03/02/2025
Setiap Orang dalam Organisasi adalah Petugas Kehumasan
JAGAT maya dihebohkan dengan video seorang karyawati PT Timah Tbk berinisial DCW yang diangap menghina honorer. DCW membuat postingan melecehkan honorer yang antre berobat menggunakan BPJS. DCW kemudian menunjukkan brand PT Timah di dadanya.
Seketika postingan itu viral dan mendapatkan kecaman ribuan netizen. DCW sudah melakukan klarifikasi bahwa dia mengatakan itu sebagai point of view (POV)-nya, tidak bermaksud membawa institusi PT Timah Tbk. PT Timah Tbk sendiri sudah mengeluarkan release seperti di gambar di bawah.
Ini adalah salah satu dari sekian banyak peristiwa seseorang mencoreng nama baik institusinya. Kendati DCW dan PT Timah Tbk sudah minta maaf, kerusakan sudah terjadi (damage has been done), dan reputasi timah di publik jatuh. Public Relation su***de, alias bunuh diri kehumasan. Akan lain kasusnya bila DCW tidak menggunakan seragam PT Timah Tbk dan tidak menunjukkan logo perusahaannya dalam postingannya, atau tidak melakukannya di kantor BUMN itu.
Peristiwa ini seharusnya menyadarkan perusahaan atau organisasi bahwa setiap anggota organisasi, atau setiap karyawan perusahaan mengemban tugas kehumasan organisasi. Selama ini pengertian umum adalah bahwa soal public relation (PR) adalah hanya tugas departemen humas. Adalah bagian humas juga yang dituntut menjadi pemadam kebakaran jika ada tragedi seperti ini. Dalam bahasa PR, Humas adalah spin doctor, yang bertugas membalikkan opini negatif menjadi positif dalam waktu cepat, secepat membalik (spin) telapak tangan.
Tentu tidak seperti itu cara pandang PR. Semua orang adalah PR bagi organisasinya, karena itu harus ada pedoman etik dan aturan perilaku individu terkait bermedia dan berprilaku di ruang publik. Aturan dan pedoman etik ini adalah sebuah produk kehumasan yang harus ditanamkan menjadi budaya di perusahaan. Misalnya, bagaimana seorang karyawan mengemudi kendaraan perusahaan di jalan raya terutama jika di mobil itu ada merk perusahaan tersebut. Atau bagaimana perilaku karyawan di ruang publik ketika mengenakan seragam perusahaan.
Bila ada karyawan berseragam menyeberang jalan tidak pada tempatnya, maka publik akan mencibir perusahaannya, bukan cuma dia. Tapi bila ada karyawan dengan seragamnya itu membantu menyeberangkan anak sekolah atau orang tua, maka bukan hanya si karywan itu yang mendapat citra positif, tetapi juga perusahaannya tempat dia bekerja.
Berikutnya adalah, jangan menempatkan humas sebagai pemadam kebakaran. Pertimbangan PR harus masuk sejak awal sebuah program dibuat. Tujuannya adalah untuk memitigasi atau memperkecil risiko PR su***de, dan mendorong keberhasilan branding dan pencitraan. Tentukan sejak awal kegiatan mana yang punya pengaruh positif, penting dan menarik bagi publik. Selanjutnya, kegiatan itu bisa diluncurkan dengan mengundang media agar citra yang baik bisa terkabarkan.
Jadi sebetulnya PR adalah hal yang sangat strategis dan bukan kegiatan kecil yang dibebankan pada departemen humas. Paling tidak soal PR ini harus dipegang pejabat atas.
Semoga bermanfaat...