
22/01/2025
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, selama ini selalu menolak seruan untuk gencatan senjata di Gaza, tetap berpegang pada keyakinan bahwa Hamas harus dikalahkan secara militer.
Namun, perkembangan terkini menunjukkan adanya perubahan sikap dari Netanyahu.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa kini ia terlibat dalam perundingan untuk gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan kelompok-kelompok perlawanan Palestina.
Apa yang menyebabkan perubahan ini?
Para analis melihat tekanan besar dari AS, terutama dari Presiden terpilih Donald Trump, serta kekalahan militer yang dialami Israel di medan perang.
Peran Trump dalam Memaksa Netanyahu Mundur
Dua analis politik mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Trump telah menggerakkan publik Israel untuk menekan Netanyahu, memaksanya mengejar kesepakatan gencatan senjata. Trump dilaporkan terlibat langsung dalam negosiasi yang sudah berlangsung selama beberapa minggu.
Media Israel, seperti Channel 13 dan Walla, mengonfirmasi keterlibatan pribadi Trump, dengan utusannya untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menyampaikan pesan kepada pejabat Qatar dan Israel.
Witkoff menekankan bahwa Trump ingin kesepakatan tersebut diselesaikan dalam beberapa hari ke depan.
Sebagai respons, Netanyahu kini mempercepat upayanya untuk menuntaskan kesepakatan ini.
Kantor Netanyahu baru-baru ini mengumumkan bahwa beberapa pejabat tinggi Israel-termasuk kepala Mossad dan Shin Bet-akan berangkat ke Doha untuk melanjutkan pembicaraan. Keterlibatan tingkat tinggi ini menunjukkan betapa seriusnya negosiasi tersebut.
Retorika Netanyahu yang Melunak di Bawah Tekanan AS
Retorika Netanyahu pun mulai berubah. Sebelumnya, ia bersikeras untuk tidak menghentikan pertempuran sampai Hamas dihancurkan.
Sekarang, ia menggambarkan gencatan senjata dan pertukaran tahanan sebagai "hal yang diperlukan," yang mencerminkan besarnya pengaruh AS.
Dr. Ahmed Al-Hila, seorang analis politik, berpendapat bahwa sikap keras Trump telah memaksa Netanyahu untuk mundur.
"Tidak ada negara besar yang akan membiarkan kepentingannya atau sekutunya dikendalikan oleh agenda pribadi seorang pemimpin," kata Al-Hila.
la berpendapat bahwa penolakan Netanyahu terhadap tuntutan Trump bisa mengancam tujuan strategis Israel yang lebih besar, termasuk hubungan dengan Arab Saudi dan upaya menghadapi Iran.
Ehab Jabbarin, seorang ahli urusan Israel, setuju dan menambahkan bahwa keterlibatan Trump sangat kontras dengan Arab Saudi dan upaya menghadapi Iran.
Ehab Jabbarin, seorang ahli urusan Israel, setuju dan menambahkan bahwa keterlibatan Trump sangat kontras dengan sikap Presiden AS sebelumnya, Joe Biden, yang cenderung tidak memberikan tekanan besar pada Israel.
Jabbarin menyarankan bahwa Washington menggunakan pengaruhnya untuk mendorong Netanyahu mencapai kesepakatan, dengan iming-iming insentif atau bahkan konsekuensi yang bisa memengaruhi dukungan AS.
Kekalahan Militer yang Memperburuk Posisi Netanyahu
Kekalahan militer Israel di Gaza semakin memperburuk posisi Netanyahu. Meski Israel mengklaim kemajuan dalam usaha mengalahkan Hamas, pasukan mereka justru mengalami kerugian besar, terutama di Gaza Utara.
Kelompok perlawanan Palestina, yang dipimpin Hamas, berhasil menimbulkan
banyak kematian tentara penjajah, menghancurkan narasi Israel yang mengklaim kendali atas wilayah tersebut.
Salah satu momen kritis adalah kerugian besar yang dialami Brigade Nahal elit dalam serangan berulang di Beit Hanoun.
Pejuang perlawanan menjadikan kota itu perangkap maut bagi pasukan Israel, membeberkan kelemahan strategi militer Israel.
Kekalahan serupa terjadi di daerah lain seperti Rafah dan Jabalia, di mana pasukan perlawanan melakukan penyergapan mematikan.