Vokab Harian Asyik

Vokab Harian Asyik Belajar Bahasa Inggris dari dasar..!!

25/05/2025

DUNIA ELERIA – PART 4: DUNIA YANG DISEMBUNYIKAN

Eron berdiri sendirian. Angin tak berhembus. Langit tak tampak. Tanah di bawah kakinya... seperti batu, tapi terasa hidup. Ia melangkah pelan, matanya mengamati sekeliling. Semuanya gelap, tapi tidak membuatnya takut. Aneh, justru ada rasa tenang.

Tiba-tiba, suara terdengar.

> “Akhirnya kau datang.”

Suara itu tak terdengar dari luar, tapi langsung masuk ke pikirannya. Lembut, tapi tegas. Dari kegelapan, muncul sosok — tinggi, kurus, berjubah seperti kabut. Wajahnya tak terlihat, hanya dua mata berwarna abu-abu terang.

> “Kau pasti bingung, Eron. Tapi ini adalah bagian dari takdirmu.”

> “Siapa kau?” tanya Eron pelan.
“Aku disebut banyak nama, tapi yang dulu memanggilku ‘Penjaga Gerbang’.”
“Gerbang ke mana?”
“Ke Eleria yang sesungguhnya.”

Sosok itu menjentikkan jarinya.

Dalam sekejap, kegelapan runtuh seperti tirai yang disingkap. Di depan Eron, muncul dunia lain — bukan Eleria yang penuh cahaya dan kastil, tapi Eleria yang sunyi, penuh reruntuhan, pohon-pohon kristal, dan langit kelabu yang tak pernah berganti.

> “Dunia ini pernah ada di atas, sama seperti dunia yang kau kenal sekarang. Tapi sihir menyingkirkannya. Cahaya menutupinya. Mereka bilang ini dunia terkutuk. Tapi sebenarnya... ini adalah asal semua kekuatan.”

Eron menatap semua itu, matanya membulat.

> “Kenapa aku dibawa ke sini?”
“Karena hanya kau yang bisa menyeimbangkan keduanya. Cahaya dan gelap. Tapi pertama-tama… kau harus belajar.”

> “Belajar apa?”
“Belajar menerima siapa dirimu.”

Tiba-tiba, batu obsidian di sakunya mulai bersinar — dan kali ini, cahaya hitamnya berubah bentuk, menjadi bayangan yang menyerupai dirinya sendiri. Tapi dengan mata menyala merah.

Bayangan itu menatapnya.

> “Ini adalah bagian dari dirimu, Eron. Bagian yang selama ini kau tolak.”

---

Sementara itu, di Akademi Iserion...

Liora berdiri di depan kaca kristal sihir. Ia melihat sosok Eron yang kini menghilang dari radar sihir mana pun.

> “Dia bukan anak biasa...” gumamnya.

Master Vaelen masuk ke ruangan.

> “Liora... kami akan mengirimmu untuk mencari anak itu. Tapi bukan untuk menghancurkannya. Untuk membantunya.”

> “Kenapa aku?”
“Karena hanya kau yang memiliki sihir dari dua garis darah — dan hanya kau yang bisa masuk ke Eleria yang tersembunyi.”

---

To be continued...

Di Part 5, Eron mulai melatih kekuatan barunya dan menghadapi versi gelap dirinya sendiri, sementara Liora memulai perjalanan ke wilayah yang dilarang demi menyusulnya. Petualangan sesungguhnya akan segera dimulai.

25/05/2025

DUNIA ELERIA – PART 3: PARA PENJAGA BANGKIT

Menara Iserion berdiri menjulang di atas Danau Lirieth, pantulannya membentuk ilusi bayangan yang lebih gelap dari malam. Di dalam ruang utama, tujuh kursi menghadap altar perak. Hanya tiga yang terisi malam itu — tanda bahwa keadaan darurat belum disahkan.

Tapi getaran retakan di langit... tak bisa diabaikan.

“Retakan itu nyata,” kata Master Vaelen, seorang pria tua dengan janggut seperti kawat perak. “Dan kita tahu artinya.”

“Zeratheas telah kembali,” jawab Master Surael, penyihir perempuan dengan kulit seputih salju. “Atau setidaknya... warisannya.”

Yang ketiga, Master Lierin, bangkit dari duduknya. Matanya tertuju pada peta bintang di dinding — dan satu titik hitam yang kini mulai bergerak.

“Seorang anak. Lahir tanpa Cahaya. Menyentuh artefak yang hanya bisa disentuh oleh makhluk pra-Cahaya. Dunia belum siap untuknya.”

Sementara itu, jauh di bawah menara, di kamar sempit yang penuh buku dan gulungan ramuan, seorang gadis menyelinap keluar dari jendela.

Namanya: Liora. Usianya tujuh belas, murid terbaik di Akademi, dan satu-satunya murid yang punya hubungan darah dengan pendiri pertama Iserion.

Ia merasa malam ini berbeda. Saat ia memandang ke langit, dia melihat retakan kecil di antara bintang. Ia memegang liontin kecilnya — benda yang dulu dikatakan sang ibu akan bersinar jika keseimbangan sihir terganggu.

Dan malam ini... liontin itu menyala merah.

Kembali ke Eron. Ia berlari di antara lorong-lorong gelap, mencoba menjauh dari pasar yang kini mulai dipenuhi bisikan dan mata-mata sihir. Batu obsidian di sakunya berdenyut seperti makhluk hidup. Bayang menghilang seolah tak pernah ada. Tapi Eron tahu: semua telah berubah.

Di persimpangan lorong, cahaya terang meledak.

Tiga sosok berjubah ungu berdiri, tongkat mereka bersinar.

“Anak itu memiliki artefak. Tangkap dia hidup-hidup,” ujar salah satu.

Eron mundur, panik. Tapi saat tongkat diarahkan padanya — batu obsidian meledak dalam aura hitam pekat.

Sihir para penjaga terpental, dan dalam sekejap, Eron menghilang. Tidak dengan teleportasi... tapi terhisap ke dalam kegelapan.

Dan ketika ia membuka mata, ia berada di tempat lain.

Sebuah pulau hitam, melayang di tengah kehampaan. Tidak ada tanah. Tidak ada langit. Hanya sebuah suara...

“Selamat datang, pewaris hampa. Kau telah memasuki Eleria yang sejati — yang disembunyikan oleh cahaya palsu.”

----

Part 4 akan mengungkap misteri "Eleria sejati", mempertemukan Eron dengan entitas kuno, dan menunjukkan bahwa dunia ini punya dua sisi: terang yang dipelihara oleh sihir, dan gelap yang dilupakan oleh sejarah.

25/05/2025

DUNIA ELERIA – PART 2: BATU YANG BERDENYUT

Ketika jari Eron menyentuh batu itu, sesuatu merambat naik ke dalam tubuhnya.

Bukan rasa hangat seperti ketika seorang penyihir menggunakan Cahaya Dalam, tapi dingin... seperti air sungai bawah tanah yang belum pernah tersentuh cahaya. Matanya melebar, dan dunia seolah bergetar sebentar. Pasar lenyap. Suara menghilang. Ia terjebak dalam kekosongan yang hidup.

“Kau bukan bagian dari mereka,” bisik suara tanpa suara.
“Tapi merekalah yang akan mencoba memusnahkanmu.”

Eron tersentak. Ia menarik tangannya dari batu itu. Nafasnya terengah. Bayang tetap berdiri di sana, wajahnya tak berubah, seperti memang sudah tahu apa yang akan terjadi.

“Kau telah membangunkannya,” ujar Bayang.
“Apa... apa yang barusan itu?”
“Itu bukan ‘apa’, Eron. Tapi ‘siapa’.”

Batu obsidian itu kini bersinar redup, tidak dengan cahaya, tapi dengan kegelapan yang bergerak seperti kabut.

“Itu adalah warisan dari Zeratheas — kekuatan purba sebelum Cahaya Dalam diciptakan. Kekuatan yang tak bisa dikendalikan... hanya bisa diterima.”

Eron menatap batu itu, dan dalam hatinya, sebuah bisikan muncul. Ia merasa sesuatu di dalam dirinya mulai terbuka—bukan sihir, tapi semacam kehendak... kehendak untuk menyerap, bukan mencipta.

“Apa maksudmu, ‘akan mencoba memusnahkanku’?” tanya Eron.

Bayang mendekat, suara lebih pelan.

“Karena di dunia ini, mereka yang tak punya cahaya dianggap mati. Tapi kau... kau adalah yang paling hidup di antara kita semua. Dan para Penjaga Keseimbangan akan tahu.”

“Dan mereka... akan datang.”

Dari kejauhan, lonceng kuil berdentang tiga kali — pertanda bahwa seorang anak tanpa Cahaya Dalam telah mengaktifkan Artefak Kuno. Di menara Akademi Sihir Iserion, para Penjaga menatap langit yang mulai retak semakin lebar.

Sementara itu, Eron hanya memegang batu itu, dan dalam diam, ia mulai merasa... ia tidak sendiri lagi.

---

Part 3 akan membawa kita ke Akademi Iserion dan memperkenalkan tokoh-tokoh penting seperti para Penjaga Keseimbangan dan Liora, penyihir muda yang akan menjadi kunci penghubung Eron dengan sejarah Eleria yang terlupakan.

25/05/2025

DUNIA ELERIA – PART 1: ANAK TANPA CAHAYA

Langit di atas Eleria retak untuk pertama kalinya dalam seribu tahun.

Banyak yang tidak menyadarinya — retakan itu kecil, seperti goresan di kaca malam. Tapi bagi mereka yang peka terhadap sihir, itu adalah peringatan. Sebuah tanda bahwa Keseimbangan mulai bergeser.

Di sudut kota tua Elvenwald, di balik lorong pasar yang penuh asap ramuan dan teriakan penjaja ramal, seorang anak laki-laki berdiri memandangi langit. Matanya tidak berkilau seperti anak-anak lain. Tidak memantulkan sihir. Kosong. Hampa.

Namanya: Eron.

Sejak lahir, ia tidak menunjukkan tanda-tanda memiliki Cahaya Dalam — sumber kekuatan sihir di tubuh setiap makhluk Eleria. Karena itulah, ia disebut Nulla, si hampa. Dihindari. Diolok. Tapi tak ada yang tahu bahwa di balik kehampaannya, ada sesuatu yang lebih tua dari sihir itu sendiri. Sesuatu yang tidak berasal dari Eleria.

Hari itu, Eron didekati oleh seorang pengemis tua yang dikenal hanya sebagai “Bayang”. Tangannya berselimut kain lusuh, matanya seperti dua bara kecil.

> “Kau melihat retakan itu?” tanya Bayang.

Eron menatapnya. “Aku tak punya sihir. Tapi... aku merasakannya.”

> “Bagus,” gumam Bayang. “Itu berarti waktumu akan segera datang. Dunia Eleria butuhmu, anak tanpa cahaya.”

Eron terdiam. Angin mendesir. Lalu dari dalam jubah Bayang, muncullah benda kecil berkilau—sebuah batu obsidian hitam berbentuk tetes air. Tapi bukan batu biasa. Ia berdenyut... seperti jantung.

> “Ini bukan sihir,” kata Bayang. “Ini jauh lebih tua.”

Dan saat jari Eron menyentuhnya, dunia di sekitarnya berhenti berdetak.

---

Part 2 akan melanjutkan kisah Eron dan asal-usul benda itu, serta mengungkap ancaman kuno yang mulai bangkit.

Address

Ende
86317

Telephone

+6287816132988

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Vokab Harian Asyik posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share