10/12/2025
โ ๏ธ HEBOH! Investigasi Hey Bali Ungkap Dugaan Penyalahgunaan Kawasan Sakral untuk Produksi Konten Tidak Pantas โ Masyarakat Minta Penegakan Hukum Tegas
Sebuah laporan investigatif dari Hey Bali kembali menggugah perhatian publik. Media tersebut mengungkap adanya dugaan penyalahgunaan area sekitar kawasan suci di Bali untuk aktivitas perekaman konten yang tidak selayaknya dilakukan di ruang bernilai sakral.
Pendiri Hey Bali, Glostanovlatto, menegaskan bahwa temuan itu merupakan bentuk ketidakhormatan terhadap nilai budaya dan spiritual masyarakat Bali.
โBeberapa aktivitas dilakukan sangat dekat dengan pura. Tempat yang seharusnya dijaga untuk kepentingan spiritual malah diperlakukan seolah latar foto biasa,โ ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (9/12/2025).
๐ Temuan Awal Muncul Sejak Agustus 2025
Hey Bali mengklaim telah memegang rekaman dan data yang menunjukkan aktivitas mencurigakan di sejumlah vila yang memiliki pemandangan langsung ke area sakral. Dalam beberapa kasus, batas kawasan suci terlihat hanya berjarak beberapa meter dari lokasi yang digunakan.
Menurut laporan tersebut, para pelaku diduga merupakan warga negara asing yang datang dengan berpura-pura sebagai turis, namun membawa perlengkapan produksi profesional dan berpindah vila secara terkoordinasi.
๐ Peringatan yang Diabaikan?
Hey Bali mengungkap bahwa mereka telah memberikan sinyal bahaya kepada otoritas jauh sebelum kasus yang menimpa seorang warga asing di Pererenan terungkap.
โData lengkap sudah kami sampaikan. Tapi respons saat itu sangat minim,โ ujar Glostanovlatto.
Kondisi tersebut, menurutnya, membuat para pelaku semakin berani hingga aktivitas serupa disebut sempat berlangsung hampir setahun.
๐ Seruan untuk Perlindungan Kawasan Suci
Bagi masyarakat Bali, pura bukan sekadar bangunanโmelainkan ruang hidup spiritual yang memiliki nilai kesucian tinggi. Penyalahgunaan area sekitar pura, apa pun bentuknya, dipandang sebagai pelanggaran etik dan budaya yang berat.
Fenomena โwisatawan kontenโ yang mengejar latar eksotis tanpa memahami nilai lokal kini dianggap memperburuk situasi. Mereka datang demi konten dan keuntungan, tanpa mempertimbangkan batasan budaya.
๐ฌ Glostanovlatto menegaskan:
โJika tidak ada perubahan sistemik, aktivitas serupa akan terus terjadi. Pelakunya akan semakin tertutup dan sulit dilacak.โ
๐ฃ Masyarakat kini berharap adanya penindakan tegas, pembenahan regulasi, serta edukasi kepada wisatawan agar setiap aktivitas di Bali tetap menghormati ruang budaya dan spiritual yang dijunjung tinggi.