23/04/2025
Peringati hari Kartini, belajar keteladanan dari Hj Fatmah. Ulama perempuan yang melahirkan ulama
Peringati hari Kartini, berarti kita mempelajari tentang perjuangan seorang perempuan. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa perempuan memiliki peran penting dalam melahirkan generasi selanjutnya.
Salah satunya perjuangan dari Hj Fatmah binti KH Ahmad Hijazi yang merupakan istri Syekh Muhammad Umar Bashri selaku pemberi nama Pondok Pesantren Fauzan -Garut.
Perjuangannya sebagai istri begitu besar, sebagaimana keterangan dari cucunya selaku ketua PCNU Garut, yakni pangersa KH Atjeng Abdul Wahid, selama Syekh Umar Bashri mondok di Hijaz (Arab Saudi sekarang), ia setia menemaninya disana sampai pulang.
Selain itu selama ia mengandung sampai dirinya wafat, ia selalu berpuasa sebagai bentuk ikhtiar agar bisa melahirkan dan mendidik putra-putrinya menjadi manusia yang sukses dunia dan akhirat.
Selain itu, saat mendidik putra-putrinya yang masih kecil, jika dirinya di buat jengkel oleh mereka, ia lebih memilih mencari anduk dan menutup mulutnya agar tidak sampai keluar kata-kata tidak baik yang bisa sampai kepada mereka.
Bahkan saat dirinya ditinggal wafat oleh suaminya, ia tidak pernah menikah lagi walaupun dirinya harus mengurus lima putra yang masih kecil.
Sepeninggal suaminya, sehari-hari ia hanya mengajar santri perempuan dan santri laki-laki ajar oleh adiknya yang bernama Pangersa KH Haitami.
Kemudian sepeninggal adiknya, sekitar tahun 1937an, ia mendirikan Babakan fauzan pesantren khusus santri perempuan yang berada di seberang pesantren Fauzan, tepatnya sebrang sungai. Sedangkan untuk santri putra dilanjutkan oleh Pangersa KH Aceng Muhammad Ishaq.
Hasil dari perjuangannya tersebut, lima putranya tersebut sukses menjadi ulama semuanya, yakni KH Aceng Muhammad Ishaq selaku pendiri Daf'oesial, KH Aceng Muhammad Wajihadin, KH Aceng Muhammad, Hj Nyimas Patim Fatimah dan Hj Nyimas Waliah.
Hla tersebut memberi teladan kepada kita pentingnya perempuan untuk mendapat dan memberi pendidikan yang baik bagi dirinya dan anaknya, agar kelak masa depan anak-anak bisa menjadi manusia yang lebih baik.
Selain aktif sebagai pengajar di pondok, iapun aktif membuat karya tulis, salah satunya tulisan tentang keutamaan membaca shalawat kubro.
Menurut kesaksian salah satu santrinya (ibu saya sendiri) ibu Hj Fatmah tidak pernah keluar dari tempat shalat kecuali hendak berwudhu dan yang terdengar hanya lantunan dzikir yang tidak pernah berhenti. Bahkan kesaksian pangersa sepuh urug (KH Aceng Mimar Hidayatullah) saat memanggil neneknya dengan sapaan "TATA" di tengah malam, suara tetap nyaring seakan-akan tidak pernah tidur.
Tulisan ini disadur dari tausyiah dan KH Aceng Mimar Hidayatullah (almarhum), KH Atjeng Abdul Wahid, KH Aceng Hilman Umar Bashori.
Garut, 21 April 2025
Al Faqir
Muhammad Salim
NU Online Jabar NU Online
