16/12/2024
SHIFT MALAM (P2)
Cerpen by Akang Tio
Kata-kata itu meluncur seperti bisikan tajam yang memecah keheningan. Laras terdiam, tubuhnya menegang. Ia menatap wanita itu, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.
"Mereka... teman-temanku sendiri," lanjut wanita itu, suaranya bergetar. "Mereka menyekapku… membawaku ke tempat sepi… Lalu… lalu mereka—" Suaranya pecah menjadi isakan.
Laras meletakkan alat pemeriksaan dan mendekat, menggenggam tangan pasien itu. Tangannya dingin dan bergetar. "Tenang, Bu. Saya di sini. Tidak apa-apa… Anda aman sekarang," katanya dengan suara selembut mungkin.
Wanita itu menggeleng pelan, air matanya mulai mengalir. "Aku tidak bisa melaporkan mereka. Aku tidak bisa membuat aib ini diketahui keluarga. Mereka pasti akan hancur kalau tahu… Aku… aku bahkan berpikir untuk mengakhiri semuanya."
Mendengar itu, dada Laras terasa sesak. Sebagai sesama wanita ia bisa merasakan betapa hancurnya pasien itu, fisik dan psikisnya. Ia mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menenangkan wanita itu, tetapi otaknya terasa kosong. Sebagai perawat, ia sering menghadapi pasien dalam situasi sulit, tetapi ini adalah sesuatu yang jauh di luar pengalamannya.
"Bu… Anda tidak sendirian. Saya tahu ini berat, tapi Anda harus bertahan. Anda kuat, lebih kuat dari yang Anda kira," ucap Laras akhirnya, meskipun ia sendiri merasa kata-kata itu terdengar hampa.
Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, isakannya mulai mereda. Laras membantu membenahi posisi tidurnya, memastikan perban di lukanya masih terpasang dengan baik. Setelah yakin semuanya dalam keadaan aman, ia berdiri.
"Saya akan kembali ke ruang jaga, Bu. Kalau ada apa-apa, segera tekan tombol panggilan, ya?" katanya.
Wanita itu hanya menatapnya tanpa bicara, matanya kembali kosong. Laras merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia tidak tahu apa. Dengan berat hati, ia meninggalkan kamar itu, menutup pintu perlahan di belakangnya.
Ketika ia kembali ke ruang jaga, Wulan sudah ada di sana, menata beberapa botol obat di atas meja.
"Baru saja dari kamar pasien?" tanya Wulan sambil meliriknya.
"Iya, kamar 1B," jawab Laras sambil duduk.
Wulan berhenti sejenak, memandang Laras