Dakwah Sekolah Kota Depok

Dakwah Sekolah Kota Depok Pemuda penerus masa yang akan datang

30/10/2024

Siapapun presidenya
Demokrasi adalah sistem busuk, saatnya
Ganti dengan
KHILAFAH

Prod.Dr.Ing Fahmi AmharPerusahaan tekstil Indonesia, PT Sritex dinyatakan pailit. Ribuan karyawan terancam PHK. Menurut ...
25/10/2024

Prod.Dr.Ing Fahmi Amhar

Perusahaan tekstil Indonesia, PT Sritex dinyatakan pailit. Ribuan karyawan terancam PHK.

Menurut asosiasi pertekstilan Indonesia, semua berawal dari serbuan produk Cina.

Membanjirnya produk Cina, dilegalkan sejak 2010 melalui ACFTA (Asean China Free Trade Area).

Dan bahaya ACFTA ini sudah diingatkan ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sejak 14 tahun yang lalu, ketika belum dicabut status Badan Hukum Perkump**an(BHP) nya..

Dan ketika HTI dipukul penguasa zalim, rakyat tidak mau membela..

Kini ketika dampak ACFTA mulai terasa, rakyat tak lagi ada yang membela..

https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-1289770/dianggap-bertentangan-dengan-islam-hti-jabar-tolak-ac-fta

BAI'AT PADA PRESIDEN?© Doni RiwSebuah potongan vlog membahas soal bai'at kepada kepala negara, beredar di sosial media.D...
08/10/2024

BAI'AT PADA PRESIDEN?

© Doni Riw

Sebuah potongan vlog membahas soal bai'at kepada kepala negara, beredar di sosial media.

Dalam vlog tersebut narasumber menyebutkan bahwa bai'at kepada pemimpin ormas adalah sebuah kesalahan. Bai'at sesuai syari'at seharusnya kepada kepala negara.

Jika kita melihat fakta, bai'at pertama kali yang pernah ada dalam sejarah umat Rasulullah Muhammad ﷺ adalah bai'at beberapa tokoh Madinah kepada beliau dalam peristiwa Bai'at Aqobah satu maupun Bai'at Aqobah dua.

Bai'at Aqobah Dua inilah yang menyebabkan Rasulullah ﷺ resmi menjadi kepala negara Madinah. Karena tokoh-tokoh representatif Madinah telah memberikan kepercayaan mereka.

Bai'at berikutnya dalam sejarah Islam adalah bai'at muslimin kepada Abu Bakar sebagai Khalifah pertama penerus Rasulullah ﷺ. Selanjutnya adalah bai'at kepada Umar, Usman, Ali, Hasan, Muawiyah, dan seterusnya.

Bai'at adalah syarat syah Khalifah. Seseorang tidak syah menjadi Khalifah, kecuali dia telah dibaiat oleh umat.

Maka, benar statemen bahwa bai'at kepada ketua ormas adalah salah alamat. Bai'at yang benar adalah kepada kepala negara, dalam hali ini adalah Khalifah.

Namun salah fikir jika menyatakan bahwa bai'at itu kepada presiden. Seseorang sah menjadi presiden sebab menang pemilu, kemudian dilantik oleh MPR. Bai'at kepada presiden adalah salah alamat.

Sistem pemerintahan republik dengan presiden sebagai kepala negara itu berbeda dengan sistem khilafah dengan khalifah sebagai kepala negara.

Bai'at itu memang kepada kepala negara, tetapi bukan presiden, melainkan khalifah yang menegakkan hukum syariah.

Bai'at kepada presiden itu kalau tidak pembodohan ya kebodohan.

Jogja 100824
IG
t.me/doniriw_channel

Rudal-rudal Iran Kemarin: Benarkah Waliyul Faqih Memutuskan Menolong Porosnya (Hezbollah) ?Peluncuran rudal-rudal Iran k...
03/10/2024

Rudal-rudal Iran Kemarin: Benarkah Waliyul Faqih Memutuskan Menolong Porosnya (Hezbollah) ?

Peluncuran rudal-rudal Iran kemarin justru itu merupakan bukti pengkhianatannya terhadap porosnya. Kenapa Iran tidak meluncurkan rudal-rudalnya selama setahun penuh dan pasca jatuhnya kapak di kepala porosnya di Palestina dan Lebanon?

Simpel sekali, karena ancaman-ancaman yang mendekati wilayah Iran pada ancaman kali ini, jadi serangan Iran tsb adalah bentuk pertahanan atas dirinya sendiri, bukan pembelaan terhadap porosnya. Terlebih serangan itu cuma formalitas yang tak bernilai militer yang pantas disebut (dari sisi sasaran yang terkena, juga te*rnyata banyak diantara rudal-rudal yang diluncurkan "hampa" tak berhulu ledak).

Artinya itu hanya sekedar pesan bahwa jika kalian (Israel) berpikir melancarkan perang terhadap Iran secara langsung, maka rudal-rudal anda berada dalam jangkauan rudal-rudal kami. Kali ini rudal-rudalnya tak berhulu ledak atau boleh jadi berhulu ledak sangat kecil, tapi jika kalian memaksa kami untuk untuk membalas serangan langsung kalian, maka akan ada rudal-rudal berhulu ledak yang lebih besar.

Karena itu, makna terpenting dari serangan Iran ini adalah seruan agar berdamai melalui strategi menakut-nakuti akan meletusnya perang. Inilah yang dimaksudkan secara gamblang dalam pernyataan-pernyataan para petinggi Iran hari ini.

صواريخ إيران أمس: هل قرّر الوليّ الفقيه نصرة المحور؟

إطلاق إيران صواريخها أمس هو بحدّ ذاته دليل خيانة لمحورها. فلماذا لم ترسل إيران صواريخها هذه طيلة سنة كاملة وبعد وقوع الفأس في رأس المحور في فلسطين ولبنان؟ بكلّ بساطة لأنّ التهديدات اقتربت منها هي هذه المرّة، فهي تضرب دفاعًا عن نفسها، لا عن محورها، علمًا بأنّ الضربة شكلية ولا قيمة عسكرية لها تُذكر. وإنّما هي مجرّد رسالة مفادها أنْ إذا فكّرتم بشنّ حرب علينا مباشرة فإنّ صواريخنا تطالكم. هذه المرّة طالتكم دون رؤوس متفجّرة ربما، أو ربما برؤوس ضعيفة، ولكن إن اضطررتمونا للردّ في حرب تشنّونها علينا مباشرة فستكون الصواريخ محمّلة برؤوس متفجّرة بعيار أثقل.
وعليه فإنّ أهمّ ما تضمّنته هذه الضربة هي الدعوة إلى السلام، من طريق التخويف من الحرب. وهذا ما أفادته تصريحات المسؤولين الإيرانيين اليوم... بكلّ وضوح.

الشيخ الفاضل أحمد القصص

Depok, 29 Rabiul Awal 1446 / 3 Oktober 2024
[UFS]

*Pemimpin, Dilahirkan atau Dibentuk | Podcast "Sep**ang Mengajar" | Episode 31*Pembicaraan tentang pemimpin itu harus di...
02/10/2024

*Pemimpin, Dilahirkan atau Dibentuk | Podcast "Sep**ang Mengajar" | Episode 31*

Pembicaraan tentang pemimpin itu harus dibentuk atau dilahirkan masih menjadi obrolan yang menarik. Apalagi soalan pemimpin ini memang bukan hanya perkara urusan politik tapi juga menyangkut hal-hal lain, salah satunya perkara motivasi dan manajemen.

Nah, pakar kita kali ini ngobrol seru tentang hal tersebut bersama host sep**ang mengajar. Tentang apakah perdebatan soal posisi pemimpin disini seperti perdebatan soal ayam dan telur, mana yang duluan?

Makanya, daripada penasaran simak video lengkapnya disini
https://youtu.be/jPhAGkcDFoM
https://youtu.be/jPhAGkcDFoM
https://youtu.be/jPhAGkcDFoM

Silahkan like, share, coment, dan subscribe

Pembicaraan tentang pemimpin itu harus dibentuk atau dilahirkan masih menjadi obrolan yang menarik. Apalagi soalan pemimpin ini memang bukan hanya perkara ur...

TOLERANSI TANPA MERUSAK AQIDAH ISLAMBuletin Kaffah No. 360 (9 Rabi’ul Awwal 1446 H/13 September 2024 M)Baru-baru ini Pau...
13/09/2024

TOLERANSI TANPA MERUSAK AQIDAH ISLAM

Buletin Kaffah No. 360 (9 Rabi’ul Awwal 1446 H/13 September 2024 M)

Baru-baru ini Paus Fransiskus datang ke Indonesia. Kedatangan Paus ke Indonesia merupakan kunjungan yang pertama dalam 35 tahun setelah kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada 1989 silam. Tak hanya datang, Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan itu juga mengadakan misa agung di Gelora B**g Karno (GBK) yang dihadiri ribuan umat Kristiani.

Kedatangan Paus disambut dengan gegap-gempita. Namun, penyambutan atas kedatangannya dinilai berlebihan dan menulai polemik di tengah kaum Muslim. Pasalnya, serangkaian prosesi penyambutan Paus—yang dinarasikan sebagai misi perdamaian, kemanusiaan dan toleransi—telah kebablasan dan menabrak batas-batas Aqidah Islam.

Polemik itu berawal dari surat yang dilayangkan oleh panitia kunjungan Paus Fransiskus tertanggal 9 Agustus 2024 kepada Kementerian Agama terkait permohonan dukungan kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia 3-6 September 2024. Sebagai tindak lanjut, Kementerian Agama bersurat kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tertanggal 1 September 2024. Surat yang ditandatangani oleh Dirjen Bimas Islam dan Katolik itu di antaranya berisi: Pertama, saran agar Misa bersama Paus Fransiskus pada Kamis 5 September 2024 disiarkan secara langsung pada pukul 17.00–19.00 WIB di seluruh televisi nasional. Kedua, agar penanda waktu maghrib di televisi nasional cukup ditunjukkan dalam bentuk running text (bukan kumandang azan seperti biasanya). Dengan itu misa bisa diikuti secara utuh oleh umat Katolik di Indonesia.

Ada juga agenda pembacaan Injil dan al-Quran untuk menyambut Paus di Masjid Istiqlal Jakarta. Bersama Paus Fransiskus juga dilakukan penandatanganan dokumen kemanusiaan dengan tujuan untuk menguatkan opini seputar toleransi umat beragama di negeri ini.

Tampak jelas bahwa serangkaian prosesi penyambutan Paus ini mengarah pada sinkretisme, pluralisme dan humanisme beragama.

Perlu Sikap Kritis

Tentu diperlukan sikap kritis terhadap praktik sinkretisme, pluralisme dan humanisme beragama ini.

1. Sinkretisme beragama.

Sinkretisme beragama bermakna mencampuradukkan ajaran agama-agama. Termasuk mencampuradukkan ajaran agama Islam dengan ajaran agama-agama lain. Sinkrestisme beragama semacam ini jelas mencampuradukkan yang haq dan yang batil, yang nyata-nyata terlarang dalam Islam. Allah SWT berfirman:

وَلَا تَلۡبِسُواْ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

Janganlah kalian mencampuradukkan yang haq dengan yang batil. Jangan p**a kalian menyembunyikan yang haq itu, sedangkan kalian mengetahui (TQS al-Baqarah [2]: 42).

2. Pluralisme agama.

Pluralisme agama adalah paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama. Karena itu kebenaran setiap agama adalah relatif. Konsekuensinya, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar, sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.

Setidaknya ada empat hal yang bisa dijadikan kritik atas pemikiran pluralisme agama ini: Pertama, aspek normatif. Secara normatif, pluralisme agama bertentangan secara total dengan Aqidah Islam. Pluralisme bertentangan antara lain dengan firman Allah SWT berikut:

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ وَمَا ٱخۡتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡعِلۡمُ بَغۡيَۢا بَيۡنَهُمۡۗ وَمَن يَكۡفُرۡ بِ‍َٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ

Sungguh agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Siapa saja yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, sungguh Allah sangat cepat hisab-Nya (TQS Ali Imran [3]: 19).

Allah SWT juga berfirman:

وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِيْنًا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ

Siapa saja yang mencari agama selain Islam, sekali-kali agama itu tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi (TQS Ali Imran [3]: 85).

Dengan alasan itu, wajar jika pluralisme agama difatwakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia dalam Munas VII MUI tahun 2005.

Kedua, aspek orisinalitas. Asal-usul paham pluralisme bukanlah dari umat Islam, tetapi dari orang-orang Barat, yang mengalami trauma konflik dan perang antara Katolik dan Protestan, juga Ortodok.

Ketiga, aspek inkonsistensi Gereja. Andaikata hasil Konsili Vatikan II diamalkan secara konsisten, tentu Gereja harus menganggap agama Islam juga benar. Tidak hanya agama Kristen saja yang benar. Dengan begitu mereka tidak melakukan misi kristenisasi kepada umat Islam.

Keempat, aspek politis. Secara politis, wacana pluralisme agama dilancarkan di tengah dominasi Kapitalisme yang Kristen atas Dunia Islam. Maka dari itu, arah atau sasaran pluralisme patut dicurigai membawa misi imperialisme.

3. Humanisme beragama.

Humanisme muncul pada era Renaissance di Eropa. Ketika itu banyak pemikir seperti Petrarch, Erasmus dan Pico della Mirandola mulai memusatkan perhatian pada kebangkitan budaya klasik Yunani dan Romawi. Mereka juga menggali potensi manusia di luar dogma agama yang dominan saat itu. Sejak kelahirannya, paham humanisme ini justru ingin menghilangkan peran agama dalam kehidupan. Caranya dengan menjadikan manusia pusat edar kehidupan, dengan mengabaikan Tuhan dan agama.

Paham humanisme bertentangan dengan firman Allah SWT:

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

Katakanlah, “Sungguh shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (TQS al-An’am [6]: 162).

Sikap Muslim Seharusnya

Dengan demikian para tokoh umat semestinya paham bahwa kunjungan orang kafir ke negeri ini seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan Islam dan kaum Muslim, seperti menampakkan syiar dan dakwah Islam kepada mereka. Bukan sebaliknya, justru mereka dibiarkan membawa misi agama mereka kepada umat Islam.

Rasulullah saw. sebagai teladan kaum Muslim juga biasa menampakkan syiar dan dakwah Islam kepada para pemimpin kafir. Rasulullah saw. pernah mengirimkan utusan kepada Kaisar Romawi, Raja Persia, Raja Muqawqis Agung, Raja Qibti Mesir dan Raja Habasyah dengan surat yang berisi ajakan masuk Islam. Kepada Raja Persia, misalnya, Rasulullah saw. dalam suratnya tegas menyatakan: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasulullah kepada Raja Agung Persia. Semoga keselamatan atas siapa saja yang mengikuti jalan, beriman kepada Allah dan utusan-Nya, serta bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah yang Satu, tiada sekutu, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Aku menyeru dengan seruan Allah. Sungguh aku adalah utusan Allah kepada seluruh manusia, untuk memperingatkan orang yang hidup dan membenarkan perkataan kepada orang-orang kafir. Masuklah Islam. Niscaya Anda akan selamat. Jika Anda mengabaikan seruan ini maka Anda menanggung dosa orang-orang Majusi (Ath-Thabari, Târîkh al-Umam wa al-Mulûk, 2/123; Al-Khathib al-Baghdadi, Târîkh Baghdaad, 1/132).

Selain itu, konsep toleransi dalam Islam bukan mengarah pada paham sinkretisme, pluralisme dan humanisme yang merusak Aqidah Islam. Toleransi adalah membiarkan serta tidak mengganggu ibadah dan kepercayaan agama lain. Hal ini digambarkan dengan jelas dalam firman Allah SWT:

قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ (1) لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ (2) وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ (3) وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمۡ (4) وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ (5) لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ (6)

Katakanlah, "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah. Kalian juga bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kalian sembah. Kalian pun tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untuk kalian agama kalian dan untuk aku agamaku.” (TQS al-Kafirun [109]: 1-6).

Secara historis, praktik pertama toleransi beragama dijalankan oleh Rasulullah saw. di dalam naungan Negara Islam di Madinah al-Munawarah dengan sangat indah. Selanjutnya praktik toleransi dalam Islam juga terwujud indah dalam peradaban Islam di bawah naungan Khilafah Islam sepanjang sejarahnya. Di Mesir, misalnya, umat Islam dan Kristen hidup rukun ratusan tahun sejak masa Khulafaur Rasyidin. Di India, sepanjang Kekhalifahan Bani Umayah, Abbasiyah dan Ustmaniyah, Muslim dan Hindu hidup rukun selama ratusan tahun. Toleransi dalam Islam juga terbangun indah pada masa Kekhilafahan Islam di Spanyol. Di Spanyol, lebih dari 800 tahun pemeluk Islam, Yahudi dan Kristen juga hidup berdampingan dengan tenang dan damai.

Keindahan praktik toleransi dalam Islam ini sejalan dengan misi pengutusan Rasulullah saw. kepada seluruh manusia untuk menebarkan rahmat. Allah SWT berfirman:

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً لِّلۡعَٰلَمِينَ

Tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (QS al-Anbiya’ [21]: 107).

Karena itu selayaknya kita terus berdakwah demi tegaknya syariah Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah. Sebabnya, sudah terbukti bahwa hanya Khilafahlah—melalui penegakan syariah secara kâffah dan misi dakwahnya yang universal—yang mampu mewujudkan toleransi yang hakiki sekaligus menebarkan rahmat bagi seluruh manusia dan alam semesta.

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

---*---

Hikmah:

Allah SWT berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak pada (agama) Allah, mengerjakan amal shalih, dan berkata, "Sungguh aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (TQS al-Fushilat [41]: 33). []

07/09/2024

Paus pimpinan umat Katolik sedunia datang, disambut Gegap gempita. Hendaknya Islampun punya pemimpin sedunia, bernama KHALIFAH

https://alwaie.net/hiwar/h-m-ismail-yusanto-demokrasi-bukan-jalan-islam/H. M. ISMAIL YUSANTO: DEMOKRASI BUKAN JALAN ISLA...
25/08/2024

https://alwaie.net/hiwar/h-m-ismail-yusanto-demokrasi-bukan-jalan-islam/

H. M. ISMAIL YUSANTO: DEMOKRASI BUKAN JALAN ISLAM

Pengantar:

Meski telah berkali-kali dikalahkan dalam setiap Pemilu/Pilpres, umat masih saja berharap besar pada jalan perjuangan via demokrasi. Padahal jelas, selain problematik, jalan demokrasi—melalui Pemilu/Pilpres—bukanlah jalan hakiki perjuangan Islam.

_Mengapa demikian? Apa alasannya? Jika demokrasi bukan jalan perjuangan Islam, lalu bagaimana caranya umat bisa mewujudkan kemenangan? Jika harus mencontoh perjuangan Rasulullah saw., realnya seperti apa? Bagaimana caranya?_

Itulah di antara beberapa persoalan yang coba dijawab oleh cendekiawan Muslim, H.M. Ismail Yusanto, dalam wawancara dengan Redaksi kali ini. Berikut hasil wawancaranya.


_Banyak yang mengatakan bahwa jalannya demokrasi saat ini begitu pragmatis, nir-ideologis, penuh tipudaya dan hukum yang dipermainkan. Bagaimana menurut Ustadz?_

Betul. Faktanya memang begitu. Demokrasi kini hanya diletakkan sekadar sebagai prosedur untuk meraih kekuasaan. Bagaimana prosedur itu sendiri ditempuh, jujur atau tidak, adil atau tidak, penuh etika atau tidak, tak dipedulikan. Yang penting menang. Kekuasaan diraih. Jadilah pragmatisme makin berkembang. Ideologi tak lagi penting. Lihatlah, bagaimana bisa sebuah partai Islam bersekutu dengan partai sekuler yang notabene selama ini justru dikenal acap menghambat segala sesuatu yang berbau Islam. Pada saat yang sama, kecurangan makin dibiasakan. Hukum dipermainkan. Mestinya hukum mengendalikan pragmatism. Yang terjadi justru hukum dijadikan alat untuk melegalkan pragmatisme.

Melihat hasil Pilpres lalu, orang kini makin percaya pada adagium: lebih baik menang meski curang, ketimbang terhormat tetapi kalah. Ini kecenderungan yang sangat berbahaya.

_Apakah ini karena cacat demokrasi atau karena kondisi saja saat ini yang buruk?_

Dua-duanya. Saat ini, hegemoni oligarki pemilik modal makin kokoh mencengkeram negeri ini, melahirkan simbiosis antara pengusaha dan penguasa. Penguasa memerlukan dukungan finansial besar dari pengusaha. Sebaliknya, pengusaha memerlukan dukungan politik, yang didapat dari penguasa yang mereka dukung. Inilah sirkuit power for money, money for power, yang tak berujung. Dalam setting demokrasi yang teorinya amat mengagungkan kedaulatan rakyat, akhirnya rakyat hanya dijadikan sebagai alat legitimasi prosedural. Setelah kekuasaan diraih yang secara prosedur tampak legitimited, mereka seolah bebas semau-maunya bertindak. Tak lagi memikirkan rakyat. Yang dipikirkan tak lain ya para pemilik modal, sekutunya itu.

Ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Di hampir seluruh negara demokrasi, terdapat kecenderungan seperti itu. Artinya, ini bukan kasus yang bersifat lokal dan temporal. Ia sudah merupakan gejala universal yang dipicu oleh cacat mendasar dari demokrasi itu sendiri. Melalui prinsip kedaulatan di tangan rakyat, hak membuat peraturan perundangan, menentukan halal haram, ada di tangan parlemen, di situ manip**asi kewenangan terjadi. Melalui transaksi demi power and money, kewenangan itu lalu direduksi menjadi kewenangan ketua umum partai dan para oligarki. Dari situ, dalam konteks Indonesia, lahirlah banyak peraturan perundangan seperti UU Minerba, UU Ciptaker, UU IKN, Perppu Covid dll yang sangat merugikan rakyat, tetapi menguntungkan oligarki.

_Apakah benar, dalam Pemilu demokrasi, umat hanya sekadar diambil suaranya? Habis Pemilu, mereka ditinggalkan?_

Betul. Faktanya begitu. Lihatlah, sebelum Hari H pencoblosan, saat kampanye, rajin betul mereka menyambangi pesantren, sowan kepada kyai, berpakain rapi berpeci, seolah mereka ingin mengatakan kamilah pejuang umat. Namun, begitu terpilih, banyak sekali kebijakan mereka yang justru menyakiti umat. Lahirnya sejumlah UU tadi, atau ketika BBM naik, sembako, beras khususnya terus membumbung tinggi, pajak naik, sementara barang-barang tambang digaruk oleh oligarki, siapa yang dirugikan? Umatlah.

_Saat Pemilu gencar adanya “serangan fajar”. Apakah ini faktor apatisme rakyat yang pesimis siapapun pemimpinnya akan sama saja? Ataukah ada faktor lainnya?_

Itu bukti apatisme rakyat, juga pragmatisme elit. Elit politik tahu persis bagaimana ‘membeli’ suara rakyat. Sebaliknya, rakyat tak peduli siapa yang bakal memimpin negeri ini. Yang penting saat itu ia mendapatkan sesuatu. Dalam pikiran sederhana mereka, apa sih bedanya saya milih A atau B? Toh, keduanya tidak memberikan apa-apa. Lalu ketika C datang membawa sembako atau uang, mengapa harus ditolak? Praktik semacam ini kini makin lazim dan makin berani dilakukan, karena jika toh nanti digugat, tak mudah bagi penggugat membuktikan itu.

_Mengapa rakyat semakin lama semakin pragmatis, Ustadz? Apakah ini akibat pembodohan kehidupan berpolitik yang sengaja dilakukan ataukah ada hal lain?_

Ada dua faktor utama. *_Pertama,_* memang telah lama terjadi pembodohan massal. Politik semestinya sebagai sarana untuk mencerdaskan rakyat. Namun, yang terjadi sebaliknya. Rakyat diajari memilih berdasar apa yang mereka dapatkan dari calon. Di situ _money politics_ makin merajalela. *_Kedua,_* keadaan ekonomi saat ini membuat kebanyakan rakyat memang sedang sangat berat. Karena itu tawaran uang atau sembako tak mereka sia-siakan. Di situlah pragmatisme elit bertemu dengan apatisme rakyat.

_Beralih ke pertanyaan lain, Ustadz. Apa penyebab jargon perubahan hanya berputar-putar pada orang? Apakah itu memang inti masalahnya? Apakah perubahan sistem itu penting?_

Secara faktual, perubahan memang paling mudah diharapkan muncul dari orang. Teorinya, person membawa perubahan sistem. Di situlah, orang selalu merindukan sosok ‘satrio piningit’ yang dibayangkan bisa memenuhi harapan itu. Padahal pada kenyataannya itu tidak mudah diwujudkan. Mengapa? Di mana tempat, penguasa akan cenderung mempertahankan kekuasaan. Itulah yang terjadi pada Orde Baru lalu. Jika sekarang presiden dibatasi hanya dua periode, mereka tetap saja akan berusaha untuk mempertahankan kekuasaannya melalui penggantinya. Apalagi jika sistem yang ada memberi jalan ke arah sana, seperti yang kita lihat ini hari, melalui putusan MK.

_Benarkah dalam demokrasi rakyat dipaksa untuk memilih pemimpin pilihan oligarki daripada memilih pemimpin yang benar-benar memperjuangan rakyat?_

Faktanya seperti itu. Pemilu lalu, rakyat memilih satu dari 3 paslon. Lalu benarkah rakyat menginginkan 3 paslon itu? Siapakah yang memilih 3 paslon itu. Coba, siapa yang memillih Gibran menjadi cawapres Prabowo, rakyatkah? Pasti bukan. Kekuatan elit penguasa dan pengusahalah yang memilihkan. Hasil nego-nego di antara mereka. Di situlah makna nyata dari bahwa rakyat hanya dijadikan sebagai alat legitimasi saja dari apa yang telah dipilihkan oleh elit politik.

_Sering dikatakan bahwa demokrasi memberikan jalan sempit pada Islam. Betulkah demikian?_

Ya, memang begitu faktanya. Secara teori demokrasi memberikan jalan bagi siapa saja untuk meraih cita-cita politiknya. Namun, ketika cita-cita itu bertentangan dengan kepentingan Barat, seperti tegaknya syariah secara _kaaffah,_ demokrasi akan menutup diri. Lihatlah, kemenangan FIS 86% dalam Pemilu di Aljazair tahun 90-an, dengan berbagai cara yang keji dibatalkan oleh kekuatan militer dukungan Barat di sana. FIS bahkan kemudian dinyatakan sebagai partai terlarang. Lebih dari 30 ribu anggotanya, termasuk dua tokoh utamanya, Ali Belhaj dan Abbas Madani, dijebloskan ke dalam penjara.

Hal serupa terjadi juga pada Hamas di Palestina dan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang memenangi Pemilu di sana. Mohammad Mursi, yang belum genap 2 tahun menjabat presiden, dikudeta oleh militer atas dukungan Barat. Negara-negara Barat diam saja atas kudeta yang jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang mereka agung-agungkan itu. Jangankan mengecam, menyebut itu sebagai kudeta pun tidak, hingga hari ini.

_Meski begitu, mengapa umat Islam, bukan hanya di Indonesia, umumnya masih saja berharap mendapatkan keadilan bahkan tegaknya syariah Islam dalam sistem demokrasi?_

Karena mereka merasa, inilah satu-satunya jalan untuk meraih tujuan. Demorasi dianggap sebagai jalan yang paling baik dalam mewujudkan cita-cita politik. Seolah tidak ada cara lain selain demokrasi. Sering diungkap, jika tidak melalui cara demokrasi, lantas menggunakan apa?

Sikap seperti ini menunjukkan kelemahan, sekaligus ketidakberdayaan kita akibat telah sangat lama masuk pada apa yang disebut jebakan intelektual (intelectual trap). Padahal sesungguhnya masih ada jalan lain. Melalui jalan umat _(‘an thariiq al-ummah)._ Itu yang kita sebut sebagai thariiqah dakwah Rasulullah saw. Ini metode perjuangan yang islami dan insha Allah akan bisa menghantarkan pada perwujudnan cita-cita politik kita, yakni tegaknya kembali kehidupan Islam.

Jika demokrasi kita sebut sebagai jalan konstitusional formal, maka jalan lain ini boleh kita sebut konstitusional non-formal. Disebut non-formal karena ia tidak melalui prosedur yang normal, seperti berakhirnya kekuasaan Orde Baru yang terjadi melalui gerakan reformasi. Jika mengikuti jalan formal, mestinya Pak Harto menjabat hingga 2003. Namun, baru tiga bulan menjabat, Mei 1998, ia didesak untuk mundur. Lalu semua pihak mengamini pengunduran itu.

_Akankah jalan itu bisa mengantarkan pada keberhasilan perubahan?_

Yakin bisa. Sejarah sudah membuktikan. Melalui dakwah Rasulullah Muhammad saw., Islam berhasil mengubah masyarakat jahiliah Arab menjadi masyarakat terkemuka. Mereka kemudian memimpin peradaban dunia di era Kekhalifahan Umayah maupun Abasiah. Hal ini dicetak oleh tinta emas sejarah sebagai peradaban yang paling agung pada saat belahan dunia lain sedang dalam masa kegelapan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. dinobatkan oleh Michael Hart sebagai _the most influezial person in history_ (orang yang paling berpengaruh sepanjang sejarah).

_Perubahan yang menyeluruh dan akan menyebabkan perubahan mendasar dalam Islam itu seperti apa, Ustadz?_

Yang pertama dan utama adalah perubahan cara berpikir. Dari sini akan terbentuk keyakinan yang benar. Itulah tauhid atau keimanan kepada Allah. Lalu berdasarkan tauhid itu, tegak kesadaran ibadah atau ketaatan pada segenap perintah dan larangan Allah baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, apalagi dalam kehidupan masyarakat dan negara. Dalam kerangka ibadah juga, terdorong melakukan amar makruf nahi mungkar.

_Namun, banyak orang mempertanyakan “role model” perubahan dalam Islam itu seperti apa?_

Nabi Muhammad saw. itulah role model dari perubahan besar dunia, dari kegelapan menuju cahaya iman. Dari jahiliah ke peradaban gemilang yang dipancari oleh iman, ilmu dan amal.

_Lalu bagaimana fungsi dan peran partai politik dalam Islam guna mendukung perubahan?_

Partai politik dalam Islam memegang peranan sangat penting. Setidaknya ada 4 fungsi. *_Pertama,_* melakukan fungsi pembinaan dan pengkaderan. Ini fungsi dasar. Melalui pembinaan dan pengkaderan, akan lahir para pejuang yang siap memimpin umat guna mengatur masyarakat dengan sebaik-baiknya berdasar syariah Islam sehingga kerahmatan bagi sekalian alam bisa diujudkan secara nyata. *_Kedua,_* fungsi representasi. Partai politik harus bisa mewakili umat, menyampaikan ide dan aspirasi umat penguasa. *_Ketiga,_* fungsi edukasi dan agregasi. Partai politik harus bisa meningkatkan kesadaran politik umat, menyerap, menghimpun dan menyalurkan aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara. *_Keempat,_* fungsi koreksi. Partai melaksanakan kewajiban amar makruf nahi mungkar, agar jalannya kepemimpinan, pemerintahan dan kehidupan masyarakat dan negara selalu dalam rel Islam.

_Kalau melihat partai-partai yang mengklaim berjuang melalui demokrasi, menurut Ustadz sejauh mana mereka memperjuangkan syariah Islam? Atau jangan-jangan selama ini tidak ada yang memperjuangkan syariah Islam?_

Dari segi _platform,_ ada. Hanya saja perjuangan seperti itu memang tidak mudah. Hasil perolehan suaranya dalam Pemilu selalu jauh di bawah partai sekuler. Karena itu kekuatan politiknya juga kecil. Akibatnya, gagasan-gagasan politiknya tidak bisa direalisasikan karena kalah suara.

Oleh karena itu, partai-partai Islam tidak boleh menjadikan Pemilu sebagai satu-satunya jalan untuk menegakkan syariah Islam, sedemikian sehingga seolah-olah hidup matinya bergantung pada pemilu. Parpol Islam harus sungguh-sungguh melaksanakan semua fungsi parpol, terutama fungsi edukasi, pembinaan dan pengkaderan agar secepatnya terwujud kesadaran politik Islam di tengah-tengah masyarakat. Juga, mereka wajib melakukan kritik terhadap penguasa atas kebijakan zalim yang tidak sesuai dengan syariah, serta mengungkap makar jahat negara asing di negeri ini dan negara dunia Islam yang lain. Hanya melalui cara ini, kekuatan politik Islam untuk mewujudkan perubahan mendasar tersebut bisa dibentuk.

_Apa yang harus dilakukan oleh umat Islam agar perubahan terjadi dan seluruh syariah Islam dapat diterapkan secara kaaffah dalam naungan Khilafah?_

*_Pertama,_* umat harus ditunjuki jalan perjuangan yang lain itu, menggenapi yang sudah ada, yakni jalan perjuangan yang ditunjukkan oleh Baginda Rasulullah saw. *_Kedua,_* umat harus dipahamkan bahwa perjuangan adalah bagian dari ibadah. Selain kemenangan yang harus menjadi tujuan, keikhlasan dan ketepatan dalam perjuangan juga sangat penting karena disitulah letak nilai dari ibadah. Oleh karena itu, meski tidak mudah, visi perjuangan semacam ini tetap harus dilakukan.

_Mohon dijelaskan lebih lanjut apa itu ‘an thariiq al-ummah, konstitusional non-formal dalam upaya penegakkan syariah Islam secara kaaffah dalam naungan Khilafah tersebut?_

*_Pertama,_* pembinaan dan pengkaderan dengan tsaqaafah yang shahih harus semakin digencarkan. Begitu juga penyebaran _fikrah_ Islam _(nasyrul-afkaar)_ di tengah masyarakat juga harus semakin diintensifkan. Meningkatnya _ghiirah_ keislaman di tengah masyarakat yang ditunjukkan oleh berbagai indikator seperti meningkatnya jumlah jamaah umrah, semangat bermuamalah non ribawi, rumah tangga, pernikahan, pendidikan Islami dan lainnya, menunjukkan bahwa pengkaderan dan pembinaan serta _nasyrul-afkaar_ yang sudah dilakukan selama ini pasti membuahkan hasil yang nyata. Jika ini bisa diteruskan dengan lebih baik pada masa akan datang, insya Allah hasilnya akan lebih dahsyat.

*_Kedua,_* selain kepada grass root, dakwah juga harus menyentuh level _the influenzial people,_ dimana pengaruh (kekuatan dan kekuasaan) yang dimiliki bisa digunakan untuk dakwah. Jika dua level ini tersentuh, insya Allah kemenangan dakwah, hanya soal waktu, akan bisa diraih. _WalLaah a’lam._ *[]*

Pengantar: Meski telah berkali-kali dikalahkan dalam setiap Pemilu/Pilpres, umat masih saja berharap besar pada jalan perjuangan via demokrasi. Padahal jelas, selain problematik, jalan demokrasi—melalui Pemilu/Pilpres—bukanlah jalan hakiki perjuangan Islam. Mengapa demikian? Apa alasannya? Jika ...

Address

Depok

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Dakwah Sekolah Kota Depok posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share