SejarahNusantara

SejarahNusantara Dapatkan ebook nya sekarang juga ๐Ÿ‘‡

https://lynk.id/rajadigitaln95

31/07/2025
31/07/2025
๐Ÿ“ Biografi Ki Hajar DewantaraNama Asli: Raden Mas Soewardi SoerjaningratNama Populer: Ki Hajar DewantaraLahir: 2 Mei 188...
27/07/2025

๐Ÿ“ Biografi Ki Hajar Dewantara

Nama Asli: Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
Nama Populer: Ki Hajar Dewantara
Lahir: 2 Mei 1889, Yogyakarta
Wafat: 26 April 1959, Yogyakarta
Gelar: Bapak Pendidikan Nasional Indonesia
Moto: โ€œIng ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayaniโ€
(Artinya: "Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan.")

---

๐Ÿ”น Riwayat Hidup Singkat:

Ki Hajar Dewantara lahir dalam lingkungan bangsawan Keraton Yogyakarta. Namun ia memilih untuk mengabdikan hidupnya dalam dunia pendidikan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pada awalnya, beliau aktif sebagai wartawan dan dikenal kritis terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Salah satu tulisannya yang terkenal adalah "Als Ik Een Nederlander Was" (Seandainya Aku Seorang Belanda), yang menyebabkan ia diasingkan ke Belanda pada tahun 1913.

Sekembalinya ke Indonesia, ia mendirikan Taman Siswa pada 3 Juli 1922, sebuah lembaga pendidikan yang terbuka bagi rakyat Indonesia, yang saat itu tidak bebas mengakses pendidikan.

Setelah Indonesia merdeka, beliau diangkat sebagai Menteri Pengajaran dalam kabinet pertama RI. Sebagai penghormatan, tanggal lahirnya (2 Mei) ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

---

๐Ÿ“œ Warisan & Pengaruh:

Ki Hajar Dewantara meletakkan dasar sistem pendidikan nasional yang berpihak pada rakyat. Ajarannya masih digunakan hingga kini, terutama dalam filosofi pendidikan yang memerdekakan dan memanusiakan manusia.

Berikut adalah biografi lengkap Jenderal Sudirman, salah satu pahlawan nasional terbesar Indonesia:---Biografi Jenderal ...
22/07/2025

Berikut adalah biografi lengkap Jenderal Sudirman, salah satu pahlawan nasional terbesar Indonesia:

---

Biografi Jenderal Sudirman

Nama Lengkap:

Raden Sudirman

Tempat & Tanggal Lahir:

Bodaskarangjati, Purbalingga, Jawa Tengah โ€“ 24 Januari 1916

Wafat:

Magelang, Jawa Tengah โ€“ 29 Januari 1950 (usia 34 tahun)

Makam:

Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, Yogyakarta

---

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan:

Jenderal Sudirman lahir dari keluarga sederhana. Ia kemudian diadopsi oleh pamannya yang seorang priyayi dan mendapat pendidikan yang lebih baik. Ia menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan melanjutkan ke Sekolah Guru Muhammadiyah di Surakarta. Di sanalah ia mulai aktif dalam organisasi Islam Muhammadiyah dan kegiatan kepanduan (Hizbul Wathan), yang membentuk karakter kepemimpinannya.

---

Perjuangan dan Karier Militer:

1. Masa Pendudukan Jepang:

Saat Jepang menduduki Indonesia, Sudirman bergabung dalam organisasi semi-militer bentukan Jepang, yaitu PETA (Pembela Tanah Air). Di sinilah ia menunjukkan kemampuan kepemimpinannya dan diangkat sebagai komandan batalion di Banyumas.

2. Proklamasi dan Perang Kemerdekaan:

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Sudirman bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pada 12 November 1945, dalam usia 29 tahun, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR melalui rapat di Yogyakarta.

3. Serangan Umum 1 Maret & Gerilya:

Meskipun sedang menderita penyakit paru-paru (TBC) yang parah, Sudirman tetap memimpin perang gerilya melawan Belanda. Ia memimpin pasukan melewati hutan dan gunung dalam keadaan sakit dan ditandu oleh para prajuritnya. Salah satu perjuangan terkenalnya adalah saat Agresi Militer Belanda II (Desember 1948), ketika Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda namun Sudirman tetap melanjutkan perjuangan dari hutan.

---

Sikap & Karakter:

Jenderal Sudirman dikenal sebagai:

Pemimpin yang religius dan sederhana

Setia pada Republik dan rakyat

Penuh semangat perjuangan meski dalam kondisi sakit

Berprinsip "Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!"

---

Wafat dan Penghormatan:

Jenderal Sudirman wafat pada 29 Januari 1950, hanya beberapa bulan setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Ia dimakamkan dengan upacara militer. Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional, dan namanya diabadikan dalam berbagai nama jalan, museum, serta patung peringatan di seluruh Indonesia.

---

Kutipan Terkenal Jenderal Sudirman:

> "Jangan sekali-kali menyerah kepada keadaan. Sekali merdeka, tetap merdeka!"

Sejarah Panjang Ahmad Soebardjo1. Latar Belakang dan PendidikanAhmad Soebardjo Djojoadisoerjo lahir pada 23 Maret 1896 d...
21/07/2025

Sejarah Panjang Ahmad Soebardjo

1. Latar Belakang dan Pendidikan

Ahmad Soebardjo Djojoadisoerjo lahir pada 23 Maret 1896 di Karawang, Jawa Barat. Nama kecilnya adalah Teuku Abdul Manaf, karena ayahnya, Teuku Muhammad Yusuf, adalah keturunan bangsawan Aceh, dan ibunya berasal dari Jawa.

Ahmad Soebardjo menempuh pendidikan di Hollands-Inlandsche School (HIS), lalu ke Europeesche Lagere School (ELS). Setelah itu, ia melanjutkan ke HBS (Hogere Burgerschool) dan kuliah di Rechts Hogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta, lalu mengambil studi hukum internasional di Leiden, Belanda.

---

2. Aktivitas di Pergerakan Nasional

Selama kuliah di Belanda, Soebardjo aktif dalam organisasi Perhimpunan Indonesia (PI) yang dipimpin oleh para mahasiswa Indonesia di Eropa. Ia menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti:

Mohammad Hatta

Ali Sastroamidjojo

Sutan Sjahrir

Ia mulai mengembangkan pemikiran nasionalisme dan menentang kolonialisme Belanda.

---

3. Keterlibatan dalam Diplomasi Internasional

Ahmad Soebardjo memiliki peran penting dalam memperkenalkan perjuangan kemerdekaan Indonesia di dunia internasional. Ia ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Konferensi Asia di New Delhi (1947), dan menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh nasionalis dari Asia dan Afrika.

Ia adalah tokoh penting yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi dan komunikasi internasional.

---

4. Peran Penting dalam Proklamasi Kemerdekaan

Salah satu peristiwa penting adalah ketika Ahmad Soebardjo ikut mendampingi Soekarno-Hatta dalam penyusunan naskah Proklamasi pada 17 Agustus 1945.

Ia termasuk dalam kelompok yang dikenal sebagai tokoh tua, berbeda dari golongan muda seperti Chaerul Saleh dan Wikana. Ketika terjadi perdebatan antara golongan tua dan muda mengenai waktu dan cara proklamasi, Soebardjo menjadi penengah.

Ia yang menjamin keselamatan Soekarno-Hatta saat diculik ke Rengasdengklok oleh para pemuda, dan turut serta membawa mereka kembali ke Jakarta untuk menyusun proklamasi.

---

5. Menjadi Menteri Luar Negeri Pertama

Setelah kemerdekaan, Ahmad Soebardjo diangkat sebagai Menteri Luar Negeri pertama Republik Indonesia dalam kabinet presidensial Soekarno.

Sebagai diplomat, ia memiliki andil besar dalam memperjuangkan pengakuan kemerdekaan Indonesia dari negara-negara lain, terutama dari Mesir dan India, yang menjadi negara pertama yang mengakui Indonesia merdeka.

---

6. Kiprah Setelah Kemerdekaan

Setelah masa revolusi, Soebardjo masih tetap aktif di dunia diplomasi dan pendidikan. Ia pernah menjadi:

Duta Besar Indonesia untuk Swiss

Anggota Dewan Pertimbangan Agung

Pengajar di berbagai perguruan tinggi

Ia dikenal sebagai bapak diplomasi Indonesia karena jasanya dalam membangun diplomasi modern Indonesia sejak awal kemerdekaan.

---

7. Wafat dan Penghargaan

Ahmad Soebardjo wafat pada 15 Desember 1978 di Jakarta dalam usia 82 tahun. Ia dimakamkan di Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

Pada tahun 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Ahmad Soebardjo atas jasanya yang luar biasa dalam memperjuangkan kemerdekaan melalui jalur diplomasi.

---

Warisan dan Nilai yang Ditinggalkan

Diplomasi sebagai jalan perjuangan

Keseimbangan antara idealisme dan realisme politik

Komitmen pada kemerdekaan dan kedaulatan bangsa

Sejarah Panjang Tan Malaka1. Masa Kecil dan PendidikanTan Malaka lahir dengan nama Sutan Ibrahim pada 2 Juni 1897 di Nag...
18/07/2025

Sejarah Panjang Tan Malaka

1. Masa Kecil dan Pendidikan

Tan Malaka lahir dengan nama Sutan Ibrahim pada 2 Juni 1897 di Nagari Pandan Gadang, Sumatera Barat. Ia berasal dari keluarga Minangkabau yang cukup terpandang. Sejak kecil, Tan Malaka sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Ia bersekolah di Kweekschool (Sekolah Guru) di Bukittinggi, lalu mendapat beasiswa ke Belanda untuk belajar di Rijkskweekschool (Sekolah Guru Negeri) di Harlem pada tahun 1913.

Di Belanda, ia mulai mengenal ideologi Marxisme dan Sosialisme, dan terpengaruh oleh pemikiran Karl Marx dan Lenin. Ia juga aktif dalam pergerakan mahasiswa dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh kiri Eropa.

---

2. Kembali ke Indonesia dan Aktivisme Awal

Tan Malaka kembali ke Indonesia pada 1919 dan bekerja sebagai guru di DSV (Deli Spoorweg Maatschappij) di Sumatera Timur. Di sini, ia melihat ketimpangan sosial yang ekstrem antara buruh pribumi dan kaum kolonial. Ia kemudian aktif dalam pergerakan buruh dan bergabung dengan Sarekat Islam, namun segera berpindah haluan ke Partai Komunis Indonesia (PKI) karena lebih sesuai dengan ideologi revolusionernya.

Karena aktivitas politiknya, ia ditangkap dan diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke luar negeri pada tahun 1922.

---

3. Pengembaraan Politik Internasional

Dalam pengasingannya, Tan Malaka mengembara ke berbagai negara, termasuk Filipina, Thailand, Singapura, Jepang, Tiongkok, dan Uni Soviet. Ia sempat mewakili PKI di Komintern (Komunis Internasional) dan tinggal di Moskwa. Di sana, ia menulis banyak artikel dan buku, termasuk karya terkenalnya:

> "Naar de Republiek Indonesia" (Menuju Republik Indonesia)
"Madilog" (Materialisme, Dialektika, dan Logika)

Dalam karya-karyanya, ia mencoba menyatukan pemikiran Marxisme dengan realitas Indonesia, serta memperkenalkan cara berpikir kritis kepada rakyat Indonesia.

---

4. Kembali Diam-diam dan Perjuangan di Masa Revolusi (1942โ€“1949)

Tan Malaka kembali secara diam-diam ke Indonesia sekitar tahun 1942, ketika Jepang menduduki Nusantara. Selama masa pendudukan Jepang dan Revolusi Kemerdekaan (1945โ€“1949), ia berjuang lewat jalur bawah tanah.

Ia membentuk organisasi revolusioner bernama Persatuan Perjuangan yang berisi berbagai elemen anti-kolonial. Tan Malaka menolak perundingan dengan Belanda (seperti Perjanjian Linggarjati dan Renville), karena dianggap mengkhianati cita-cita kemerdekaan sejati. Ia menginginkan kemerdekaan 100% tanpa kompromi.

Karena sikapnya yang radikal, ia dianggap sebagai ancaman oleh pemerintahan Soekarno-Hatta. Pada tahun 1946, ia sempat dipenjara oleh pemerintah RI sendiri selama hampir setahun, tanpa proses hukum yang jelas.

---

5. Kematian Tragis

Setelah keluar dari penjara, Tan Malaka terus bergerilya. Namun, pada 19 Februari 1949, ia ditangkap dan dieksekusi secara diam-diam oleh pasukan Divisi Siliwangi di Kediri, Jawa Timur. Kematian ini tidak pernah diakui secara resmi oleh negara saat itu. Bahkan kuburannya baru ditemukan pada tahun 2007.

---

6. Pengakuan Pasca Reformasi

Tan Malaka sempat dilupakan dalam sejarah resmi Indonesia karena identitasnya sebagai tokoh kiri dan pendiri PKI. Namun pada tahun 1963, Presiden Soekarno sempat menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Tan Malaka secara diam-diam. Baru setelah era Reformasi, Tan Malaka mulai diakui kembali sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia.

---

Pemikiran dan Warisan

Tan Malaka adalah tokoh yang kompleks: seorang revolusioner, pemikir, penulis, dan idealis. Ia percaya bahwa kemerdekaan hanya bisa dicapai dengan perjuangan rakyat yang sadar dan bersatu, bukan dengan kompromi politik.

Warisan intelektualnya, terutama dalam buku โ€œMadilogโ€, masih menjadi bahan kajian penting dalam filsafat, politik, dan sejarah Indonesia.

---

Penutup

Tan Malaka adalah tokoh yang hidup dalam bayang-bayang pengkhianatan dan kesetiaan pada idealisme. Meski wafat dalam kesunyian dan ketidakpastian, gagasan dan semangatnya tetap hidup. Ia adalah "Bapak Republik yang Terlupakan", yang kini perlahan diangkat kembali dari kabut sejarah.

---

Referensi:

Tan Malaka, Madilog, 1943

Harry A. Poeze, Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia, KITLV

Taufik Abdullah, Indonesia dalam Arus Sejarah, Gramedia

George McTurnan Kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia

Sejarah Sutan Sjahrir (1909โ€“1966)1. Masa Kecil dan Pendidikan AwalSutan Sjahrir lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjan...
17/07/2025

Sejarah Sutan Sjahrir (1909โ€“1966)

1. Masa Kecil dan Pendidikan Awal

Sutan Sjahrir lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatra Barat, dalam keluarga Minangkabau yang terpelajar dan berada. Ayahnya, Mohammad Sjahrir, adalah seorang jaksa tinggi. Sejak kecil, Sjahrir sudah menunjukkan kecerdasan dan semangat belajar yang tinggi. Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di ELS (Europeesche Lagere School), lalu melanjutkan ke MULO dan AMS di Bandung.

2. Pendidikan di Belanda dan Aktivisme Politik

Pada tahun 1929, Sjahrir berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi hukum di Universitas Amsterdam dan kemudian di Universitas Leiden. Di sana, ia terlibat dalam gerakan mahasiswa dan pergerakan kemerdekaan. Ia menjadi tokoh penting dalam organisasi Perhimpoenan Indonesia, yang berisi mahasiswa Indonesia di Eropa yang mengadvokasi kemerdekaan Indonesia.

Sjahrir dikenal memiliki pemikiran yang sangat progresif dan sosialis-demokratis. Ia menolak kekerasan sebagai cara mencapai kemerdekaan dan percaya pada pendidikan, moralitas, dan pembentukan masyarakat sipil yang kuat.

3. Kembali ke Indonesia dan Penjara Politik

Sjahrir kembali ke Indonesia pada 1931. Ia kemudian bergabung dengan Partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) bersama Mohammad Hatta, setelah berpisah dari Sukarno yang mendirikan PNI lama.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, ia beberapa kali dipenjara dan diasingkan, termasuk ke Boven Digoel dan Banda Neira. Di pengasingan inilah ia terus membaca, menulis, dan berdiskusi dengan Hatta, membentuk dasar pemikiran politiknya yang kuat.

4. Masa Pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang (1942โ€“1945), Sjahrir tidak bekerja sama dengan pemerintahan Jepang, berbeda dengan beberapa tokoh nasional lain yang mengambil jalan kolaborasi. Ia bergerak di bawah tanah, membentuk jaringan perlawanan terhadap fasisme Jepang. Ini membuatnya mendapat kepercayaan besar dari Sekutu setelah Perang Dunia II.

5. Proklamasi Kemerdekaan dan Perdana Menteri

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Sjahrir ditunjuk sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia pertama yang diangkat oleh Presiden Soekarno pada 14 November 1945. Ia memainkan peran penting dalam diplomasi internasional untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan Indonesia, khususnya dari negara-negara Barat.

Sjahrir memimpin delegasi Indonesia dalam berbagai perundingan dengan Belanda, seperti Perundingan Linggarjati (1946). Meskipun sering dikritik karena dianggap terlalu kompromistis, Sjahrir melihat diplomasi sebagai jalan untuk mempertahankan kemerdekaan secara realistis di tengah tekanan militer Belanda dan ketidakpastian global.

6. Mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI)

Setelah mundur dari jabatan perdana menteri tahun 1947, Sjahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada tahun 1948. PSI memperjuangkan demokrasi parlementer, ekonomi kerakyatan, dan penegakan hukum. Meskipun basis massanya kecil, PSI berpengaruh besar di kalangan intelektual, teknokrat, dan diplomat Indonesia.

Namun, pada masa Demokrasi Terpimpin di bawah Presiden Soekarno, PSI dibubarkan pada 1960 karena dianggap menentang arah politik pemerintah.

7. Penangkapan dan Wafat

Pada tahun 1962, Sjahrir ditangkap tanpa proses hukum resmi karena dituduh terlibat dalam gerakan bawah tanah yang menentang Soekarno. Ia dipenjara hingga kesehatannya memburuk. Pada tahun 1965, ia diizinkan berobat ke luar negeri, dan akhirnya meninggal di Zรผrich, Swiss, pada 9 April 1966.

Jenazahnya dipulangkan ke Indonesia dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

---

Warisan dan Pemikiran

Sjahrir dikenang sebagai:

Pemikir besar dan negarawan intelektual.

Tokoh penting yang memperjuangkan demokrasi, humanisme, dan anti-totalitarianisme.

Orang yang mengedepankan politik moral dan etika dalam perjuangan bangsa.

Buku terkenalnya, "Perjuangan Kita", menjadi panduan politik bagi kaum muda nasionalis dan sosialis.

---

Penutup

Sutan Sjahrir adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang berpikir jauh ke depan, mengedepankan nalar dan prinsip moral di tengah pergolakan politik. Ia adalah bapak demokrasi Indonesia yang sering terlupakan, namun warisannya tetap hidup dalam semangat reformasi dan kebebasan berpikir.

12/01/2025

Saya ingin memberikan apresiasi besar kepada pengirim Stars teratas saya. Terima kasih atas semua dukungannya!

Adit Afkar Adit

09/01/2025

Belut terbesar di sawah yang pernah saya dapet.

09/01/2025

Kata siapa belut sawah kecil ?

Address

Jakarta

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when SejarahNusantara posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share