24/02/2024
Kasus 760
Bismillah
Assalamualaikum teh Diny dan ummahat followers Pena Wanita.
Langsung aja ya teh Diny dan teman-teman. Saya seorang ibu rumah tangga. Sejak saya dan suami hijrah (mendalami ilmu agama) kurang lebih 10 tahun yang lalu, kami selalu diuji dengan ujian perekonomian hingga saat ini. Qodarullah wa maa syaa afa'al.
Dulu suami saya kerja di perusahaan asuransi, hidup kami berkecukupan saat itu. Mau apa aja tinggal beli, ga mikir-mikir dulu mau ngeluarin duit. Alhamdulillah Allah beri hidayah pada suami terlebih dahulu, beliaulah yang mengajak saya untuk belajar agama sesuai dengan pemahaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan salafusholih.
Awal hijrah dan suami berhenti kerja, saya udah langsung diuji oleh Allah, motor saya ilang dimaling orang. Suami sudah sering mencari pekerjaan baru tapi ga ada yang cocok dengannya. Kebanyakan ga sesuai syariat atau pekerjaannya halal tapi ga bisa sholat berjamaah di masjid, atau harus potong jenggot dan ga boleh pake celana cingkrang. Dan kami juga terkendala oleh kendaraan yang cuma satu. Kalo motor dipake suami bekerja otomatis ga bisa antar jemput anak sekolah. Di kota saya angkot ga ada, ojek juga mahal. Sementara jarak antara rumah dan sekolah lumayan jauh, itupun kadang motor kami s**a sering mogok, maklum teh motor tua. Akhirnya suami kerja serabutan, beliau kadang jadi driver, kuli, bersih-bersih halaman orang dll yang hanya cukup buat makan. Saya dan suami juga pernah bikin kue dijual online tapi ga terlalu jalan. Seringkali modal kepake buat makan. Karena kebutuhan sekolah anak-anak yang besar makanya kami juga membutuhkan pekerjaan atau usaha yang penghasilannya lumayan untuk mencukupi kebutuhan hidup dan sekolah serta terbebas dari hutang.
Pernah saat keadaan sedang sulit beberapa tahun lalu, suami ditawari jadi kepala cabang di perusahaan yang masih bekerja sama dengan Bank. Kalau mikirin kebutuhan yang banyak karena anak-anak sudah sekolah, yang saat itu spp-nya nunggak berbulan-bulan dan uang sewa rumah yang juga menunggak berbulan-bulan, belum lagi hutang saat butuh modal jualan kebeberapa teman dan saudara. Ingin rasanya diambil pekerjaan tersebut. Tapi lagi-lagi suami menolaknya, karena memang sebelumnya pun suami sering ditawari pekerjaan dengan posisi yang bagus tapi di perusahaan yang masih berhubungan dengan riba dan selalu ditolak. Sebenarnya suami udah menemukan passionnya untuk mencari nafkah yaitu dengan berdagang, tapi qodarullah belum ada modal.
Sampai saat ini pun keadaan perekonomian kami tidak baik-baik saja teh. Hutang kami terus bertambah, bukan hutang yang sengaja kami pinjam, tapi hutang karena setiap masuk bulan baru, uang sekolah anak-anak dan sewa rumah belum terbayar. Jangankan untuk mengangsur uang sekolah dan sewa rumah, untuk makan pun kadang kami ga ada teh. Kalo saya dan suami mungkin bisa puasa, tapi kalo anak-anak susah, teh. Kami kadang makan pake kerupuk yang digoreng pake minyak bekas. Pernah juga makan pake tepung karena di rumah beberapa hari ga ada beras. Tapi alhamdulillah Allah selalu memberi pertolongan saat keadaan kami benar-benar genting. Ada aja orang yang Allah gerakkan hatinya untuk membantu kami. Saat beberapa hari ga ada beras dan makanan di rumah, tiba-tiba ada teman yang datang ngasih sembako, ada lagi teman yang datang bawa lauk mentah dan juga lauk mateng. Maa syaa Allah. Dan saya juga sangat berterima kasih dan selalu mendoakan pemilik rumah yang kami sewa karena beliau ga pernah menagih uang sewa rumah walaupun sudah lama menunggak, bahkan saat dikonfirmasi belum bisa bayar sewa pun beliau bilang ga apa-apa dan malah mendoakan agar kami diberi kelapangan rezeki. Maa syaa Allah, bukankah ini juga bentuk lain dari pertolongan Allah ya teh?
Yang saya risaukan saat ini bukan tentang makanan teh, tapi tentang hutang. Saya takut hutang kami belum terlunasi sampai kami wafat, kami takut di akhirat nanti ruh kami terkatung-katung.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Ruh seorang mukmin (yang sudah meninggal) terkatung-katung karena hutangnya sampai hutangnya dilunasi” (HR. At Tirmidzi no. 1079, ia berkata, “(Hadits) hasan”, disahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Satu lagi teh, saat ini anak sulung saya udah kelas 6 SD, dia pengen banget mondok. Udah daftar ke pesantren, dan lulus. Sebenarnya kami bingung juga biaya darimana untuk melanjutkan sekolahnya. Untuk biaya pendaftarannya aja kemarin kami ga ada uang, apalagi untuk biaya masuknya yang jutaan. Sampai hari terakhir pendaftaran pun kami ga punya uang, dan motor kami satu-satunya pun mogok. Saya udah pasrah aja sama Allah, berarti inilah takdir anak saya. Qodarullah teman suami saya datang sore harinya, nanyain jadi atau enggak anak saya daftar di pondok. Kata suami ga jadi dan udah lewat juga waktu pendaftarannya. Karena anaknya ada yang sekolah di pesantren itu, dia telpon ustadz disana, kata ustadz masih bisa mendaftar sampai besok. Maa syaa Allah, akhirnya anak saya bisa mendaftar di pesantren tersebut biidznillah dibantu sama teman suami dan dipinjamkannya p**a motor sampai anak saya selesai tes masuk pesantren.
Minta didoain boleh ya, teh? Doain saya dan keluarga saya Allah beri rezeki untuk melunasi semua hutang. Dan doain agar Allah bantu kami untuk bisa membayar uang masuk pesantren anak kami, karena besok hari terakhir pendaftaran ulang, kalau ga bayar otomatis anak saya kelulusannya dibatalkan. Ga ada yang ga mungkin kan teh, kalo Allah udah bilang "kun... Fayakun". Semoga doa ummahat disini, khususnya dihari jum'at setelah ashar diijabah oleh Allah.
Jazakunnallahu khoyron wa baarokallahu fiikunna jami'an.