21/06/2024
Percaya walaupun Tak Melihat
“Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29).
Zaman sekarang ini segala sesuatu harus ada bukti untuk bisa membuat orang percaya. Terlebih di pengadilan, hakim hanya mau memvonis suatu perkara setelah buktinya cukup.
Logika orang beriman tak seperti itu
Dalam menyatakan diri-Nya sendiri, Allah tidak bicara bukti, melainkan bicara tentang ‘iman’ dan ‘percaya’. Seorang yang mau percaya kepada Tuhan, bila selalu meminta bukti, maka dia tidak akan mencapai kedalaman rohani; tidak akan pernah bisa melihat Allah.
Setelah Yesus bangkit, berkali-kali Ia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Suatu kali, kebetulan salah satu dari 12 rasul yang bernama Tomas tidak ada di tempat, lalu murid-murid memberitahukan Tomas mereka telah melihat Tuhan. Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Delapan hari kemudian, Yesus kembali menampakkan diri kepada murid-murid, dan Tomas juga bersama-sama mereka. Sesuai keinginan Tomas, Tuhan Yesus menyuruhnya menaruh jarinya di tangan-Nya, dan mencucukkan jarinya ke dalam lambung-Nya, sambil berpesan: ‘Jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah’, saat itu barulah Tomas percaya bahwa Yesus telah bangkit.
Sayang sekali, Tomas yang sudah mengikuti Yesus pergi ke mana-mana memberitakan Injil selama tiga tahun lebih, sudah melihat mujizat-mujizat yang dilakukan Tuhan, mendengar firman kehidupan yang disampaikan-Nya, merasakan kemuliaan Tuhan yang lain daripada yang lain, tetapi setelah Tuhan bangkit dan menampakkan diri-Nya, dia masih saja tidak percaya bila Yesus telah bangkit.
Hari ini, apakah iman kita seperti Tomas waktu itu, yang menuntut bukti baru mau percaya kepada firman Tuhan? Misalkan dalam membangun bangunan gereja, apakah baru percaya kalau melihat segala sesuatu lancar tanpa hambatan? Apakah ketika melihat perkiraan biaya yang sangat besar langsung pupus imannya, dan hanya mau percaya bila Tuhan menyediakan seluruh biayanya?
Bila dalam segala hal kita menuntut ‘melihat’ lebih dulu, itu bukanlah ‘iman’. Kalau sudah terlihat, tidak lagi perlu iman. Kepercayaan kita adalah oleh karena ‘iman’, bukan karena ‘melihat.
*** by Bernat Siregar
Daily Bread - Jumat, 21 Juni 2024.
Selamat Pagi
Semua Orang