04/08/2024
Growling Eagle: Proposal Untuk Menjadikan Eagle II Sebagai Stand-off Jammer
⟬Pembukaan⟭
Di Farnborough International Airshow 2024 (FIA2024) yang merupakan acara pameran pertahanan dan pertunjukan udara, terdapat banyak perusahaan-perusahaan penerbangan memamerkan produk-produk dan purwarupa mereka kepada calon pembeli. Pada hari pertama saja, FIA2024 telah menghasilkan $51 miliar USD dalam kesepakatan pembelian, dan $12 miliar diantaranya menuju kepada Boeing yang menawarkan jet komersial dan dan penumpang yang masih menjadi pilihan utama maskapai penerbangan. Namun, tidak hanya bagian komersil Boeing saja yang datang, tetapi juga Boeing Defense, Space & Security yang hadir dan memamerkan pesawat tempur generasi 4.5 terbaru mereka: F-15EX Eagle II yang sekarang diincar oleh banyak negara.
Bagi yang sudah berkenalan dengan platform tempur udara ini, pasti tidak asing dengan reputasinya sebagai salah satu pesawat tempur udara paling versatile setelah F-16 Fighting Falcon. Bagi yang belum berkenalan, F-15EX Eagle II adalah varian terbaru dari F-15E Strike Eagle yang memiliki fokus pada air interdiction, pengeboman taktis, serangan jarak jauh, dan daya jangkau yang jauh sebagai pesawat tempur kelas berat. Dan, pada FIA2024, Boeing mengumumkan sebuah rencana untuk menambahkan Eagle II dengan profil misi yang cukup unik.
⟬Isi⟭
• Growlerizing The Eagle
Boeing berencana untuk menambahkan kemampuan electronic warfare kepada F-15EX di atas Eagle Passive Active Warning Survivability System (EPAWSS) yang sudah dimiliki Eagle II, dan hanya dikalahkan oleh Distributed Aperture System (DAS) milik F-35 Lightning II. Kemampuan yang akan ditambahkan adalah electronic attack (EA) jarak jauh dengan ditambahkannya Next Generation Jammer (NGJ) pod dan AGM-88G/ER. Alasan utama Boeing percaya bahwa profil misi ini cocok untuk F-15EX adalah daya jangkau, kapasitas power dan payload yang cukup besar bisa menggantikan EA-18G Growler sebagai aset Stand-off Jammer (SoJ). [Gambar 1]
Rob Novotny, selaku Direktur Eksekutif Pengembangan Bisnis Pesawat Tempur, menyatakan keyakinannya terhadap proposal peningkatan ini dengan melihat area sensitif seperti Eropa dan Polandia, serta Indo-Pasifik yang penuh dengan ancaman tingkat tinggi namun tidak memiliki aset tempur elektronik yang cukup memadai.
“Pertempuran udara modern memerlukan penguasaan spektrum elektromagnetik, dan platform ini akan memimpin jalan ke dekade berikutnya,” kata Novotny.
Novotny tepat ketika berasumsi bahwa peperangan masa kini dan masa depan memerlukan penguasaan spektrum elektromagnetik, dengan setiap sistem saling terhubung, menciptakan gambaran lengkap dan kemampuan yang sebelumnya tidak terbayangkan. Namun, pada saat yang sama, musuh juga memiliki kemampuan serupa, sehingga untuk melawan sistem gabungan ini, diperlukan kemampuan yang bisa degradasi efektivitas IADS musuh.
• Kenapa Sekarang?
Boeing berencana menutup lini produksi F/A-18E/F Super Hornet pada tahun 2027 nanti, yang berarti juga menutup produksi EA-18G Growler, sedangkan produksi Advanced Eagle akan terus berlanjut dan membuka potensi untuk varian khusus pertempuran elektronik (EW) untuk menjadi aset airborne electronic attack (AEA) dengan memindahkan aset yang digunakan Growler menuju Eagle II.
Dan banyak negara mulai mencatat pelajaran apa saja yang bisa diambil dari konflik Rusia-Ukraina. Bagi Boeing dan Korean Aerospace Industries (KAI), pelajaran yang bisa diambil adalah pentingnya misi suppression of enemy air defense/destruction of enemy air defense (SEAD/DEAD) terhadap integrated air defense system (IADS) dengan tujuan mengontrol udara di palagan. [Gambar 2]
Seberapa besar kontrol yang dimiliki akan menentukan operasi dan wilayah operasi suatu pas**an di palagan. Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) membagi spektrum kategori kontrol udara menjadi tiga:
1. Air Parity (Kesetaraan): adalah situasi di mana tidak ada pihak yang menguasai wilayah udara sepenuhnya. Dalam kondisi ini, baik operasi darat, maritim, maupun udara dari pihak kawan dan lawan sama-sama bisa terganggu oleh serangan musuh. Kesetaraan bukanlah kondisi buntu dimana aktivitas manuver udara atau peluncuran misil balistik terhenti. Sebaliknya, keadaan ini bisa ditandai dengan pertempuran singkat yang intens di titik-titik kritis selama operasi berlangsung, di mana setiap pihak berusaha maksimal untuk mendapatkan kontrol yang lebih menguntungkan.
2. Air Superiority (Keunggulan): adalah tingkat kendali atas ruang udara yang dimiliki oleh satu pihak, yang memungkinkan mereka melaksanakan operasi tanpa gangguan besar dari ancaman udara atau misil musuh pada waktu dan lokasi tertentu. Keunggulan udara bisa bersifat lokal, baik secara horizontal maupun vertikal, dan bisa juga luas dan bertahan lama.
3. Air Supremacy (Supremasi): adalah tingkat kontrol tertinggi di mana pihak musuh tidak mampu memberikan gangguan yang efektif di area operasi melalui serangan udara atau misil. Supremasi udara dapat bersifat lokal atau berskala besar dan bertahan lama. Ini merupakan tingkat kontrol udara tertinggi yang bisa dicapai oleh angkatan udara.
Ketika melawan near-peer dan peer opponent, memastikan sekedar memiliki superioritas udara akan sangat sulit, apalagi supremasi. Dan dengan semakin kompleksnya IADS membuat platform khusus EW semakin diminati untuk bisa mencakup seluruh spektrum dan menjamin kesuksesan dan keselamatan pilot dalam menjalankan misi untuk mencapai objektifnya.
Dengan ini, selain F-15EX dengan turunan Growler, kita melihat munculnya varian KF-21 khusus electronic warfare yang dikabarkan membawa dua electronic support measure (ESM) system dan tiga jammer pod.
• Profil Misi
Membicarakan profil misi yang dilakukan oleh aset EW utamanya ada dua: Stand-off Jammer (SoJ) dan Es**rt Jammer (EJ).
1. Stand-off Jammer
Pesawat EW terbang di luar jangkauan rudal (Missile Engagement Zone, MEZ), terhadap area yang luas dan membuat koridor yang bisa dilalui oleh pesawat kawan dengan mengganggu radar musuh. [Gambar 3]
Karena jarak yang jauh dan luas area yang besar, aset SoJ harus bisa memancarkan energi elektromagnetik yang besar dan dipancarkan ke seluruh wilayah musuh untuk mengganggu sensor IADS, yang membutuhkan Daya Pancaran Efektif (ERP) yang sangat tinggi, karena:
a.) Pesawat SoJ beroperasi jauh di luar jangkauan mematikan IADS, sehingga berada pada jarak yang sangat jauh, sementara platform yang dilindungi mendekati IADS.
b.) Seringkali, jammer terkena sinyal dari lobus samping radar, sedangkan platform yang dilindungi berada di lobus utama.
Untuk mengatasi ERP, pancaran EM-nya dibagi menjadi berbagai sub-bands dan dipancarkan bersamaan untuk mencakup sebagian besar spektrum elektromagnetik sebagaimana F/A-18 E/F dengan AN/ALQ-99 dan nantinya dengan Next Generation Jammer (NGJ) pod. [Gambar 4]
NGJ pod akan dibagi menjadi tiga: NGJ-LB, NGJ-MB, dan NGJ-HB. Setiap varian dikhususkan untuk spektrum masing-masing (LB: low-band [100 MHz to 2 GHz], MB: medium-band [2 GHz to 6 GHz], HB: high-band [6 GHz to 18 GHz]).
NGJ-LB dikhususkan untuk memberikan proteksi ke pesawat tempur siluman terhadap low-band dan early-warning radar. NGJ-MB akan memenuhi mayoritas tugas jamming terhadap fire control radar (FCR) dan sistem komunikasi. NGJ-MB juga satu-satunya pod yang menggunakan teknologi AESA. Sedangkan NGJ-HB ditugaskan untuk ancaman-ancaman khusus lainnya.
• Sesuai namanya, es**rt jammer terbang bersama dengan strike package untuk memberikan bantuan EW dan menciptakan electronically denied area atau area yang tidak dapat dilihat oleh alat elektronik seperti radar, menyamarkan posisi pesawat kawan dan memaksa musuh untuk melakukan korelasi data yang lebih ekstensif. Tentunya, es**rt jammer berbeda dari stand-off jammer yang berada di luar jangkauan rudal musuh. Meski begitu, tujuan mereka sama: degradasi IADS musuh. [Gambar 5]
Es**rt jammer juga cenderung melakukan SIGINT (Signal Intelligence), spesifiknya ELINT (Electronic Intelligence) dengan mengumpulkan data radar musuh yang disimpan dan dianalisa untuk membentuk Electronic Order of Battle (EOB) yang akan sangat membantu identifikasi dan penanggulangan ancaman elektronik di udara.
⟬Penutup⟭
Banyak hal yang menjadi alasan kenapa Boeing ingin menjadikan Eagle II sebagai pesawat EW/AEA.
Namun yang jelas adalah, rencana Boeing untuk menurunkan kapabilitas Growler ke Eagle II membuat pesawat Elang ini tak lagi hanya pesawat “superioritas udara” atau “truk bom”, tetapi menjadi true multi-role dan menjadi jawaban bagi negara-negara yang tidak mampu memiliki sistem spesialis untuk misi-misi seperti ini. Secara sadar meningkatkan kemampuan dan nilai deteren yang dimiliki oleh pesawat ini. Pantas mendapatkan julukan “Growling Eagle.”
— C.O