24/04/2020
Perjalanan Mbah Maimoen Zubair mengunjungi daerah kelahiran dan wafatnya Syaikh Muhammad Baha'uddin An-Naqsyabandi.
Kita mungkin akrab dengan Arab Saudi, Yaman, Irak, Suriah, Palestina, Mesir dan sebagainya. Sebut saja Damaskus di Suriah, yang pernah dikendalikan Muawiyah bin Abi Sofyan sebagai Gubernurnya. Atau Mesir yang meraih kejayaan setelah dibebaskan oleh Sahabat Amr bin Al Ash dari cengkeraman tentara Romawi.
Begitu p**a, kita sangat akrab dengan Suriah. Negara di utara Jazirah Arab ini dikenal sebagai Negerinya Para M***i karena di sana lahir banyak sekali ulama terkemuka sepanjang sejarah Islam.
Kita mungkin jarang mendengar negara bernama Uzbekistan. Hanya ada sedikit Muslim maupun orang Indonesia berkunjung ke sana, salah satunya adalah Mbah Maimoen Zubair Sarang.
Beberapa kota di Uzbekistan tercatat memiliki peran sangat penting dalam penyebaran ajaran Islam. Dari sekian banyak kota, ada dua yang cukup tersohor yaitu Samarkand dan Bukhara.
Samarkand merupakan salah satu kota tertua di Uzbekistan. Kota ini berdiri selama lebih dari 3000 tahun dan pernah ditaklukan oleh Aleksander Agung pada 329 SM.
Islam masuk ke Samarkand di masa Dinasti Umayyah. Kota ini ditaklukkan oleh Gubernur Khurasan, Khutaiba bin Muslim pada 712 Masehi atas perintah dari penguasa Dinasti Umayyah, Khalifah Abdul Malik.
Setelah berada dalam genggaman Dinasti Umayyah, Samarkand mengalami perkembangan pesat menjadi kota yang maju. Bahkan, Samarkand menjadi jantung penyebaran Islam di Asia Tengah, China hingga Rusia.
Samarkand juga memjadi pusat pengembangan keilmuan Islam. Tercatat banyak sekali ulama Islam kondang lahir dari kota ini. Abu Bakr As Samarkandi, Muhammad Addi As Samarkandi, Abu Manshur Al Maturidi, bahkan Imam Al Bukhari adalah deretan nama ulama besar dari kota ini. Imam Bukhori (810-870 M/ 194-256 H). Beliau lahir di Bukhoro, dan meninggal di Khartak.
Nama asli beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah Al-Ju'fi Al Bukhori. Kota ini letaknya tidak jauh dari Samarkand. Beliau mengembara mencari banyak guru. Salah satu hasil ngaji beliau salah adalah kitab Shohih Bukhori, kitab berisi hadis-hadis shohih yang dikumpulkan Imam Al Bukhori. Kitab itu dikarang dalam waktu 16 tahun dengan seleksi ketat.
Imam Bukhori mempunyai murid yang bernama Imam Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, atau sering dikenal sebagai Imam Muslim (204-261 H/ 821-875 M). Beliau lahir dan Wafat di Naisabur, Iran. Beliau mempunyai karya berupa Kitab Shohih Muslim.
Imam Bukhori juga mempunyai murid yang mempunyai kitab Sunan At-Tirmidzi, yaitu Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Lahir pada tahun 824 M/ 207 dan wafat di Tirmiz pada 279 H/ 892 M di Termez, Uzbekistan.
Selain itu terdapat p**a seorang ahli hadits yang memiliki karya kitab Sunan Abi Dawud, yaitu Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Beliau lahir di Sistan (817 M/ 202 H) dan meninggal di Basrah, Irak (888 M / 16 Syawal 275 H). Imam Ibnu Dawud adalah salah satu murid Imam Ahmad bin Hanbal.
Ahmad bin Hanbal lahir 164 H /780 M dan wafat 241 H/ 855 M, lahir di Marw. Saat ini bernama Mary di Turkmenistan, utara Afganistan dan utara Iran) di kota Baghdad, Irak. Beliau mempunyai karya kitab bernama Musnad Ahmad. Beliau adalah salah satu Murid Imam Syafi'i.
Imam Syafi'i dengan nama Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i A-Muththalibi Al-Qurasyi lahir Ashkelon, Gaza, Palestina (150 H/ 767 M) dan wafat di Fusthat, Mesir, 204 H/819 M). Beliaulah pendiri Madzhab Syafi'i. Beliau inilah orang yang diisyarohi oleh Njeng Nabi Muhammad:
عالم قريش يملأ طباق الأرض علما
Beliau adalah salah satu murid dari imam Malik. Malik ibn Anas bin Malik bin Amr Al-Asbahi atau Malik bin Anas lahir di (Madinah 714 M / 93H), dan meninggal 800 M / 179H). Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadist, serta pendiri Mazhab Maliki.
Pada tahun kelahiran Imam. Syafi'i ada salah seorang pendiri madzhab yang wafat, yaitu Imam Abi Hanifah. Beliau adalah Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi, merupakan pendiri dari Madzhab Hanafi. Beliau lahir di Kufah Irak pada 80 H/ 699 M dan meninggal di Baghdad, Irak, 148 H/ 767 M).
Di antara Uzbekistan dan Iran terdapat p**a daerah kelahiran imam Ahmad bin syuaib Al-Hurosani, atau lebih dikenal dengan nama Imam Nasai. Beliau lahir di daerah Nisa, Turkmenistan (829 M/ 215 H) dan wafat pada tahun 303 H/ 915M dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina. Beliau mempunyai karya kitab yang disebut Sunan Nasai.
Selain itu ada juga salah satu ulama ahli hadits yang mempunyai kitab Sunan Ibnu Majah yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Quzwaini. Beliau lahir (824 M/207 H) dan wafat (887 M/ 275 H di Qozvin Iran.
Di daerah Uzbekistan juga muncul seorang yang disebut sebagai Bapak Kedokteran Modern. Beliau adalah Abu Ali Al-Husain bin Abdullah bin Al-Hasan bin Ali bin Sina. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Sina. Lahir 980 M Afshona, dan wafat 1037, Hamedan, Iran.
Di daerah Gorgan, Iran tetangga Uzbekistan terdapat seorang ulama besar yang mempunyai karya Al-Awamil Al-Miah. Beliau adala Abu Bakar Abdul Qahir bin Abdur Rahman bin Muhammad Al-Jurjany yang wafat pada 471 H/1078 M.
Mbah Maimoen Zubair sering melantunkan:
إن العوامل لدى الجرجاني * مائة عامل فخذ بياني
Ada p**a seorang ulama yang mempunyai kitab Bahjatul Ulum Syarah Aqidah Al-Ushul. Beliau adalah Abu Laits As-Samarqandi (Wafat 373 H).
Di daerah tetangga Uzbekistan muncul kerajaan yang dipimpin oleh raja Nidlomuddin. Kerajaan ini mendirikan sebuah madrasah yang bernama Madrasah Nidlomiyyah. Madrasah itu dikepalai oleh Imamul Haromain (1028-1085, orang alim dari Naishabur Iran).
Salah satu pelajar di Madrasah itu adalah Imam Abu Hamid Al Ghozali (1508-1111 M/450-505 H). Imam Ghozali lahir di daerah Thus, Iran (Persia), daerah selatan barat Uzbekistan.
Imam Al-Ghozali yang bernama lengkap Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al-Ghozali dilahirkan pada tahun 450 H. Ayahnya adalah seorang salih dan sufi yang menjaga hati dan tangannya untuk melakukan yang halal.
Sepeninggal ayahnya, Muhammad bersama saudaranya, Ahmad dititipkan kepada paman mereka. Setelah bekal dari warisan mereka habis, keduanya lalu dimasukkan ke madrasah Nidhamiyyah, Baghdad Irak.
Dikisahkan bahwa selain agar bisa menuntut ilmu, mereka di madrasah Nidhomiyyah adalah agar bisa mendapat fasilitas dan biaya hidup gratis yang memang disediakan disana.
طلبت العلم لغير الله فأبى العلم إلا لله
Setelah menguasai berbagai bidang ilmu, akhirnya al-Ghazali melakukan ‘uzlah (menjauhi hiruk pikuk duniawi) dan khalwat (menyendiri) di daerah Syam/Syiria. Selain di Syam, Al-Ghozali pernah baerziarah ke Baitul Maqdis dan menetap di daerah itu selama 10 tahun dengan melanjutkan uzlahnya. Sekembalinya ia ke Baghdad, ia kembali mengajar di madrasah Nidhomiyyah hingga akhirnya kembali ke daerah kelahirannya, Ath-Thusi dan wafat disana pada 505 H.
Imam Al-Ghozali mempunyai karya kitab bernama: Al-Wajiz, Al-Basith dan Al-Wasith. Ketiganya merupakan kitab pokok dalam fiqih Mazhab Imam Syafi’I pada masa itu.Disamping kitab fenomenal bernama Ihya Ulumiddin.
Lewat Imam Ghozali p**a, muncu pahlawan Islam yang bernama Sholahuddin Al-Ayyubie. Beliaulah yang telah membebaskan Baitul Maqdist dari cengkraman kuku-kuku Nasroni Eropa yang berkuasa kurang lebih 100 tahun dan mengembalikanya kepangkuan Umat Islam pada tahun 500 M.
Lewat pertarungan sengit bernama Perang Salib, Al-Ayyubie bangkit dan mengembalikan lagi kejayaan Islam di Baitul Maqdist. Al-Ayyubie telah membuktikan kepada dunia bahwa Uzbekistan adalah Negara yang ikut andil besar dalam kemajuan Islam dengan pesonanya yang begitu bersinar.
Uzbekistan adalah salah satu negara bekas pecahan Uni Soviet yang termasuk negara dengan penduduk muslim. Negara-negara bekas Uni Soviet sesuai urutan abjad: Armenia, Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirgizstan, Latvia, Lituania, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukrain dan Uzbekistan.
Negara-negara pecahan Uni Soviet berdiri menjadi negara sendiri akibat dari bubarnya Uni Soviet pada bulan Desember 1991, akibat kalah dalam perang dingin dengan Amerika serikat.
Walaupun negera Uzbekistan dulunya masuk dalam Uni Soviet yang komunis, tetapi negara itu adalah negara para imam hadist di zamannya. Hal ini seperti diceritakan dalam penjelasan sebelumnya.
Dahulu saat qunut shubuh, Syaikhona Maimoen sering mendoakan:
اللهم انصر الإسلام والمسلمين، خصوصا في بلادنا إندونسيا وفي أفغانستان وفلسطين وشيسان وفي سائر بلاد المسلمين يا رب العالمين.
Di era modernisasi seperti sekarang ini, walaupun sudah terkena pengaruh dari bersatunya dengan Uni Soviet, sedikit demi sedikit membuat Uzbekistan tak mampu mempertahankan pesonanya dan seakan tak pernah tercerminkan sebagai Negara yang memiliki ulama-ulama sekaliber Al Ghozali dll.
Syiar keislaman di Negeri ini seakan telah mati. Negeri ini akhirnya memisahkan antara Agama dan Negara (sekuleris). Di sana Adzan tidak diperbolehkan menggunakan pengeras suara.
Orang-orang yang menunaikan sholat jama’ah di masjid-masjid kota, tak diperkenankan melakukan sholat qobliah, ba’diah di dalam Masjid. Semua itu atas dasar rasa toleran dan harga menghargai di antara umat beragama.
Di sana adzan tidak boleh memakai pengeras suara. Hal itu karena untuk menghargai mereka yang istirahat dan enggan menunaikan sholat. Begitu p**a tidak diperkenankan menunaikan sholat Rowatib Qobliah dan Ba’diah juga atas dasar menjaga hati dan sikap mereka yang tidak melaksanakan sholat sunnah rowatib.
Aneh memang, tetapi hal itulah yang diceritakan oleh Syaikhona Maimoen Zubair setelah berkunjung di Uzbekistan.
Pada kunjungan Syaikhona Maimoen Zubair ke Uzbekistan, beliau menyempatkan diri untuk singgah dan mampir di Samarkand.
Di sana beliau merasa prihatin dan kaget karena bangunan bekas ribath dari ulama Naqsaband yang telah dialih fungsikan menjadi rumah busana dengan banyak model peraga yang melenggak-lenggokan tubuhnya di atas catwalk.
Di samping bangunan tersebut terdapat kolam wudhlu yang masih dibiarkan seperti keadaan aslinya. Dulu tempat itu adalah tempat wudlu para santri yang dulu pernah nyantri yang sekarang menjadi rumah mode tersebut.
Disisi lain terdapat Masjid dengan bangunan yang megah. Mungkin saja pemerintah Uzbekistan menutup ribath yang dulu menjadi tempat belajar dan ibadah. Tempat itu dialihkan fungsinya menjadi tempat peragaan busana.
Begitulah suasana yang terjadi di negara antar benua yang terletak sebagian di Asia Tengah dan Eropa Timur.
Syaikhona juga berkunjung kepada salah seorang ulama Uzbekistan. Beliau kaget tatkala guru tersebut tidak begitu paham atas perkataan Syaikh Maimoen Zubair yang kala itu menggunakan bahasa Arab. Beliau bercanda: ”Waah, kiai iki kalah ngalim karo Dawam".
Beliau pun paham betul bahwa pendidikan agama disini telah berkurang dan tidak mendapatkan diperhatikan dari pemerintah.
Di lain kesempatan Syaikhona Maimoen Zubair diundang untuk hadir di suatu tempat yang sebenarnya menurut perspektif fiqih Syafi’iyyah tak layak untuk dihadiri oleh seorang tamu undangan.
Sontak beliau pun menolak, tetapi pemandu beliau di Uzbekistan yang bernama Maisaroh, memohon dengan sangat kepada beliau agar hadir. Permintaan itu disertaidengan ancaman pemecatan bagi Maisyaroh apabila gagal untuk mengajak beliau hadir dalam acara tersebut.
“Kerono uwis dhorurot” kata beliau.
Dengan pertimbangan pekerjaan Maisaroh, beliau pun hadir di sana, tetapi anehnya, ketika beliau masuk ke tempat di mana acara tersebut diadakan, perkara yang asalnya tidak pantas itu lantas dihilangkan.
Hal tersebut mereka lakukan untuk menghormati kedatangan beliau. Mereka tunduk dan hormat kepada beliau. Kehadiran beliau di sana dapat merubah suasana.
Pada akhirnya, tatkala beliau berdoa untuk mengakhiri undangan tersebut, mereka semua mengangkat tangan seraya berucap Amien. Mereka sangat antusias dengan doa beliau.
Karena gembiranya Maisaroh karena permintaannya kepada Mbah Maimoen dituruti, ia memberitahukan bahwa ada kuburan wali besar yaitu Syaikh Muhammad Abdul Kholiq al Ghojdawaniy (435-575 H/ 1039-1179), berumur panjang sekitar 140 tahun, atau terkenal dengan sebutan Al-Mu'ammar.
Akhirnya Mbah Maimoen pun berangkat ziarah ke maqbaroh Syaikh tersebut. Ternyata Syaikh itu termasuk silsilah Mursyid Thoriqoh sebelum terkenal sebagai Naqsyabandiyah.
Uzbekistan, walaupun masyarakatnya tidak mencerminkan sebagai masyarakat muslim yang kaffah, setidaknya, walaupun mereka agak awam akan ilmu agama, tetapi mereka masih hormat kepada ahlul ilmi, dan inilah nyawa keislaman ala salaf yang masih tersisa di benak muslim Uzbekistan kini.
Setelah p**ang dari Uzbekistan, beliau menceritakan pengalaman tentang perjalanan ke Uzbekistan. Meskipun masih lelah karena baru saja p**ang dari perjalanan jauh dan para usia yang sudah sangat sepuh, beliau selalu mempergunakan waktunya untuk mengajar. Masih terngiang di benak saya dawuh Mbah Yai setelah beliau p**ang dari Uzbekistan.
“Ora usah mikir engko dadi opo. Tapi Ngajio sing sregep, sinau sing sregep.. “.
(jangan pernah berpikir kelak akan menjadi apa.. Yang penting belajarlah yang rajin).
In Syaa ALLOH dilanjutkan dengan perjalanan beliau ke Baghdad.
__________________
Dituliskan oleh Kanthongumur
https://www.facebook.com/1529481777318171/posts/2578110362455302/