Mbah.WhooOfficial

Mbah.WhooOfficial Akun yang di pegang oleh Akhmad Subhan Haris

Rutinan Yasin Fadhilah Dalam Rangka Memperingati Haul Syaikhina KH Maimoen Zubair Yang Pertama di PonPes Roudhotu Tholib...
10/07/2020

Rutinan Yasin Fadhilah Dalam Rangka Memperingati Haul Syaikhina KH Maimoen Zubair Yang Pertama di PonPes Roudhotu Tholibin Lodan Wetan Sarang Rembang.
Hadir Beliau Syaikhuna KH Amad Wafi MZ
Gus Umam adik kandung Gus Baha' Hafidhohumulloh.

17/06/2020

Sikap PBNU Terhadap RUU HIP
*PERKUAT PANCASILA SEBAGAI KONSENSUS KEBANGSAAN*

بسم الله الرحمن الرحيم

Setelah melakukan pengkajian mendalam terhadap Naskah Akademik, rumusan draft RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) dan Catatan Rapat Badan Legislasi DPR RI Dalam Pengambilan Keputusan atas Penyusunan RUU HIP tanggal 22 April 2020, serta mencermati dengan seksama dinamika yang berkembang di masyarakat, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) perlu menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa segala ikhtiar untuk mengawal, melestarikan, dan mempertahankan Pancasila sebagai falsafah bangsa, dasar negara, dan konsensus nasional patut didukung dan diapresiasi di tengah ancaman ideologi transnasionalisme yang merapuhkan sendi-sendi keutuhan bangsa dan persatuan nasional.

2. Bahwa Pancasila sebagai titik temu (kalimatun sawa’) yang disepakati sebagai dasar negara adalah hasil dari satu kesatuan proses yang dimulai sejak Pidato Soekarno pada 1 Juni 1945, rumusan Piagam Jakarta 22 Juni 1945 yang dihasilkan oleh Tim Sembilan, dan rumusan final yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945. Secara historis, Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara yang disahkan pada 18 Agustus 1945 adalah hasil dari moderasi aspirasi Islam dan Kebangsaan. Dengan rumusan final Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, Indonesia tidak menjelma sebagai negara Islam, juga bukan negara sekuler, tetapi negara nasionalis-religius.

3. Bahwa rumusan final Pancasila merupakan legacy terbesar yang diwariskan para pendiri bangsa yang terdiri dari banyak golongan. Karena itu, menonjolkan kesejarahan Pancasila 1 Juni dengan mengabaikan kesejarahan 22 Juni dan 18 Agustus berpotensi merusak persatuan, membenturkan agama dengan negara, dan menguak kembali konflik ideologis yang akan menguras energi bangsa. Tindakan apapun yang dapat menimbulkan mafsadah bagi persatuan nasional WAJIB dihindari, karena Pancasila dirajut oleh para founding fathers justru untuk mencegah perpecahan dan mempersatukan seluruh elemen bangsa dalam sebuah tenda besar.

4. Bahwa Pancasila sebagai perjanjian agung (ميثاقا غليظا) tersusun dari lima sila yang memuat nilai-nilai luhur yang saling menjiwai, di mana sila Ketuhanan menjiwai Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial. Kesatuan nilai-nilai Pancasila yang saling menjiwai itu tidak bisa diperas lagi menjadi trisila atau ekasila. Upaya memeras Pancasila menjadi trisila atau ekasila akan merusak kedudukan Pancasila, baik sebagai Philosophische Grondslag (falsafah dasar) maupun Staatsfundamentalnorm (hukum dasar) yang telah ditetapkan pada 18 Agustus 1945.

5. Bahwa Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm adalah hukum tertinggi atau sumber dari segala sumber hukum yang termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945. Sebagai hukum tertinggi yang lahir dari konsensus kebangsaan (معاهدة وطنية), Pancasila tidak bisa diatur oleh peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. Pengaturan Pancasila ke dalam sebuah undang-undang akan menimbulkan anarki dan kekacauan sistem ketatanegaraan.

6. Bahwa Pancasila sebagai Philosophische Grondslag adalah falsafah dasar yang menjadi pedoman untuk mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dengan tujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mencapai tujuan dan cita-cita negara, Pancasila merupakan ideologi prinsip yang menjiwai sistem penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Penerjemahan Pancasila sebagai ideologi kerja selalu mempertimbangan dinamika dan perkembangan zaman. Membakukan tafsir atas Demokrasi Pancasila dalam suatu undang-undang jelas akan mempersempit ruang tafsir yang memandekkan dinamika, kreativitas, dan inovasi yang dibutuhkan untuk mendorong kemajuan bangsa sesuai dengan tuntutan zaman.

7. Bahwa kesalahan yang terjadi di masa lampau terkait monopoli tafsir atas Pancasila tidak boleh terulang lagi. Kendati demikian hal ini bukan meupakan dasar dan alasan yang dapat membenarkan perluasan dan/atau penyempitan tafsir atas Pancasila dalam suatu undang-undang yang isinya mengatur demokrasi politik Pancasila dan demokrasi ekonomi Pancasila sebagaimana RUU HIP.

8. Bahwa obsesi untuk menafsirkan Pancasila secara ekspansif akan menimbulkan ekses negatif berupa menguatnya kontrol negara dalam kehidupan masyarakat. Penguatan eksesif kelembagaan BPIP dapat melahirkan kembali BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) di zaman Orde Baru yang prakteknya menjadi alat sensor ideologi masyarakat. Pancasila yang terlalu ambisius akan kehilangan roh sebagai ideologi pemersatu, yang pada gilirannya dapat menimbulkan benturan-benturan norma dalam masyarakat.

9. Bahwa setelah mencermati dengan seksama Naskah Akademik dan draft RUU HIP, PBNU menyampaikan penilaian sebagai berikut:

1. Pasal 3 ayat (2), Pasal 6, dan Pasal 7 bertentangan dengan Pancasila sebagai konsensus kebangsaan.
2. Pasal 13, 14, 15, 16, dan 17 mempersempit ruang tafsir yang menjurus pada mono-tafsir Pancasila.
3. Pasal 22 dan turunannya tidak relevan diatur di dalam RUU HIP.
4. Pasal 23 dapat menimbulkan benturan norma agama dan negara.
5. Pasal 34, 35, 37, 38, 41, dan 43 merupakan bentuk tafsir ekspansif Pancasila yang tidak perlu.
6. Pasal 48 ayat (6) dan Pasal 49 dapat menimbulkan konflik kepentingan.

10. Nahdlatul Ulama memandang bahwa Pancasila merupakan konsensus kebangsaan yang bersifat final. Oleh karena itu Musyawarah Nasional Alim Ulama di Situbondo tahun 1983, dan dikukuhkan dalam Muktamar ke-27 NU di Situbondo tahun 1984, menetapkan hubungan Pancasila dengan Islam sebagai berikut: (i) Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Republik Indonesia bukanlah agama, tidak dapat menggantikan agama dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama; (ii) Sila ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar Negara Republik Indonesia menurut pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang menjiwai sila-sila yang lain, mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam islam; (iii) Bagi Nahdlatul Ulama, Islam adalah aqidah dan syari’ah, meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar manusia; (iv) Penerimaan dan pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dari upaya umat islam Indonesia untuk menjalankan syari’at agamanya; dan (v) Sebagai konsekuensi dari sikap di atas, Nahdlatul Ulama berkewajiban mengamankan pengertian yang benar tentang Pancasila dan pengamalannya yang murni dan konsekuen oleh semua pihak.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran dan penilaian atas Naskah Akademik, rumusan draft RUU HIP dan Catatan Rapat Badan Legislasi DPR RI Dalam Pengambilan Keputusan atas Penyusunan RUU HIP tanggal 22 April 2020, serta dengan mencermati dinamika yang terjadi dalam masyarakat, PBNU menyampaikan sikap dan pandangan sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai kesepakatan final tidak membutuhkan penafsiran lebih luas atau lebih sempit dari penjabaran yang sudah dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945 beserta situasi batin yang menyertai rumusan finalnya pada 18 Agustus 1945.

2. RUU HIP dapat menguak kembali konflik ideologi yang bisa mengarah kepada krisis politik. Anyaman kebangsaan yang sudah dengan susah payah dirajut oleh founding fathers bisa koyak kembali dengan rumusan-rumusan pasal RUU HIP yang polemis.

3. Tidak ada urgensi dan kebutuhan sama sekali untuk memperluas tafsir Pancasila dalam undang-undang khusus. Pancasila sebagai Philosophische Grondslag dan Staatsfundamentalnorm merupakan pedoman yang mendasari platform pembangunan nasional. Jika dirasakan ada masalah mendasar terkait pembangunan nasional di bidang demokrasi politik Pancasila, maka jalan keluarnya adalah reformasi paket undang-undang bidang politik (legislative review). Begitu p**a jika ada masalah terkait dengan haluan pembangunan ekonomi nasional, yang dirasakan menyimpang dari jiwa demokrasi ekonomi Pancasila, maka yang perlu dipersiapkan adalah RUU Sistem Perekonomian Nasional sebagai undang-undang payung (umbrella act) yang secara jelas dimandatkan oleh Pasal 33 ayat (5) UUD 1945.

4. Di tengah situasi bangsa yang sedang menghadapi krisis kesehatan dan keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19, Indonesia tidak perlu menambah beban sosial dengan memercikkan riak-riak politik yang dapat menimbulkan krisis politik, memecah belah keutuhan bangsa, dan mengoyak persatuan nasional.

5. Sebaiknya proses legislasi RUU HIP dihentikan dan seluruh komponen bangsa memusatkan energinya untuk keluar dari pandemi dan berjuang memulihkan perekonomian nasional.

Jakarta, 24 Syawal 1441 H
16 Juni 2020 M


Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA.
Ketua Umum

DR. Ir. H. A. Helmy Faishal Zaini
Sekretaris Jenderal

Seorang santri bernama Ainur Rofiq sowan kepada Syaikhona Maimoen Zubair. Setelah berjabat tangan dengan beliau, santri ...
09/06/2020

Seorang santri bernama Ainur Rofiq sowan kepada Syaikhona Maimoen Zubair. Setelah berjabat tangan dengan beliau, santri itu ditanya: "Asmane sinten?". (Siapa Namamu).

Santri itu menjawab: "Ainur Rofiq Mbah".

Mbah Yai pun bertanya sambil tersenyum: "Ainur Rofiq apa Aunur Rofiq?".

Syaikhona Maimoen Zubair menjelaskan bahwa orang jawa kadangkala kurang pas dalam memberikan sebuah nama.

Sebagaimana contoh: Ainur Rofiq عين الرفيق yang berarti dzat-nya teman atau diri dari teman yang pemurah, atau diri dari ALLOH. Biasanya kata Ain عين digunakan untuk perempuan.

Sedangkan yang dimaksud adalah dengan nama itu orang tua berharap agar anaknya menjadi penolong teman atau seorang penolong ALLOH Yang Maha Pemurah. Sehingga nama yang seharusnya dipakai untuk mengibaratkan maksud itu adalah Aunur Rofiq عون الرفيق. Kata Aun عون biasanya digunakan untuk laki-laki.

Mbah Yai juga mencontohkan: bila nama untuk laki-laki maka diibaratkan dengan Shobbah dengan Ba' ditasydid صباح. Bila untuk nama perempuan maka diibaratkan dengan Shobah Ba' tanpa tasydid صباح.

Begitu juga dengan Nurul Huda adalah nama untuk perempuan.

Dulu Syaikhona mempunyai putri yang diberi nama "Izzah". Hal itu diambil dari kata Robbil Izzati رب العزة.

Mbah Zubair ayah Mbah Maimoen kemudian mengkritik nama itu. Kemudian memberikan pertanyaan: Bagaimana cara membaca ini:

خروا لِعَزّةَ ركّعا وسجودا

Khorru Liazzata Rukka'an Wasujuda.

وعزة اسم امرأة عشق بها كُثيِّر صاحب الشعر.

Azzah adalah nama perempuan yang digandrungi oleh Kutsayyir pemilik syi'ir sebagai berikut:

لو يسمعون كما سمعت كلامها * خروا لِعَزّةَ ركّعا وسجودا.

Siapa itu Kutsayyir?.

كثير عزة هو أبو صخر كثير بن عبد الرحمن بن أبي جمعة الأسود بن عامر بن عويمر الخزاعي، أحد عشاق العرب المشهورين به. وهو صاحب عزة بنت جميل بن حفص بن إياس بن عبد العزى بن حاجب ابن غفار بن مليل بن ضمرة بن بكر بن عبد مناة بن كنانة بن خزيمة ابن مدركة بن إلياس بن مضر بن نزار بن معد بن عدنان. وله معها حكايات ونوادر وأمور مشهورة، وأكثر شعره فيها.

Mbah Maimoen pun mengganti nama putri beliau yang sebelumnya bernama Izzah menjadi Azzah.

Ada seorang santri bercerita:

Nama saya Ahmad Syafi'ul Umam, waktu itu saya ikut ngaji ihya pagi, dan posisi saya duduk di dekat pintu kamar Mbah Moen.

Kebetulan waktu itu saat ngaji saya tertidur. Saat Mbah Yai akan masuk ke kamar pribadi karena suatu hal, beliau mendapati saya dalam keadaan duduk bersila dan menunduk karena tertidur.

Seketika santri yang duduk di dekat saya menyenggol saya dengan jarinya (Njawil) dan ketika saya terbangun Mbah Yai Maimoen sudah di dekat saya dan bertanya: "Sopo iki?". (Siapa ini...).

Saya dengan sayup-sayup karena baru saja bangun menjawab: "Kulo Ahmad Syafi'ul Umam Mbah".

أحمد شفيع الأمم

Mbah Yai dawuh: "Ojo Syafi'ul Umam, tapi Syafi'ul Ummah Yo".

أحمد شفيع الأمة

Dengan mengganti "Umam" menjadi "Ummah".

Begitulah ketelitian beliau dalam memberikan nama.
Credit: Muhadloroh PP. Al Anwar

𝐈𝐧𝐧𝐚𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡𝐢 𝐰𝐚𝐢𝐧𝐧𝐚 𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢 𝐫𝐨𝐣𝐢𝐮𝐧Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyampaikan duka yang mendalam atas berp**angnya 𝐊𝐇. 𝐃𝐣𝐚𝐦...
26/04/2020

𝐈𝐧𝐧𝐚𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡𝐢 𝐰𝐚𝐢𝐧𝐧𝐚 𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢 𝐫𝐨𝐣𝐢𝐮𝐧

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyampaikan duka yang mendalam atas berp**angnya 𝐊𝐇. 𝐃𝐣𝐚𝐦𝐚𝐥𝐮𝐝𝐝𝐢𝐧 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥𝐥𝐚𝐡 (Pengasuh Pesantren Miftahul Ula, Nganjuk) pada 3 Ramadhan 1441 H/26 April 2020.

Credit:

Perjalanan Mbah Maimoen Zubair mengunjungi daerah kelahiran dan wafatnya Syaikh Muhammad Baha'uddin An-Naqsyabandi.Kita ...
24/04/2020

Perjalanan Mbah Maimoen Zubair mengunjungi daerah kelahiran dan wafatnya Syaikh Muhammad Baha'uddin An-Naqsyabandi.

Kita mungkin akrab dengan Arab Saudi, Yaman, Irak, Suriah, Palestina, Mesir dan sebagainya. Sebut saja Damaskus di Suriah, yang pernah dikendalikan Muawiyah bin Abi Sofyan sebagai Gubernurnya. Atau Mesir yang meraih kejayaan setelah dibebaskan oleh Sahabat Amr bin Al Ash dari cengkeraman tentara Romawi.

Begitu p**a, kita sangat akrab dengan Suriah. Negara di utara Jazirah Arab ini dikenal sebagai Negerinya Para M***i karena di sana lahir banyak sekali ulama terkemuka sepanjang sejarah Islam.

Kita mungkin jarang mendengar negara bernama Uzbekistan. Hanya ada sedikit Muslim maupun orang Indonesia berkunjung ke sana, salah satunya adalah Mbah Maimoen Zubair Sarang.

Beberapa kota di Uzbekistan tercatat memiliki peran sangat penting dalam penyebaran ajaran Islam. Dari sekian banyak kota, ada dua yang cukup tersohor yaitu Samarkand dan Bukhara.

Samarkand merupakan salah satu kota tertua di Uzbekistan. Kota ini berdiri selama lebih dari 3000 tahun dan pernah ditaklukan oleh Aleksander Agung pada 329 SM.

Islam masuk ke Samarkand di masa Dinasti Umayyah. Kota ini ditaklukkan oleh Gubernur Khurasan, Khutaiba bin Muslim pada 712 Masehi atas perintah dari penguasa Dinasti Umayyah, Khalifah Abdul Malik.

Setelah berada dalam genggaman Dinasti Umayyah, Samarkand mengalami perkembangan pesat menjadi kota yang maju. Bahkan, Samarkand menjadi jantung penyebaran Islam di Asia Tengah, China hingga Rusia.

Samarkand juga memjadi pusat pengembangan keilmuan Islam. Tercatat banyak sekali ulama Islam kondang lahir dari kota ini. Abu Bakr As Samarkandi, Muhammad Addi As Samarkandi, Abu Manshur Al Maturidi, bahkan Imam Al Bukhari adalah deretan nama ulama besar dari kota ini. Imam Bukhori (810-870 M/ 194-256 H). Beliau lahir di Bukhoro, dan meninggal di Khartak.

Nama asli beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah Al-Ju'fi Al Bukhori. Kota ini letaknya tidak jauh dari Samarkand. Beliau mengembara mencari banyak guru. Salah satu hasil ngaji beliau salah adalah kitab Shohih Bukhori, kitab berisi hadis-hadis shohih yang dikumpulkan Imam Al Bukhori. Kitab itu dikarang dalam waktu 16 tahun dengan seleksi ketat.

Imam Bukhori mempunyai murid yang bernama Imam Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, atau sering dikenal sebagai Imam Muslim (204-261 H/ 821-875 M). Beliau lahir dan Wafat di Naisabur, Iran. Beliau mempunyai karya berupa Kitab Shohih Muslim.

Imam Bukhori juga mempunyai murid yang mempunyai kitab Sunan At-Tirmidzi, yaitu Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Lahir pada tahun 824 M/ 207 dan wafat di Tirmiz pada 279 H/ 892 M di Termez, Uzbekistan.

Selain itu terdapat p**a seorang ahli hadits yang memiliki karya kitab Sunan Abi Dawud, yaitu Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Beliau lahir di Sistan (817 M/ 202 H) dan meninggal di Basrah, Irak (888 M / 16 Syawal 275 H). Imam Ibnu Dawud adalah salah satu murid Imam Ahmad bin Hanbal.

Ahmad bin Hanbal lahir 164 H /780 M dan wafat 241 H/ 855 M, lahir di Marw. Saat ini bernama Mary di Turkmenistan, utara Afganistan dan utara Iran) di kota Baghdad, Irak. Beliau mempunyai karya kitab bernama Musnad Ahmad. Beliau adalah salah satu Murid Imam Syafi'i.

Imam Syafi'i dengan nama Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i A-Muththalibi Al-Qurasyi lahir Ashkelon, Gaza, Palestina (150 H/ 767 M) dan wafat di Fusthat, Mesir, 204 H/819 M). Beliaulah pendiri Madzhab Syafi'i. Beliau inilah orang yang diisyarohi oleh Njeng Nabi Muhammad:

عالم قريش يملأ طباق الأرض علما

Beliau adalah salah satu murid dari imam Malik. Malik ibn Anas bin Malik bin Amr Al-Asbahi atau Malik bin Anas lahir di (Madinah 714 M / 93H), dan meninggal 800 M / 179H). Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadist, serta pendiri Mazhab Maliki.

Pada tahun kelahiran Imam. Syafi'i ada salah seorang pendiri madzhab yang wafat, yaitu Imam Abi Hanifah. Beliau adalah Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi, merupakan pendiri dari Madzhab Hanafi. Beliau lahir di Kufah Irak pada 80 H/ 699 M dan meninggal di Baghdad, Irak, 148 H/ 767 M).

Di antara Uzbekistan dan Iran terdapat p**a daerah kelahiran imam Ahmad bin syuaib Al-Hurosani, atau lebih dikenal dengan nama Imam Nasai. Beliau lahir di daerah Nisa, Turkmenistan (829 M/ 215 H) dan wafat pada tahun 303 H/ 915M dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina. Beliau mempunyai karya kitab yang disebut Sunan Nasai.

Selain itu ada juga salah satu ulama ahli hadits yang mempunyai kitab Sunan Ibnu Majah yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Quzwaini. Beliau lahir (824 M/207 H) dan wafat (887 M/ 275 H di Qozvin Iran.

Di daerah Uzbekistan juga muncul seorang yang disebut sebagai Bapak Kedokteran Modern. Beliau adalah Abu Ali Al-Husain bin Abdullah bin Al-Hasan bin Ali bin Sina. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Sina. Lahir 980 M Afshona, dan wafat 1037, Hamedan, Iran.

Di daerah Gorgan, Iran tetangga Uzbekistan terdapat seorang ulama besar yang mempunyai karya Al-Awamil Al-Miah. Beliau adala Abu Bakar Abdul Qahir bin Abdur Rahman bin Muhammad Al-Jurjany yang wafat pada 471 H/1078 M.

Mbah Maimoen Zubair sering melantunkan:

إن العوامل لدى الجرجاني * مائة عامل فخذ بياني

Ada p**a seorang ulama yang mempunyai kitab Bahjatul Ulum Syarah Aqidah Al-Ushul. Beliau adalah Abu Laits As-Samarqandi (Wafat 373 H).

Di daerah tetangga Uzbekistan muncul kerajaan yang dipimpin oleh raja Nidlomuddin. Kerajaan ini mendirikan sebuah madrasah yang bernama Madrasah Nidlomiyyah. Madrasah itu dikepalai oleh Imamul Haromain (1028-1085, orang alim dari Naishabur Iran).

Salah satu pelajar di Madrasah itu adalah Imam Abu Hamid Al Ghozali (1508-1111 M/450-505 H). Imam Ghozali lahir di daerah Thus, Iran (Persia), daerah selatan barat Uzbekistan.

Imam Al-Ghozali yang bernama lengkap Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al-Ghozali dilahirkan pada tahun 450 H. Ayahnya adalah seorang salih dan sufi yang menjaga hati dan tangannya untuk melakukan yang halal.

Sepeninggal ayahnya, Muhammad bersama saudaranya, Ahmad dititipkan kepada paman mereka. Setelah bekal dari warisan mereka habis, keduanya lalu dimasukkan ke madrasah Nidhamiyyah, Baghdad Irak.

Dikisahkan bahwa selain agar bisa menuntut ilmu, mereka di madrasah Nidhomiyyah adalah agar bisa mendapat fasilitas dan biaya hidup gratis yang memang disediakan disana.

طلبت العلم لغير الله فأبى العلم إلا لله

Setelah menguasai berbagai bidang ilmu, akhirnya al-Ghazali melakukan ‘uzlah (menjauhi hiruk pikuk duniawi) dan khalwat (menyendiri) di daerah Syam/Syiria. Selain di Syam, Al-Ghozali pernah baerziarah ke Baitul Maqdis dan menetap di daerah itu selama 10 tahun dengan melanjutkan uzlahnya. Sekembalinya ia ke Baghdad, ia kembali mengajar di madrasah Nidhomiyyah hingga akhirnya kembali ke daerah kelahirannya, Ath-Thusi dan wafat disana pada 505 H.

Imam Al-Ghozali mempunyai karya kitab bernama: Al-Wajiz, Al-Basith dan Al-Wasith. Ketiganya merupakan kitab pokok dalam fiqih Mazhab Imam Syafi’I pada masa itu.Disamping kitab fenomenal bernama Ihya Ulumiddin.

Lewat Imam Ghozali p**a, muncu pahlawan Islam yang bernama Sholahuddin Al-Ayyubie. Beliaulah yang telah membebaskan Baitul Maqdist dari cengkraman kuku-kuku Nasroni Eropa yang berkuasa kurang lebih 100 tahun dan mengembalikanya kepangkuan Umat Islam pada tahun 500 M.

Lewat pertarungan sengit bernama Perang Salib, Al-Ayyubie bangkit dan mengembalikan lagi kejayaan Islam di Baitul Maqdist. Al-Ayyubie telah membuktikan kepada dunia bahwa Uzbekistan adalah Negara yang ikut andil besar dalam kemajuan Islam dengan pesonanya yang begitu bersinar.

Uzbekistan adalah salah satu negara bekas pecahan Uni Soviet yang termasuk negara dengan penduduk muslim. Negara-negara bekas Uni Soviet sesuai urutan abjad: Armenia, Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirgizstan, Latvia, Lituania, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukrain dan Uzbekistan.

Negara-negara pecahan Uni Soviet berdiri menjadi negara sendiri akibat dari bubarnya Uni Soviet pada bulan Desember 1991, akibat kalah dalam perang dingin dengan Amerika serikat.

Walaupun negera Uzbekistan dulunya masuk dalam Uni Soviet yang komunis, tetapi negara itu adalah negara para imam hadist di zamannya. Hal ini seperti diceritakan dalam penjelasan sebelumnya.

Dahulu saat qunut shubuh, Syaikhona Maimoen sering mendoakan:

اللهم انصر الإسلام والمسلمين، خصوصا في بلادنا إندونسيا وفي أفغانستان وفلسطين وشيسان وفي سائر بلاد المسلمين يا رب العالمين.

Di era modernisasi seperti sekarang ini, walaupun sudah terkena pengaruh dari bersatunya dengan Uni Soviet, sedikit demi sedikit membuat Uzbekistan tak mampu mempertahankan pesonanya dan seakan tak pernah tercerminkan sebagai Negara yang memiliki ulama-ulama sekaliber Al Ghozali dll.

Syiar keislaman di Negeri ini seakan telah mati. Negeri ini akhirnya memisahkan antara Agama dan Negara (sekuleris). Di sana Adzan tidak diperbolehkan menggunakan pengeras suara.

Orang-orang yang menunaikan sholat jama’ah di masjid-masjid kota, tak diperkenankan melakukan sholat qobliah, ba’diah di dalam Masjid. Semua itu atas dasar rasa toleran dan harga menghargai di antara umat beragama.

Di sana adzan tidak boleh memakai pengeras suara. Hal itu karena untuk menghargai mereka yang istirahat dan enggan menunaikan sholat. Begitu p**a tidak diperkenankan menunaikan sholat Rowatib Qobliah dan Ba’diah juga atas dasar menjaga hati dan sikap mereka yang tidak melaksanakan sholat sunnah rowatib.

Aneh memang, tetapi hal itulah yang diceritakan oleh Syaikhona Maimoen Zubair setelah berkunjung di Uzbekistan.

Pada kunjungan Syaikhona Maimoen Zubair ke Uzbekistan, beliau menyempatkan diri untuk singgah dan mampir di Samarkand.

Di sana beliau merasa prihatin dan kaget karena bangunan bekas ribath dari ulama Naqsaband yang telah dialih fungsikan menjadi rumah busana dengan banyak model peraga yang melenggak-lenggokan tubuhnya di atas catwalk.

Di samping bangunan tersebut terdapat kolam wudhlu yang masih dibiarkan seperti keadaan aslinya. Dulu tempat itu adalah tempat wudlu para santri yang dulu pernah nyantri yang sekarang menjadi rumah mode tersebut.

Disisi lain terdapat Masjid dengan bangunan yang megah. Mungkin saja pemerintah Uzbekistan menutup ribath yang dulu menjadi tempat belajar dan ibadah. Tempat itu dialihkan fungsinya menjadi tempat peragaan busana.
Begitulah suasana yang terjadi di negara antar benua yang terletak sebagian di Asia Tengah dan Eropa Timur.

Syaikhona juga berkunjung kepada salah seorang ulama Uzbekistan. Beliau kaget tatkala guru tersebut tidak begitu paham atas perkataan Syaikh Maimoen Zubair yang kala itu menggunakan bahasa Arab. Beliau bercanda: ”Waah, kiai iki kalah ngalim karo Dawam".

Beliau pun paham betul bahwa pendidikan agama disini telah berkurang dan tidak mendapatkan diperhatikan dari pemerintah.

Di lain kesempatan Syaikhona Maimoen Zubair diundang untuk hadir di suatu tempat yang sebenarnya menurut perspektif fiqih Syafi’iyyah tak layak untuk dihadiri oleh seorang tamu undangan.

Sontak beliau pun menolak, tetapi pemandu beliau di Uzbekistan yang bernama Maisaroh, memohon dengan sangat kepada beliau agar hadir. Permintaan itu disertaidengan ancaman pemecatan bagi Maisyaroh apabila gagal untuk mengajak beliau hadir dalam acara tersebut.

“Kerono uwis dhorurot” kata beliau.

Dengan pertimbangan pekerjaan Maisaroh, beliau pun hadir di sana, tetapi anehnya, ketika beliau masuk ke tempat di mana acara tersebut diadakan, perkara yang asalnya tidak pantas itu lantas dihilangkan.

Hal tersebut mereka lakukan untuk menghormati kedatangan beliau. Mereka tunduk dan hormat kepada beliau. Kehadiran beliau di sana dapat merubah suasana.

Pada akhirnya, tatkala beliau berdoa untuk mengakhiri undangan tersebut, mereka semua mengangkat tangan seraya berucap Amien. Mereka sangat antusias dengan doa beliau.

Karena gembiranya Maisaroh karena permintaannya kepada Mbah Maimoen dituruti, ia memberitahukan bahwa ada kuburan wali besar yaitu Syaikh Muhammad Abdul Kholiq al Ghojdawaniy (435-575 H/ 1039-1179), berumur panjang sekitar 140 tahun, atau terkenal dengan sebutan Al-Mu'ammar.

Akhirnya Mbah Maimoen pun berangkat ziarah ke maqbaroh Syaikh tersebut. Ternyata Syaikh itu termasuk silsilah Mursyid Thoriqoh sebelum terkenal sebagai Naqsyabandiyah.

Uzbekistan, walaupun masyarakatnya tidak mencerminkan sebagai masyarakat muslim yang kaffah, setidaknya, walaupun mereka agak awam akan ilmu agama, tetapi mereka masih hormat kepada ahlul ilmi, dan inilah nyawa keislaman ala salaf yang masih tersisa di benak muslim Uzbekistan kini.

Setelah p**ang dari Uzbekistan, beliau menceritakan pengalaman tentang perjalanan ke Uzbekistan. Meskipun masih lelah karena baru saja p**ang dari perjalanan jauh dan para usia yang sudah sangat sepuh, beliau selalu mempergunakan waktunya untuk mengajar. Masih terngiang di benak saya dawuh Mbah Yai setelah beliau p**ang dari Uzbekistan.

“Ora usah mikir engko dadi opo. Tapi Ngajio sing sregep, sinau sing sregep.. “.

(jangan pernah berpikir kelak akan menjadi apa.. Yang penting belajarlah yang rajin).

In Syaa ALLOH dilanjutkan dengan perjalanan beliau ke Baghdad.
__________________
Dituliskan oleh Kanthongumur
https://www.facebook.com/1529481777318171/posts/2578110362455302/

KH ABDUR ROUF MZ SARANGRomadlon itu bulan Qur'an, Al-Qur'an itu هدى للمتقينذَ ٰ⁠لِكَ ٱلۡكِتَـٰبُ لَا رَیۡبَۛ فِیهِۛ هُدࣰ...
23/04/2020

KH ABDUR ROUF MZ SARANG

Romadlon itu bulan Qur'an, Al-Qur'an itu هدى للمتقين

ذَ ٰ⁠لِكَ ٱلۡكِتَـٰبُ لَا رَیۡبَۛ فِیهِۛ هُدࣰى لِّلۡمُتَّقِینَ

Dan kita diperintah untuk berpuasa agar menjadi orang yang bertaqwa.

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Mbiyen neng nggone Abuya kapan mlebu wulan romadlon, kegiatan ngaji libur kabeh. Kegiatan e mung moco Qur'an. Moco kanggo Sayyid Alawy 2 juz perhari, tapi Yo moco kanggo dewe.

"Awakmu moco sak juz perhari kanggo Abah (Mbah Moen), Abuya, karo Sayyid Alawy. Seng liyane nek pengen nglakoni gak popo."

Khitob ini memang untuk saya, tapi kalau saya fikir ini untuk santri-santri beliau dan yang mempunyai sanad ilmu kepada yai Maimoen dan Abuya Sayyid Muhammad al-Maliki.

Bhakti Sosial pembagian masker oleh Barisan Pecinta Kiai yang di Pimpin langsung Oleh Panglima BPKiyai Syaikhuna KH Idro...
23/04/2020

Bhakti Sosial pembagian masker oleh Barisan Pecinta Kiai yang di Pimpin langsung Oleh Panglima BPKiyai Syaikhuna KH Idror Maimoen dan Ketua BPKiyai Agus H Luthfi Aufal Marom.
Semoga Selamat berkah manfaat. Amin

23/04/2020

Marhaban Ya Romadhon
Ya Marhaban Bika Ya Romadhon
Segenap admin Mbah.WhooOfficial mengucapkan
Selamat datang Bulan Romadhon Bulan Penuh Berkah Penuh Ampunan
Semoga Allah SWT memberikan Taufik Inayah dan Ma'unah Kepada Kita, Sehingga bisa menunaikan Ibadah di bulan Puasa dengan penuh Hikmah menggapai Ke Ridhoan Nya

Terima Kasih dan Mohon Maaf
Jazakalloh Ahsanal Jaza' kulla Aam waantum Bikhoir🙏

إنا لله وإنا إليه راجعونIbu Nyai Yuhanidz Nur Salim Ibunda Gus Baha' dan Gus Umam Narukan meninggal dunia pada hari Rabu...
15/04/2020

إنا لله وإنا إليه راجعون

Ibu Nyai Yuhanidz Nur Salim Ibunda Gus Baha' dan Gus Umam Narukan meninggal dunia pada hari Rabu, 15 April 2020.

Jenazah akan disemayamkan jam 14.00 wib di halaman Pondok Pesantren Al-Qur'an Ds. Narukan Kec. Kragan. Kab. Rembang. Jawa Tengah.

اللهم اغفر لها وارحمها وعافها واعف عنها وأسكنها في روضة من رياض جنتك يا رحيم يا رحمن، بجاه سيد ولد عدنان، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه.

Calon ketum PBNU periode 2020 - 2025DR. KH. Abdul Ghofur Maimoen, MA atau biasa dipanggil Gus Ghofur, salah satu putra g...
13/04/2020

Calon ketum PBNU periode 2020 - 2025

DR. KH. Abdul Ghofur Maimoen, MA atau biasa dipanggil Gus Ghofur, salah satu putra guru kami almarhum KH. Maimoen Zubair dari Sarang-Rembang Jawa Tengah. Beliau adalah sosok kyai muda yang cukup populer di kalangan masyarakat dan pegiat tafsir Indonesia. Beliau sangat dikagumi dan dihormati oleh Gus Baha' (K.H. Bahauddin Nursalim). Beliau pernah melakukan bedah Disertasinya di KSW (Kelompok Study Walisongo) di Mesir dengan judul “Ḥashiyah al-Shaykh Zakariya al-Anṣārī ‘ala Tafsīr al-Baidlowi, min Awwal Surah Yūsuf Ila Akhir Surah Sajdah”; Dirāsāt wa Tahqīq”. Dengan tebal sekitar 1700 halaman yang dibagi menjadi 2 jilid dengan bentuk tulisannya yang kecil. Tidak mudah bagi ukuran orang Indonesia menulis apa yang telah ditulis oleh Abdul Ghofur. Bukan hanya itu, Disertasi tersebut meraih hasil akhir mumtaz ma’a martabah syaraf al-Ula atau dalam bahasa inggris disebut dengan exelent the first atau summa cumlaude.

Selain hal di atas, Gus Ghofur sering mengisi seminar di berbagai acara mulai dari lingkungan pesantren, akademisi, dan kenegaraan. Worksop pesantren seperti kurikulum pesantren hinnga Forum silaturrahmi kyai muda se-Jawa Tengah pernah diisinya. Seminar di kampus keagamaan seperti STAIN, IAIN, hingga UIN. Bahkan juga pernah mengisi di Universitas Gajdah Mada (UGM) dalam rangka pemilihan Rektor. Selain itu, beberapa kali juga mengisi di even-even internasional di Maroko, Australia, Malaysia, dan Belanda mewakili Indonesia ataupun PBNU. Maka tidak mengherankan apabila Gus Ghofur adalah salah satu tokoh muda yang layak untuk dijadikan inspiratif generasi bangsa dengan berbagai prestasinya yang mengkilap.

KH. Abdul Ghofur Maimoen menjabat sebagai ketua Sekolah Tinggi Al Anwar (STAI) Sarang Rembang sekaligus pengasuh Pesantren Al Anwar 3. Sebagai seorang yang menjadi teladan bagi mahasantrinya, Gus Ghofur adalah sosok yang sangat dikagumi oleh mahasantrinya. Bukan hanya orang yang berilmu tinggi, beIiau juga gambaran dari orang yang disiplin, tekun serta santun kepada semua orang, termasuk kepada santrinya sendiri. Ketika mempunyai janji dengan seseorang maka ia akan datang tepat pada waktunya. Bahkan terkadang datang lebih awal dari jam yang sudah ditentukan, walaupun yang mempunyai janji adalah santrinya sendiri. Meskipun Gus Ghofur adalah orang yang sibuk dengan mengurusi pesantren dan STAI Al Anwar, namun hari-harinya tetap dilalui dengan belajar. Setiap jam 03.00 dini hari beliau sudah berada di perpustakaan pribadinya untuk membaca buku-buku yang ada sembari menunggu waktu subuh datang.

Status yang dimiliki Gus Ghofur tidak menjadikan pribadinya sombong dan angkuh. Kepribadiannya yang sederhana membuat sungkan dan malu para santrinya untuk tidak menjadikannya panutan. Diceritakan dari abdi ndalemnya, beliau biasa mengerjakan pekerjaan rumah dengan tangannya sendiri walaupun mempunyai abdi ndalem, misalnya membersihkan kamar mandi dan mencuci piring. Bahkan ketika ada tamu, beliau terkadang memasak sendiri untuk dihidangkan para tamunya.



Latar Intelektual Gus Ghofur

Gus Ghofur, demikian Putra kelima KH. Maimoen Zubair dari istri kedua, Ibu Nyai Hajjah Masthi’ah, biasa dipanggil, lahir di Rembang Jawa Tengah pada 16 Maret 1973 dari pasangan KH. Maimoen Zubair dan nyai Hj. Masti’ah Pemilik nama lengkap Abdul Ghofur ini dikenal bandel semasa kecilnya. Tidak seperti kakak-kakaknya, Ghofur kecil terhitung sering bermain seperti layaknya anak-anak di kampung nelayan. Namun, sebagai putra Ulama, sifat-sifat kesalehan yang ditanamkan orang tuanya membuatnya berbeda dari anak kampung sebayanya.

Pendidikan dasar hingga menengah dituntaskannya di Madrasah Ghazaliyah Syafi’iyyah (MGS). Semasa belajar di Ghozaliyah, Abdul Ghofur Maimoen sudah dikenal cerdas dan kritis. Sejak masih duduk di kelas Ibtida’ hingga Tsanawi, juara kelas dan Ketua Kelas, sebuah jabatan prestisius hampir tidak pernah luput dari genggamannya. Menjadi juara kelas tingkat Ibtida’ hingga Tsanawi tampaknya menjadi dasar atau ukuran bagi santri yang belajar di MGS dikatakan pintar dan cerdas. Sehingga tidak mengherankan apabila saat ini Gus Ghofur mahir dalam bidang agamanya. Tidak hanya urusan pelajaran, di bidang organisasi prestasinya cukup mengkilap. Selama dua periode berturut-turut KH. Abdul Ghofur dipercaya sebagai ketua DEMU (Dewan Murid) yaitu semacam OSIS di sekolah-sekolah formal. Hal ini tentu menjadi sejarah baru dalam kelembagaan MGS, karena dalam sejarahnya belum ada santri yang menjabat sebagai ketua DEMU selama dua periode, pada umumnya hanya satu periode.

Seabrek prestasi ditambah kedudukannya sebagai putra Ulama, tidak membuatnya angkuh, sombong dan dumeh (mentang-mentang). Memang demikian putra-putri KH. Maimoen dididik. Untuk ukuran agagis dengan santri ribuan, putra-putri KH. Maimoen relatif bersikap egaliter.

Usai menyelesaikan pendidikan di MGS tahun 1992, Gus Ghofur sempat membantu ayahnya mengajar di Pesantren Al Anwar dan dipercaya memegang koordinator keamanan Pusat (Pesantren Al-Anwar Karangmangu Sarang). Pada 1993 beliau melanjutkan studinya di Al-Azhar University, Kairo, Mesir. Ini merupakan hal baru dalam tradisi pendidikan putra-putri KH. Maimoen Zubair.

Di Kairo, kecerdasannya kembali menorehkan prestai mengkilap. Selama empat tahun menyelesaikan program S1 Usuhuludin jurusan Tafsir di Al-Azhar, semua ujian dilaluinya dengan nilai Jayiid Jiddan, sebuah prestai langka di kalangan mahasiswa Indonesia di Kairo. Materi Program S2 di jurusan yang sama selama dua tahun juga dilahap dengan hasil akhir Jayyid Jiddan. Keberhasilan itu tidak lepas dari ketekunan dan kesabaran yang “tiba tiba” menjadi kebiasaannya selama belajar di Kairo. Ketika di MGS Sarang, beliau tidak termasuk orang yang rajin. Tetapi sejak di Kairo beliau bisa dan biasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk memelototi kitab atau buku. Dan ketika ketekunan dan kesabaran itu dipadu dengan karunia Allah, kecerdasan, maka prestai akademik adalah sesuatu yang niscaya terjadi.

Tentang hal ini ada kawannya yang bernama Syukron dari Pekalongan bercerita, “Sing ngajari bahasa Inggris Gus Ghofur, ki, aku. Eh, pas ujian aku mung Jayyid Jiddan, Gus Ghofur malah mumtaz” (yang mengajari Bahasa Inggris Gus Ghofur adalah saya, tapi ketika waktu ujian saya hanya mendapat nilai Jayyid Jiddan dan Gus Ghofur mumtaz; nilai tertinggi). Siapa yang tidak tahu kalau ketika pertama kali datang ke Kairo Gus Ghofur awam bahasa Inggris. Namun ketekunan dan kesabarannya telah berhasil menjinakkan ujian bahasa Inggris di Al-Azhar.

Setelah melalui perjuangan yang melelahkan, pada 2002 gelar Master berhasil diraihnya. Dikatakan melelahkan karena untuk mencapi gelar itu Gus Ghofur harus menulis tesis setebal 700 halaman dan harus mencantumkan banyak marāji’. Padahal tradisi menulis baru beliau tekuni sejak tahun keempatnya di Kairo. Orang yang mengenal Ghofur kecil dan tidak mengikuti perkembangannya di Kairo pasti akan terheran-heran ketika googling “Abdul Ghofur Maimoen” di internet. Sebab hasil googling itu akan menampilkan berbagai tulisannya yang pernah dimuat di dunia maya. Ya, dari Abdul Ghofur yang gagap tulis menjadi Abdul Ghofur yang produktif menulis.



Kader NU Mesir Raih Gelar Doktor Tafsir dari Univ Al-Azhar Mesir.

Disertasi setebal 1700 halaman dan terbagi menjadi 2 jilid ini disidangkan pada hari Sabtu (12/6) di Auditorium Abdul Halim Mahmud, Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar. Salah satu kader terbaik Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir, Abdul Ghofur Maimoen, kembali telah mengharumkan nama baik Indonesia dan menambah deretan peraih gelar Doktor di bidang ilmu tafsir. Beliau lulus setelah dapat mempertahankan Disertasinya yang berjudul “Ḥashiyah al-Shaykh Zakariya al-Anṣārī ‘ala Tafsīr al-Baidlowi, min Awwal Surah Yūsuf Ila Akhir Surah Sajdah”; Dirāsāt wa Tahqīq” dengan hasil yang mumtaz ma’a martabati syaraf al-Ula (summa cumlaude) dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

Yang menarik adalah prakata dan kutipan akhir sebelum pengukuhan gelar dari para guru besar dan tim penguji terhadap Disertasi putra kiai kharismatik asal Sarang, Jawa Tengah, KH Maimoen Zubair ini adalah “Syarah dan komentar yang ditulis Syeikh Abdul Ghofur ini lebih baik dari yang ditulis Syeikhul Islam, Syekh Zakaria al-Anshori”. Sementara itu, Rais Syuriyah PCNU Mesir Dr. Fadlolan Musyaffa berkomentar “Ini sungguh luar biasa. Andai saja ada nilai di atas summa cumlaude, mungkin nilai itu akan dianugerahkan pada sidang disertasi Gus Ghofur. Sayang, hasil itu sudah mentok paling atas,” terangnya seusai acara.

Mengenai tulisan Disertasi Gus Ghofur, diceritakan bahwa pengujinya hampir tidak percaya kalau tulisan itu adalah karya Gus Ghofur. Oleh sebab itu, beliau berpesan harus ada setelahnya dari orang Indonesia yang mampu menyelesaikan gelar Doktornya agar para penguji percaya bahwa orang Indonesia mampu menempuh semua itu dengan hasil yang memuaskan. Pesan lain Gus Ghofur yang di kutip dari Syaikhul Islam Syekh Zakaria al-Anshari “Jika Kamu Ingin Mengubah Nasibmu Maka Belajarlah”.

Disertasi setebal 1700 halaman milik Gus Ghofur ini diuji oleh Prof Dr. Muhammad Hasan Sabatan, guru besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fakultas Ushuluddin Kairo (penguji dari dalam), Prof Dr. Ali Hasan Muhammad Sulaiman, guru besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fakultas Dirasat Islamiyyah Banin Kairo (Penguji dari Luar) dan dua pembimbing Prof Dr Sayid Mursi Ibrahim al-Bayumi, Guru Besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fak.Ushuluddin Kairo dan Prof. Dr. Abdurrahman Muhammad Aly Uways, guru besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fakultas Ushuluddin Kairo. Selain itu juga, sidang yang dimulai pukul 14.00 waktu setempat dihadiri sekitar seratusan lebih mahasiswa dan mahasiswi serta simpatisan baik warga Indonesia maupun Mesir.

Address

Haji Saleh
Cirebon

Telephone

+628886840711

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Mbah.WhooOfficial posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Category