![*[Dari Irian Barat ke Ganyang Malaysia: Arah Politik Luar Negeri Demokrasi Terpimpin]**Kilasan***Dari Bebas Aktif ke kon...](https://img3.medioq.com/722/835/756301377228350.jpg)
26/09/2025
*[Dari Irian Barat ke Ganyang Malaysia: Arah Politik Luar Negeri Demokrasi Terpimpin]*
*Kilasan*
**Dari Bebas Aktif ke konfrontasi:* Politik luar negeri Indonesia bergeser di bawah Sukarno, dari netral ala Hatta menuju konfrontasi melawan Barat, dimulai dengan perebutan Irian Barat.
**Trikora & Dwikora:* Sukses merebut Irian Barat (1962), Sukarno lanjut dengan seruan “Ganyang Malaysia” (1963), memicu konflik diplomatik hingga aksi militer.
**Isolasi internasional:* Konfrontasi puncaknya ketika Indonesia keluar dari PBB (1965); alih-alih disegani, ekonomi terpuruk dan Indonesia makin terasing di dunia.
abad.id - Bayangin kamu lagi duduk di kelas. Ada dua peer group atau geng gede di sekolah: satu geng A, satu geng B.
Dua-duanya populer, dua-duanya juga mengajak kamu gabung. Tapi kamu mikir, “Kalau ikut salah satu, gimana kalau besok malah dihajar geng satunya?”
Nah, bingung kan?
Itu kira-kira dilema yang dihadapi Indonesia pada awal 1960-an. Dunia lagi panas banget dengan Perang Dingin atau disebut juga perang antarideologi: kapitalisme-liberalisme versus komunisme-sosialisme.
AS dan sekutunya di Blok Barat dengan mengusung ekonomi pasar bebas (kapitalisme) dan ideologi liberalisme versus Uni Soviet dan kawan-kawan di Blok Timur yang mengusung ekonomi komando dan ideologi komunisme.
Indonesia yang baru 14 tahun merdeka harus menentukan sikap: ikut siapa atau bikin jalan sendiri?
*Dari Bebas Aktif ke Konfrontasi*
Awalnya, Indonesia menganut politik Bebas Aktif yang dirumuskan B**g Hatta pada 2 September 1948.
"Pemerintah berpendapat bahwa pendirian yang harus kita ambil ialah upaya kita jangan menjadi objek dalam pertarungan internasional melainkan kita harus tetap menjadi subjek yang berhak menentukan sikap kita sendiri," kata B**g Hatta dalam buku Mendayung Diantara Dua Karang.
Namun setelah Hatta mundur dari jabatan wakil presiden (1956), arah berubah. Sukarno membawa Indonesia ke jalur baru, jalur yang lebih dekat dengan negara-negara berhaluan kiri: komunisme, sosialisme, dan sejenisnya.
Sukarno mencurigai negara-negara Barat mempraktekkan pendudukan dan penjajahan gaya baru. Sebutannya neokolonialisme dan neoimperialisme.
_"Revolusi Indonesia bertujuan melenyapkan imperialisme di mana-mana."_
Sukarno.
Selengkapnya di https://abad.id/dari-irian-barat-ke-ganyang-malaysia-arah-politik-luar-negeri-demokrasi-terpimpin-579