20/09/2025
(10) Tak terasa hari pernikahan semakin dekat rencananya pernikahan itu akan di gelar di hari minggu, aku semakin di jaga mama, aku tidak di biarkan keluar rumah seorang diri apalagi ke rumah Uwak.
Hingga pada suatu pagi dihari Jum'at, mama pergi keluar bersama mbak Maria, dan aku di tinggalkan sendirian di rumah.
" Kemuning, Mama sama kakakmu mau pergi ke pasar berbelanja untuk keperluan pernikahan kamu, kamu di rumah ya jangan ke mana-mana, awas!" ucap mama sebelum pergi.
" Iya ma," jawabku.
Aku mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa, tiba-tiba aku kepikiran, kenapa aku gak ke rumah bibi saja mumpung mama dan mbak Maria tidak ada.
Dengan cepat aku keluar rumah dan berlari menuju rumah Uwak.
Sampai di depan rumah Uwak aku langsung mengucapkan salam.
" Assalamualaikum, uwak!" ucapku.
Tak lama bibi keluar, " Waalaikumsalam, Kemuning! kamu kemana saja nak, sudah hampir seminggu tidak kesini." ucap bibi begitu melihatku.
Aku tak dapat menahan air mataku lagi, aku menangis di pelukan bibi.
Mungkin karena mendengar suara tangisanku Uwak dan mas Rangga keluar.
" Kemuning!" seru Uwak.
" Apa yang terjadi?"
" Kamu kemana saja nak?" Uwak bertanya.
" Mama, mama memaksaku menerima lamaran itu wak, dan hari minggu ini pernikahan itu akan di langsungkan!" ucapku sambil menangis.
" Astaga! kita harus bagaimana pak? kasihan Kemuning di paksa menikah dengan orang yang tidak di cintainya." ujar bibi.
Uwak terdiam sejenak lalu menatap kepada mas Rangga.
" Kamu mau ikut mas mu ke kota?" tanya Uwak kepadaku.
" Hanya ini yang bisa membebaskan mu dari pernikahan itu." ucap Uwak lagi.
Mas Rangga menatapku, " Kamu mau?" tanyanya.
" Ikut aja Kemuning, bibi yakin Rangga bisa menjaga kamu." ucap bibi.
Karena aku sudah tidak bisa berfikir lagi akhirnya aku mengangguk.
" Kapan ke kota nya?" tanyaku.
" Sekarang!" jawab Uwak.
" Hah?!" aku terkejut begitu juga dengan mas Rangga.
" Iya, mumpung ibu dan kakakmu tidak ada, nanti jika mereka datang, kamu gak akan bisa lari lagi, Kemuning!" ucap Uwak.
" Rangga, siapkan mobil kamu sekarang!" ucap Uwak kepada mas Rangga.
Mas Rangga langsung bangkit dan berlari keluar, membuka penutup mobilnya lalu memanaskan mesin.
" Apa tidak apa-apa aku kabur ke kota, wak?" tanyaku dengan gelisah.
" Tidak apa-apa Kemuning, masalah ibumu nanti biar Uwak yang hadapi yang penting kamu keluar dulu dari desa ini." jawab Uwak.
Tiba-tiba mas Rangga masuk dengan tergesa-gesa.
" Kemuning, cepat kamu masuk kedalam mobil, mas lihat di ujung jalan sana seperti ada motor Maria menuju ke rumah!" ucap Mas Rangga.
Aku sangat terkejut.
" Ayo cepat Kemuning!" ucap Uwak juga.
" Tapi Wak, aku gak ada bawa baju!" ucapku.
" Masalah baju nanti mas belikan waktu sampai dikota!" sahut mas Rangga sambil menjinjing tas ranselnya.
" Tapi mas.."
" Cepetan dek!" ucap mas Rangga lagi.
" Cepat, Kemuning!" seru bibi.
Aku pun langsung berdiri dan berlari masuk ke dalam mobilnya mas Rangga, sebelum menutup pintu mobil aku menyerahkan cincin pertunangan ku dengan Rahmat kepada bibi.
" Bi, ini cincin pertunangan kemarin tolong kembalikan kepada Rahmat ya," ucapku.
" Iya, nanti bibi kembalikan." jawab bibi lalu menutup pintu mobilku.
Setelah mengucapkan salam, mobil pun mulai berjalan menjauhi rumah Uwak. Saat akan melewati rumahku tanganku gemetar karena aku melihat sepeda motor kakakku sudah terparkir di depan rumah, menandakan kalau mama dan mbak Maria sudah pulang.
Mas Rangga langsung menggenggam tanganku, " Semuanya pasti aman!" ucapnya.
Begitu lewat tepat di depan rumah, aku menoleh ke arah rumah, rumah yang tadinya sudah rapi kini kembali berantakan, mungkin mama mencari keberadaanku.
Setelah keluar dari jalan desa yang hanya tanah itu kami mulai memasuki jalan yang beraspal mulus, barulah mas Rangga terlihat tenang mengemudi mobilnya.
" Akhirnya keluar juga dari desa itu!" gumamnya.
Aku merasa tidak enak hati karena aku mas Rangga cepat kembali ke kota.
" Maaf ya mas!" ucapku lirih.
Mas Rangga langsung menoleh ke arahku, " Maaf? untuk apa?" tanyanya.
" Gara-gara aku, kamu harus cepat kembali ke kota padahal kamu sangat jarang pulang kampung." jawabku sambil menunduk.
Dia tersenyum, " Tidak apa dek." jawabnya kemudian mengelus lembut kepalaku.
Setelah sekitar tiga jam perjalanan, akhirnya kami tiba di kota tempat mas Rangga tinggal. Sebelum ke rumahnya mas Rangga kami mampir ke sebuah toko pakaian.
" Ayo turun beli baju!" ucap Mas Rangga.
" Mas saja yang belikan, aku malu!" sahutku.
" Malu apa? ayo!" ucapnya lagi kemudian turun lalu membuka pintu di sebelahku.
" Ayo!" ucapnya lagi.
Mau tak mau aku pun turun, mas Rangga langsung menuntun ku masuk ke dalam toko itu.
" Ayo pilih, mau yang mana." ujarnya lagi.
Setelah cukup lama memilih, akhirnya aku membeli empat pasang baju lengkap dan tiga buah jilbab.
" Cukup itu?" tanya mas Rangga.
" Ini saja dulu mas." jawabku.
Dia mengangguk lalu membawanya ke kasir, setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan menuju kediaman mas Rangga.
_______
KENAPA SELALU AKU YANG DI SALAHKAN
Penulis Mahdalina Alaydrus
Baca selengkapnya hanya di KBM app. Cari dengan judul yang sama atau nama penulisnya.