Filsafat dan Refleksi

Filsafat dan Refleksi Filsafat dan refleksi Filsafat dan refleksi

HIMBAUAN������

Komentar diperkenankan. Di wall pribadi saya setting sudah saya ubah. Tapi ada syaratnya.
1.

Hanya yang berteman dengan saya yang bisa komentar. Di page ini semua orang bisa komentar. Komentar dengan argumen, ada isinya.
2. Komentar bertanya, ingin tahu lebih lanjut.
3. Komentar tidak setuju, sekali lagi sampaikan argumen yang benar.
4. Bercanda, boleh, asal pantas. Yang tidak boleh:
1. Trolling (komentar pendek, tanpa isi, nyelekit).
2. Flooding, komentar yang sama/sejenis, berulang-ulan

g.
3. Tidak nyambung dengan topik.
4. Mempertanyakan hal yang sudah dijabarkan dengan jelas pada posting.
5. Berisi fallacy, yang terus diulang, demi tampil beda. Masih banyak lagi sih, syaratnya, tidak bisa ditulis satu per satu. Intinya, saya tidak lagi ingin meladeni hal-hal yang tidak cerdas. Ngabisin waktu. Selain itu, FB menerapkan aturan yang makin ketat. Sekarang bilang "g*bl*k" atau "b@nci" bisa kena banned sama FB. Jadi saya juga tidak mau lagi pakai kata-kata itu. Nah, manusia yang bersifat seperti itu, menjauhlah dari wall saya, atau saya blokir. Saya main medsos untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan bertukar opini. Opini yang sehat, berbasis argumen. Saya tidak ingin berinteraksi dengan orang-orang yang berkeliaran di medsos untuk melepas stres, atau memamerkan ke-........-an (kosa katanya tidak boleh ditulis). Jadi, sederhana saja. Saya akan dengan cepat memblokir komentator jenis-jenis yang tidak sesuai dengan harapan saya bermain medsos.

03/07/2025
03/07/2025

Filsafat & Refleksi

03/07/2025

"Dia bilang jika dia pergi, dia akan membawa semua miliknya.
Dia sudah pergi. Tapi dia tidak membawaku.
Sebelumnya, aku miliknya."

*Jaime Sabines

03/07/2025

Hukuman mati di Indonesia waktu itu

Terjadi pro dan kontra atas hukuman mati terhadap Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu yang dituding sebagai pelaku pembantaian di Poso tahun 2000 silam.

tirto.id - "Saya diberitahu polisi bahwa ayah saya sudah ditembak mati," kata Robert Tibo, Jumat pagi 22 September 2006 itu.Robert adalah putra Fabianus Tibo, salah satu terpidana mati yang dieksekusi dini hari sebelumnya.

Bersama Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu juga harus berhadapan dengan regu tembak. Ketiganya divonis mati setelah pengadilan menyatakan bersalah dalam kasus kerusuhan Poso di Sulawesi Tengah yang terjadi pada pertengahan tahun 2000 dan menewaskan sedikitnya 200 orang.
Segala daya dan upaya hukum telah ditempuh oleh ketiga pria asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini agar lolos dari maut. Tibo, Dominggus, dan Marinus membantah semua tuduhan karena memang tidak merasa melakukan apa yang ditudingkan terkait tragedi Poso yang beraroma SARA itu.

Pembelaan Menjelang Ajal

Fabianus Tibo dan Dominggus da Silva sama-sama berasal dari Pulau Flores. Tibo lahir di Ende, sedangkan Dominggus adalah putra asli Maumere. Sementara Marinus Riwu kelahiran ibukota Provinsi NTT, Kupang. Ketiga orang ini adalah rakyat biasa yang sehari-hari bekerja sekuatnya demi menyambung hidup.

Tibo adalah seorang petani yang merantau ke Sulawesi Tengah di usia remaja pada era 1960-an. Pria kelahiran 1945 ini lalu menikahi perempuan setempat dan dikaruniai tiga orang anak. Tibo juga bekerja sebagai perajin rotan selain bertani. Hebatnya, semua pekerjaan itu dilakukan dengan keahlian khusus. Jari-jari Tibo tidak lengkap. Tangan kanannya tidak memiliki ibu jari.

Cerita Dominggus lain lagi. Ia lahir tepat ketika bangsa Indonesia memperingati hari proklamasi kemerdekaan pada 1967. Selulus STM selang 20 tahun kemudian, ia meninggalkan kampung halaman menuju Sulawesi Tengah karena banyak transmigran dari Flores di sana. Lelaki yang belum menikah hingga dieksekusi mati ini bekerja sebagai sopir angkot.

Marinus datang ke Sulawesi Tengah di tahun yang sama dengan Dominggus. Dengan modal dan kemampuan seadanya karena tak sempat lulus sekolah dasar, Marinus yang lahir pada 1957 membawa istri beserta anak-anaknya mengadu nasib di tanah rantau, dan kemudian menghidupi keluarganya dengan bertani.

Waktu berlalu hingga kemudian ketiga orang ini diseret ke pengadilan karena dituduh telah melakukan aksi pembunuhan, penganiayaan, serta perusakan di tiga desa dalam tragedi yang terjadi di Poso itu.

Tibo ditangkap pada akhir Juli 2000 di Morowali, Sulawesi Tengah. Lima hari berselang, Dominggus dan Marinus menyerahkan diri. Persidangan pun mulai digelar pada awal tahun 2001. Sejak hari pertama sidang di Pengadilan Negeri Palu, ketiganya selalu menyangkal seluruh tudingan yang dituduhkan jaksa penuntut umum.

Menurut pengakuan ketiga terdakwa, mereka datang ke Poso pada 22 April 2000 untuk membantu mengevakuasi puluhan siswa, guru, suster, dan pastor sekolah St. Theresia yang tengah dikepung massa. Jarak antara Poso dengan kampung mereka di Beteleme, Morowali, sendiri cukup jauh, sekitar 250 kilometer.

Sejumlah saksi pun didatangkan ke pengadilan dalam sidang kedua, dan seluruhnya membenarkan pembelaan Tibo dan kedua rekannya (Detik, 21 September 2006). Namun, pengadilan tetap memutuskan ketiga terdakwa bersalah dan menjatuhkan vonis mati terhadap Tibo, Dominggus, dan Marinus. Eksekusi akan dilakukan pada 12 Agustus 2006.

Pro & Kontra Vonis Mati

Pro dan kontra segera menyeruak atas putusan pengadilan itu. Puluhan ribu masyarakat Kristiani terutama yang berasal dari NTT, Maluku, serta beberapa daerah di Sulawesi, juga lembaga hak asasi manusia, mendesak agar vonis mati terhadap Tibo dan kawan-kawan ditangguhkan, bahkan dibatalkan. Seruan serupa hadir p**a dari sejumlah elemen kemanusiaan dari luar negeri.

Permintaan penangguhan eksekusi mati terhadap Tibo cs. juga datang dari 5 tokoh agama terkemuka, yaitu KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Julius Kardinal Darmaatmadja, Pendeta Andreas A. Yewangoe, Bhikku Dharmawimala, dan Ws. Budi S. Tanuwibowo. Mereka memohon Presiden SBY untuk bertindak dengan mempertimbangkan alasan kemanusiaan serta demi menghindari dampak lanjutan.

Pemimpin Vatikan, Paus Benediktus XVI, bahkan mengirimkan surat khusus kepada Presiden SBY tertanggal 11 Agustus 2006 yang meminta supaya vonis mati itu ditinjau kembali. Beberapa jam kemudian, pemerintah mengeluarkan keputusan untuk menunda eksekusi mati yang sudah nyaris dilakukan dini harinya. Namun, pada akhirnya eksekusi tetap dijalankan selang 42 hari setelah surat dari Vatikan itu.

Presiden SBY sendiri sebelumnya telah menolak grasi yang diajukan Tibo dan kawan-kawan pada 10 November 2005. Upaya hukum lainnya, yakni kasasi dan peninjauan kembali, juga tidak dikabulkan (Antara, 2006).

Banyak yang menentang dijatuhkannya vonis mati untuk Tibo, Dominggus, dan Marianus. Namun, tidak sedikit p**a yang mendukung, bahkan meminta pemerintah mempercepat pelaksanaan hukuman tembak yang sempat tertunda itu. Pihak yang pro ini meyakini bahwa ketiga terpidana memang layak diberi hukuman setimpal. Mereka menganggap, kesalahan mereka bertiga memang layak dibalas dengan hukuman mati.

Tidak lama setelah Pengadilan Negeri Palu menetapkan vonis mati, yang kemudian dikuatkan oleh putusan Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara, ratusan pemuda dan mahasiswa muslim dari berbagai elemen menggelar aksi unjuk rasa yang menuntut supaya eksekusi terhadap ketiga terpidana segera dilakukan demi ketaatan terhadap putusan hukum (Koran Tempo, 6 April 2006).

Awal September 2006 atau beberapa hari sebelum jadwal eksekusi, sekitar 4.000 warga muslim Poso mendesak kepada pihak yang berwenang untuk mempercepat pelaksanaan hukuman mati tersebut. Aksi protes ini sempat mengkhawatirkan dan membuat sekolah-sekolah, pasar-pasar, toko-toko, dan pusat-pusat bisnis lainnya tutup pada hari itu.

Dan setelah eksekusi mati dilakukan, giliran kubu seberang yang bergolak, seperti yang terjadi di Atambua, NTT. Ribuan massa merusak Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Atambua. Rumah Dinas Kepala Kejari Atambua, Saut Simanjuntak, juga tidak luput dari sasaran amuk massa (Detik, 22 September 2006).

Di tengah hiruk-pikuk pro dan kontra atas persoalan pelik yang sebenarnya masih menyisakan kontroversi ini, anak lelaki Tibo, Robert, tampaknya sudah pasrah. Baginya, percuma melancarkan protes atau apapun untuk menyelamatkan nyawa ayahnya karena memang sudah tidak ada gunanya lagi.

“Pemerintah tidak pernah mendengar bapak saya ketika dia masih hidup," ucap Robert lirih, beberapa jam setelah Tibo dan dua rekannya ditembak mati. Namun bagi para pendukung hukuman mati, pemerintah (tepatnya pengadilan) tentu dianggap telah mengambil keputusan yang adil dan setimpal.

Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Zen RS

03/07/2025

"Membvnuh laba-laba itu baik; Membvnvh kupu-kupu itu jahat; Perang di Ukraina itu baik; Perang di Palestina itu jahat;

Moral terkadang mempunyai standar estetika.

20/06/2025
SELAMAT TINGGAL MOBIL LISTRIK 👋TOYOTA 🇯🇵 MENULIS ULANG MASA DEPAN DENGAN HIDROGENPerusahaan Jepang baru saja meluncurkan...
19/06/2025

SELAMAT TINGGAL MOBIL LISTRIK 👋

TOYOTA 🇯🇵 MENULIS ULANG MASA DEPAN DENGAN HIDROGEN

Perusahaan Jepang baru saja meluncurkan mesin bertenaga hidrogen (air), yang dapat MEREVOLUSI industri kendaraan listrik.

Ini berarti tidak ada emisi polusi, tidak perlu baterai lithium, tidak ada stasiun pengisian daya listrik dan tidak ada masalah dengan berat, daur ulang dan ekstraksi mineral.

Filsafat dan Refleksi

Israel adalah salah satu negara terkecil di dunia, namun merupakan salah satu negara yang paling banyak disebut dalam Al...
19/06/2025

Israel adalah salah satu negara terkecil di dunia, namun merupakan salah satu negara yang paling banyak disebut dalam Alkitab dan salah satu negara yang paling banyak diserang dalam sejarah.

Mengapa?
Mengapa sebidang tanah ini begitu penting bagi orang Yahudi, Katolik dan Muslim?
Mengapa setiap generasi sepertinya ada perang baru di sana?

Alkitab menjelaskannya dengan gamblang:

“Yerusalem akan menjadi cawan yang akan mengguncangkan segala bangsa di sekelilingnya...”
- Zakharia 12:2

Israel bukan hanya sebuah wilayah.
Ia adalah simbol.
Ia adalah nubuat.
Dan bagi banyak orang, itu adalah jam rohani dunia.
Apa yang terjadi di sana... mempengaruhi semua orang.

“Dan di dalam kamu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
- Kejadian 12:3

Jadi, apakah ini suatu kebetulan bahwa dunia ini selalu berperang?
Atau apakah kita melihat dengan mata kepala sendiri apa yang telah dinubuatkan?

Alkitab memperingatkan bahwa Israel akan menghadapi musuh dari segala penjuru...
Tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa Allah tidak akan membiarkannya.

“Dia yang memelihara Israel tidak mengantuk dan tidak tidur.”
- Mazmur 121:4

Bagaimana menurut anda?

- Apakah ini semua adalah bagian dari perang politik atau perang rohani?
- Menurut anda, apakah kita sedang melihat penggenapan nubuatan?
- Di pihak siapakah dunia ini? Dan di pihak siapakah anda?

Filsafat dan Refleksi

19/06/2025

"Depresi adalah ketika anda benar-benar tidak peduli tentang apapun.
Kecemasan adalah ketika anda terlalu khawatir tentang segala sesuatu.
Dan memiliki keduanya adalah neraka"

19/06/2025

"DNA manusia 98% identik dengan simpanse. Namun, manusia mampu menciptakan teleskop, menyusun simfoni dan memiliki ilmu pengetahuan dan literatur, sementara simpanse cuma bisa memahami bahasa isyarat, sama seperti anak anak kecil kita. Jika perbedaan 2% itu adalah apa yang membuat kita sangat berbeda, bayangkan spesies 2% di atas kita pada skala itu. Apakah spesies itu menganggap kita pintar? Ini seperti ketika anda berjalan-jalan dan melihat cacing. Anda tidak berhenti dan bertanya-tanya apa yang dipikirkan cacing itu, atau bahkan mencoba berkomunikasi dengan dia. Dibandingkan denganmu, cacing itu terlalu bodoh untuk itu.

Mungkin alasan kita belum melakukan kontak dengan peradaban ekstraterestrial yang lebih maju dan cerdas adalah karena mereka telah mengamati Bumi dan menyimpulkan bahwa tidak ada kehidupan cerdas di sini".

-Neil DeGrasse Tyson

Address

Jakarta

Telephone

+6281281858155

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Filsafat dan Refleksi posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Filsafat dan Refleksi:

Share