12/10/2023
Antara Prabowo, Cendana, dan HTI || Menolak Lupa! Cara Licik Kubu Prabowo Lakukan Makar Mengatasnamakan Rakyat
Sejumlah asumsi bermunculan tatkala kerusuhan 21 dan 22 Mei 2019 meletus di Jakarta. Malah, beberapa orang tampak tidak terkejut sebab peristiwa itu sudah ada dalam prediksinya. NARASI seputar Pilpres 2019 berbalik arah dengan cepat. Cerita-cerita kecurangan pemilu yang dibangun kubu Prabowo Subianto bergeser menjadi cerita makar dan kerusuhan 21-22 Mei 2019. Kondisi ini terjadi akibat narasi lain yang juga dibangun kubu Prabowo sendiri, yakni, people power. Istilah people power alias gerakan massa yang biasa diasosiakan sebagai gerakan yang mendesak pergantian rezim oleh kekuatan rakyat ini, muncul dari mulut politikus senior Amien Rais. Bagi aparat keamanan, kerusuhan yang terjadi bukan aksi spontan, melainkan peristiwa yang sudah direncanakan. Skenario lapangannya adalah menciptakan bentrokan antara pengunjuk rasa dengan Polri, lantas diperlebar menjadi kerusuhan. Desain ini sudah terendus beberapa hari sebelumnya. Bahkan sejumlah tokoh yang diduga terkait skenario kerusuhan itu sudah ditahan oleh Polri. Beberapa saat sebelum unjuk rasa digelar, Polri mengamankan mantan Komandan Jenderal Kopasus Mayjen (Purn) Soenarko, kemudian menangkap Mayjen (Purn) Kivlan Zen setelah kerusuhan terjadi. Diketahui, kedua tersangka ini merupakan tokoh-tokoh pendukung Prabowo Subianto. Belakangan, di samping nama Prabowo Subianto, frasa Cendana - merujuk pada keluarga mantan presiden Suharto beserta sisa-sisa loyalisnya, juga Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mulai disebut-sebut dalam berbagai diskusi terkait kerusuhan 21 dan 22 Mei 2019. Meski memiliki tujuan strategis yang berbeda, namun kedua kelompok ini dinilai berada dalam satu kepentingan yang sama, yaitu, menyudahi rezim Jokowi.