06/08/2025
“Merah Putih di Ujung Nafas Perjuangan”
Delapan puluh tahun sudah Sang Saka Merah Putih berkibar di langit Nusantara.
Delapan puluh tahun kita menghirup udara kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah, air mata, dan nyawa para pahlawan bangsa.
Merah Putih bukan sekadar kain dua warna.
Merah adalah keberanian—simbol semangat tak kenal menyerah dari para pejuang yang menghadapi peluru dan bayonet dengan dada terbuka.
Putih adalah kesucian—cermin hati para pahlawan yang tulus berjuang tanpa pamrih demi anak cucu mereka kelak merdeka.
Dalam sunyi hutan dan kep**an asap mesiu, bendera ini pernah disembunyikan di dada ibu-ibu, dijahit oleh tangan gemetar seorang pemuda, dikibarkan dalam pengungsian, bahkan dicelup dari darah pejuang yang gugur di medan tempur.
Merah Putih adalah saksi bisu bagaimana Indonesia dilahirkan bukan dari kata-kata, tapi dari keberanian dan pengorbanan.
Kini, di tahun ke-80 kemerdekaan Republik Indonesia, pertanyaan itu kembali menggema:
Masihkah kita menjaga api perjuangan itu tetap menyala?
Masihkah Merah Putih berdetak di dada kita?
Mari bangkitkan kembali semangat nasionalisme.
Jadikan peringatan HUT RI ke-80 ini bukan sekadar seremoni tahunan, tapi momentum menyatukan langkah, menyatukan hati.
Mari kita isi kemerdekaan dengan prestasi, dengan karya nyata, dengan menjaga persatuan, dan membela keadilan.
Wahai generasi penerus,
Bendera itu telah dikibarkan dengan penuh harga diri oleh mereka yang kini bersemayam dalam sunyi tanah pertiwi.
Tugas kita bukan lagi mengangkat senjata,
Tapi menjaga martabat bangsa, melanjutkan cita-cita mereka yang gugur.
Karena selama Merah Putih masih berkibar,
Selama itu p**a kita tak boleh lupa:
Bahwa kemerdekaan ini bukan hadiah—melainkan warisan perjuangan.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-80.
Jayalah selalu, bangsaku.
Hiduplah Merah Putih… dalam setiap denyut nadi rakyat.