena itu, istilah semacam ini sebaiknya kita ganti dengan istilah yang lebih tepat, seperti menyebut “perilaku negatif pada anak”, daripada menggunakan ungkapan “anak nakal”. Tentunya, saat seorang anak berperilaku sebagaimana yang disebut “nakal” oleh orang tua itu ada sebabnya, enggak mutlak kesalahan itu semua dilimpahkan kepada anak.

Terkadang, perilaku negatif pada anak tidak lepas dari kelalaian, keaabaian, atau kesalahan orang tua sendiri. Maka, tidak arif dan tidak adil jika sifat serta julukan negatif tersebut langsung ditimpakan kepada anak. Akibatnya, istilah seperti “nakal” menjadi identik dengan anak, muncul p**a istilah “anak nakal”, “kenakalan remaja”, dan sejenisnya.

Padahal, apa yang sering disebut sebagai “kenakalan anak” oleh orang tua, bisa jadi justru berasal dari kenakalan orang tua sendiri dari kelalaian, kealpaan, kesalahan, bahkan kejahilan mereka dalam mendidik. Akhirnya, anak hanya menjadi pihak yang terkena imbas dari kelengahan dan kekeliruan para pendidiknya. Ibnul Qayyim rahimahullāh mengatakan bahwa anak akan tumbuh besar sesuai dengan apa yang diberikan, ditanamkan, dan dicontohkan oleh pendidiknya.

Maka, ungkapan-ungkapan seperti itu sangat intimidatif. Ucapan seperti, “Kamu anak nakal,” “Kamu anak bandel,” “Anak saya nakal,” “Anak saya bandel”, sebenarnya lebih merupakan luapan rasa frustrasi orang tua dalam menghadapi perilaku anaknya. Kadang-kadang keluar kata-kata mutiara dari para orang tua: “Sekolahkan sudah mahal-mahal, dibiayai sekolahnya, dan lain sebagainya.” Sementara itu, orang tua sama sekali tidak campur tangan, bahkan lepas tangan terhadap pendidikan anaknya. Bulat-bulat diserahkan, dititipkan, dilimpahkan ke sekolah atau lembaga pendidikan.

Simak selengkapnya:

Hindari Respon Negatif ketika Anak Berbicara merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 28 Dzulhijjah 1446 H / 24 Juni 2025 M. Kajian Tentang Hindari Respon Negatif ketika Anak Berbicara....

NIAT DALAM BERBUAT DAN MENINGGALKANPara ulama, membagi amal menjadi dua bentuk, yaitu: Pertama, amal yang bersifat fi‘l ...
26/06/2025

NIAT DALAM BERBUAT DAN MENINGGALKAN

Para ulama, membagi amal menjadi dua bentuk, yaitu: Pertama, amal yang bersifat fi‘l (الْفِعْلُ) yaitu amal perbuatan. Yang dimaksud amal fi‘il adalah melakukan suatu perbuatan. Contohnya: shalat, puasa, zakat, haji. Kedua, amal yang bersifat tark (التَّرْكُ) yaitu meninggalkan perbuatan. Yang dimaksud amal tark adalah meninggalkan sesuatu karena Allah. Contohnya: Meninggalkan maksiat, membersihkan najis.

Kenapa para ulama membedakan hal ini? Ada amal yang bersifat melakukan (fi‘l / الفِعْل), dan ada amal yang bersifat meninggalkan (tark / التَّرْك). Amal yang bersifat melakukan adalah amal yang membutuhkan niat. Adapun amal yang bersifat meninggalkan (tark), maka kebanyakan ulama mengatakan tidak membutuhkan niat.

Tidak, tidak perlu setiap hari kita berkata, “Saya berniat hari ini meninggalkan maksiat.” Tidak perlu seperti itu. Lalu kapan, kita disuruh berniat meninggalkan maksiat? Yaitu ketika maksiat ada di hadapan kita, dan kita punya keinginan untuk melakukan maksiat itu. Maka saat itulah kita niatkan meninggalkannya karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Hal ini disebut oleh para ulama dengan istilah af‘al at-turuk (أَفْعَالُ التُّرُوكِ), yaitu melakukan amal yang bentuknya adalah meninggalkan.

Dalam hadits “إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ”, huruf “بِ” pada kata “بِالنِّيَّاتِ” menurut para ulama adalah ba’ al-musahabah (بَاءُ الْمُصَاحَبَةِ), yaitu huruf ba’ yang bermakna “menemani”. Artinya apa? Artinya adalah bahwa amal harus ditemani oleh niat. Maka dari itu, niat itu tempatnya di mana? Para ulama sepakat bahwa tempat niat adalah di hati. Dan otomatis setiap perbuatan manusia itu pasti disertai dengan niat. Oleh karena itu niat tidak perlu diucapkan.

Simak selengkapnya:

Syarah Hadits Innamal A’mal Binniyat adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada Sabtu, 25 Dzulhijjah 1446 H / 21 Juni 2025 M. Kajian Tentang Syarah Hadits Innamal A’mal Binniyat Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ‘Anh...

Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu ta’ala mengatakan bahwa manusia itu memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan ilmu (secara te...
25/06/2025

Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu ta’ala mengatakan bahwa manusia itu memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan ilmu (secara teori), yakni kekuatan memahami, dan yang kedua kekuatan ilmu yang kedua adalah kekuatan mengamalkan, yaitu yang berhubungan dengan kehendak dan keinginan, niat dari dalam hatinya.

Mengapa dalam Surah Al-Fatihah, setelah بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, Allah Subhanahu wa Ta‘ala menyebutkan الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ? Segala puji bagi Allah. Allah Subhanahu wa Ta‘ala dipuji tentu karena sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna, nama-nama-Nya yang Maha Indah, serta sifat-sifat-Nya yang Maha Terpuji. Allah dipuji karena limpahan kebaikan, rahmat-Nya, dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya.

Dengan demikian, kita akan menyempurnakan ilmu yang paling mulia. Kekuatan ilmu yang paling besar adalah mengenal Allah Subhanahu wa Ta‘ala dengan nama-nama-Nya yang Maha Indah dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi. Oleh karena itu, di awal surah Al-Fatiḥah setelah الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ disebutkan الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, yang berarti “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ yang berarti “Maha Menguasai Hari Pembalasan”, hal ini akan menguatkan dan menyempurnakan kekuatan ilmu serta kekuatan pemahaman seorang hamba. Inilah ilmu yang paling dibutuhkan bagi hati seorang hamba untuk membenarkan segala sesuatu yang ada pada diri manusia.

Kekuatan yang kedua adalah kekuatan amal dan kehendak di dalam hatinya, supaya nantinya dia berbuat dengan amal yang benar, ikhlas, dan semata-mata mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Inilah kekuatan yang kedua. Oleh sebab itu, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala agar dimudahkan untuk dapat beribadah kepada-Nya semata-mata, serta menunaikan ibadah dengan benar.

Kata Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah, “Kebahagiaan seorang hamba yang sempurna tergantung dari sejauh mana dia menyempurnakan dua kekuatan ini: kekuatan ilmu dan kekuatan dalam hal amal atau kehendaknya”.

Inilah sebabnya mengapa Allah Subhanahu wa Ta‘ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan petunjuk yang sempurna, membawa dua bimbingan dalam ilmu dan amal, yaitu dalam membenarkan pemahaman, juga membenarkan niat, membenarkan kehendak di hati sehingga sewaktu beramal menjadi lurus.

Rahasia Besar di Balik Surah Al-Fatihah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. pada Kamis, 23 Dzulhijjah 1446 H / 19 Juni 2025 M. Kajian Islam Tentang Rahasia Besar di Balik Surah Al-Fat...

20/06/2025

BAHAYA PUJIAN MANUSIA
Setiap manusia menyenangi pujian, mencitrakan dirinya agar mendapatkan pujian dan penghormatan. Setiap manusia akan lari dari celaan. Dia tidak s**a untuk dicela oleh manusia. Padahal saudaraku, siapa pun yang berpikir, dia akan mendapatkan bahwasanya celaan lebih bermanfaat untuk dirinya dibandingkan dengan pujian. Karena apabila kita dipuji orang, apabila pujian itu benar ada pada diri kita, seringkali kita terkena penyakit ujub dan kesombongan. Apabila ternyata pujian itu tidak ada pada diri kita dan kita merasa senang, maka kita masuk dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ
“Siapa yang merasa puas dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya, dia bagaikan memakai dua pakaian kedustaan.” (HR. Muslim)

Adapun celaan, apabila kita dicela orang dan ternyata celaan itu memang ada pada diri kita, maka jadikan itu sebagai alat introspeksi diri. Celaan itu, tidak akan bermudarat sama sekali buat kita. Apabila ternyata celaan itu tidak ada pada diri-diri kita, maka kita mendapatkan pahala dari dia tanpa harus beramal shalih. Oleh karenanya Asy-Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan: “Tidak akan membahayakan kamu orang-orang yang mencela kamu”
Celaan itu bisa menjadi berbahaya bagi kita apabila dimasukkan ke dalam hati, lalu kita terbawa perasaan (baper), kemudian muncul keinginan untuk membalas dendam. Akhirnya, kita membalasnya dengan cara yang lebih kejam, sehingga dosa kita justru lebih besar daripada orang yang mencela kita. Apabila kita perhatikan dan renungkan, celaan justru dapat menjauhkan kita dari sifat sombong dan ujub. Ketika seseorang mencela kita padahal kita tidak melakukannya, kita justru mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah atas kesabaran kita. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ وَلَا ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلَمَةً فَصَبَرَ عَلَيْهَا
“Tidaklah harta seorang berkurang karena sedekah, dan tidaklah seorang didzalimi oleh manusia, lalu ia bersabar menghadapi kedzaliman tersebut, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya” (HR. At-Tirmidzi)
Sedangkan pujian, saudaraku, apalagi jika kita memuji seseorang di hadapannya, sering kali dapat diibaratkan seperti memenggal lehernya. Sebagaimana disebutkan dalam hadist, bahwa ada seseorang yang memuji orang lain di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ
“Engkau telah memenggal leher saudaramu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kenapa demikian? Karena pujian sering kali membuat kita tidak bisa ikhlas. Senang dipuji bahkan bisa menjadi pintu menuju riya. Terlalu sering dipuji orang membuat kita tertipu. Ketika kita terus-menerus dipuji, semakin tinggi kita membumbung, lalu akhirnya kita pun terkena penyakit ujub. Sedangkan ujub itu dapat membatalkan amal. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‎لَوْ لَمْ تَكُوْنُوْا تُذْنِبُونَ لَخِفْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبُ الْعُجْبُ
“Seandainya kalian tidak berbuat dosa, sungguh aku khawatir kalian akan tertimpa sesuatu yang lebih besar daripada itu: yaitu rasa bangga diri (ujub), rasa bangga diri.” (Hadist Hasan Lighairihi, sebagaimana di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 658, karya syaikh Al-Albani) https://rodja.id/5mt

الهِدَايَةُ العَامَّةُ (AL-HIDAYATU AL-‘AMMAH)Ini adalah hidayah Allah Subhanahu wa Ta‘alakepada seluruh makhluk mencaku...
16/06/2025

الهِدَايَةُ العَامَّةُ (AL-HIDAYATU AL-‘AMMAH)

Ini adalah hidayah Allah Subhanahu wa Ta‘alakepada seluruh makhluk mencakup segala apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta‘ala tetapkan, tentukan, dan takdirkan terkait urusan kehidupan di dunia. Dalilnya terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala Subḥanahu wa Ta‘ala:

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى ‎﴿١﴾‏ الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ ‎﴿٢﴾‏ وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ ‎﴿٣﴾
“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan lalu menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan takdir, lalu memberi petunjuk.” (QS. Al-A‘la [87]: 1–3)

Dalil yang lain ketika Fir‘aun bertanya kepada Nabi Musa ‘Alaihis Salam, “Siapakah Rabbmu, wahai Musa?” Maka Musa menjawab:

قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَىٰ كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُۥ ثُمَّ هَدَىٰ
“Rabb kami adalah (Allah Subhanahu wa Ta‘ala ) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (QS. Thaha [20]: 50)

Simak selengkapnya:

Jenis Hidayah dalam Al-Qur’an adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 13 Dzulhijjah 1446 H / 9 Juni 2025 M. Kajian sebelumnya: Bersabar dalam Berdakwa...

Do’a Untuk MayitDari ‘Auf bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mens...
12/06/2025

Do’a Untuk Mayit

Dari ‘Auf bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menshalatkan jenazah, lalu aku menghafal do’a beliau, beliau bersabda:

اللهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ

“Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, maafkanlah dia, muliakan persinggahannya, luaskan kuburannya, cucilah dia dengan air, salju, dan embun. Bersihkan dia dari dosa-dosa sebagaimana Engkau membersihkan baju putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah di akhirat yang lebih baik daripada rumahnya di dunia di dunia, keluarga yang lebih baik daripada keluarganya, dan pasangan yang lebih baik daripada pasangannya. Masukkanlah dia ke dalam surga, dan lindungilah dia dari azab kubur atau dari azab neraka.”

Auf berkata, “Sampai-sampai aku berharap menjadi jenazah itu.” (HR Muslim)

Hadits ini menunjukkan kepada kita satu faedah penting, yaitu bahwa boleh sekali-kali imam mengeraskan bacaan doa dalam shalat jenazah dengan tujuan mengajarkan doa kepada makmum. Hal ini ditunjukkan oleh perkataan ‘Auf bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu yang berkata: “Aku menghafal sebagian doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saat beliau menshalatkan jenazah.” Dari mana beliau bisa menghafalnya jika bukan karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membacanya dengan suara yang terdengar? Maka dari itu, dibolehkan bagi imam untuk mengeraskan bacaan doa dalam shalat jenazah sesekali, agar makmum dapat mendengar dan mempelajari lafal doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Simak selengkapnya:

Shalat Jenazah Dengan 5 Kali Takbir merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Ahad, 5 Dzulhijjah 1446 H / 1 Juni 2025 M. Kajian Hadits Tentang Shalat Jenazah Dengan 5 Kali Takbi...

Address

Jalan Pahlawan Kampung Tengah (belakang Polsek Cileungsi) RT 03 RW 03 Cileungsi, Bogor
Cileungsi
16821

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Radio Rodja posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Radio Rodja:

Share

Category