Top News

Top News akun asli ✅

Kakek 80 Th Jalan Kaki 18 Km, Dorong Gerobak Lusuh Demi Bisa Makan Punya 5 Ribu? Tolong Beli Bandros Abah 80th Tuk Berta...
21/12/2025

Kakek 80 Th Jalan Kaki 18 Km, Dorong Gerobak Lusuh Demi Bisa Makan

Punya 5 Ribu? Tolong Beli Bandros Abah 80th Tuk Bertahan Hidup
“Kalau cuma andalkan jualan bandros, Abah gak akan bisa makan… Abah harus mulung botol plastik bekas untuk dijual dan dapat uang 5rb - 10rb. Tapi tenaga Abah udah gak kuat, lebih sering gak dapat uang & gak makan,” - Abah Rukman.

Sebatang kara, Abah Rukman (80th) harus cari uang untuk bisa makan sesuap nasi. Perjalanannya tak mudah karena kondisi fisik yang lemah dan renta

bahkan jalan pun sudah kesulitan, lansia pekerja keras ini masih tetap berjuang untuk menyambung hidup

Karena kondisi Abah Rukman sekarang beliau susah sekali mencari pembeli karena sering orang melihat penampilan abah dan melihat kondisi gerobaknya yang kusam rusak,
dan kadang abah lama melayani pembeli karena keterbatasan fisik abah.

Selain untuk makan, Abah juga harus bayar listrik dan beli obat. Nahasnya, tak ada jaminan Abah bisa dapat uang hari ini.
Terpaksa, Abah cuma bisa minum air putih dan juga makan nasi sisa kemarin yang mulai keras dan bau

Yang paling sedih ketika musim hujan tiba dagangan abah sering kali sepi pembeli dan membuat abah hanya pulang dengan tangan kosong dan paling banyak hanya bawa uang 5 ribu saja.

“Disisa umur Abah ini, pengen sekali rasanya istirahat di rumah dengan tenang tanpa perlu takut kelaparan. Abah gak bisa ngeluh karena gak punya siapa-siapa… tiap malam badan Abah kesakitan butuh obat tapi gak ada,” - Abah Rukman.

Ini lah sosok ibu yg lagi viral di sosial media ama bank rontok dan jika terpaksa meminjam, mohon tunaikan kewajiban tep...
21/12/2025

Ini lah sosok ibu yg lagi viral di sosial media ama bank rontok dan jika terpaksa meminjam, mohon tunaikan kewajiban tepat waktu.
Menepati janji bukan soal uang semata, tapi soal hati, empati, dan kepercayaan.

Sorotan Aceh Langsa Sumatra

Sejarah bisnis menunjukkan bahwa raksasa bisa saja runtuh. Yahoo adalah contoh klasiknya. Pada awal tahun 2000-an, Yahoo...
20/12/2025

Sejarah bisnis menunjukkan bahwa raksasa bisa saja runtuh. Yahoo adalah contoh klasiknya. Pada awal tahun 2000-an, Yahoo adalah pintu gerbang utama internet, dengan valuasi menembus $125 miliar—melebihi nilai gabungan Google, Amazon, dan Facebook pada saat itu.

Namun, serangkaian keputusan bisnis yang buruk merenggut segalanya. Mereka melepaskan peluang emas membeli Google hanya dengan harga $1 juta, menolak tawaran takeover $44 miliar dari Microsoft, dan gagal melakukan inovasi ketika kompetitor seperti Google dan Facebook bergerak maju. Kejatuhan Yahoo menjadi studi kasus penting: dalam dunia teknologi, berpuas diri membunuh bisnis lebih cepat daripada persaingan.

Kisah heroik datang dari Yogyakarta 📌 Perjuangan Tukang Galon Nafkahi 78 Yatim Terlantar di Tengah Kesulitan Ekonomi. Ja...
20/12/2025

Kisah heroik datang dari Yogyakarta 📌 Perjuangan Tukang Galon Nafkahi 78 Yatim Terlantar di Tengah Kesulitan Ekonomi. Jangan sampai anak-anak ini kembali terlantar dan tidak sekolah. Tekat kuat Kang Rasyid bersama Istrinya untuk merawat dan mendidik 78 anak terlantar di Yogyakarta. Bukan tanpa alasan, awalnya Kang Rasyid bersama istrinya mengasuh 1 anak terlantar karena mereka belum diberikan momongan. Alhamdulillah, dari mengasuh 1 anak, kini Kang Rosyid bersama istrinya mengasuh 78 anak terlantar dengan naungan Omah Ngaji. Omah Ngaji lahir secara tidak sengaja, bertubuh dari 2014 dan pada tahun 2019 meresmikan diri menjadi Yayasan Omah Ngaji. Tidak mudah untuk membiayai 78 anak, Kang Rasyid harus melakoni bebagai profesi. Tukang galon menjadi salah satu sumber untuk menghidupi anak-anaknya. Pak Rasyid berjualan galon sejak 2014 dengan berkeliling ke setiap pelanggannya mengantar galon demi galon untuk mencukupi kebutuhan hidup sendiri dan anak-anak. Dengan upah 10.000 untuk 1 galon, Kang Rasyid dalam 1 bulan hanya mendapatkan uang 1 juta rupiah, itupun belum dikurangi modal dan biaya operasional. Meski terkadang harus makan dengan lauk sederhana, namun Kang Rasyid akan memastikan bahwa anak-anaknya akan tercukupi gizinya, tempat tinggal dan pendidikan yang baik. 📌BERITA INI HANYA BERSIFAT MENGINFORMASIKAN DAN MENINGKATKAN KESADARAN Sumber: fb/MediaViral

Kisah ini bermula pada pagi hari tanggal 6 Juni 2006. Langit di atas Kabupaten Asmat, Papua, tampak biasa saja, menyembu...
18/12/2025

Kisah ini bermula pada pagi hari tanggal 6 Juni 2006. Langit di atas Kabupaten Asmat, Papua, tampak biasa saja, menyembunyikan potensi keganasan yang akan segera terjadi. Tim ekspedisi program Jejak Petualang TV7 (kini Trans7) baru saja menyelesaikan tugas peliputan mereka yang melelahkan namun penuh gairah di pedalaman Asmat.

Tujuan berikutnya adalah Timika. Namun, infrastruktur di timur Indonesia kala itu masih sangat terbatas. Penerbangan perintis jarang dan tak pasti jadwalnya. Didesak oleh waktu dan kebutuhan produksi, tim mengambil keputusan fatal: menempuh jalur laut.

Mereka menaiki sebuah longboat perahu kayu panjang ramping bermesin tempel ganda. Di atas perahu terbuka itu, ada lima orang kru inti: Medina Kamil (presenter), Bagus Dwi (kameramen), Dody Johanjaya (produser), Wendy M. Rompies (asisten kameramen), serta beberapa warga lokal yang bertugas sebagai motoris.

Tidak ada yang menyangka, lambaian tangan saat meninggalkan dermaga Agats adalah perpisahan terakhir bagi sebagian dari mereka.

I. Petaka di Tengah Lautan

Perjalanan memasuki perairan Laut Arafuru yang terkenal liar. Di tengah hamparan biru yang tak bertepi, cuaca berubah drastis. Angin menderu, menciptakan gelombang tinggi yang mempermainkan perahu kayu kecil itu layaknya sabut kelapa.
Tiba-tiba, senyap. Salah satu mesin tempel mati.

Dalam hitungan detik, tanpa tenaga dorong untuk memecah ombak, sebuah gelombang besar menghantam sisi perahu. Longboat itu terbalik seketika, menumpahkan seluruh penumpangnya ke dalam laut yang dingin dan ganas.
Kekacauan terjadi. Di antara buih ombak dan kepanikan, takdir membagi mereka menjadi dua kelompok.

Di satu sisi, Bagus Dwi terlihat berjuang di permukaan. Sebagai seorang juru kamera yang berdedikasi tinggi, kesaksian menyebutkan ia terlihat berusaha menyelamatkan kameranya benda yang merekam jerih payah mereka. Namun, beban berat dan arus deras menjadi kombinasi mematikan. Bagus, bersama tiga warga lokal lainnya, terseret arus menjauh, hilang dari pandangan rekan-rekannya. Itu adalah momen terakhir Bagus terlihat oleh mata manusia.

II. Terapung dalam Ketidakpastian

Di sisi lain, Medina Kamil, Dody, Wendy, dan satu warga lokal bernama Budi, berhasil meraih sebuah dry box (koper alat kedap air) yang mengapung. Benda itulah yang menjadi pelampung penyambung nyawa mereka.

Selama 24 jam pertama, mereka terombang-ambing di laut lepas. Kaki mereka terus mengayuh agar tidak kram, kulit mereka terbakar matahari siang, dan tubuh mereka menggigil kedinginan saat malam tiba. Di bawah mereka, kedalaman Laut Arafuru menyimpan predator seperti hiu dan buaya muara. Ketakutan, doa, dan harapan bercampur aduk, hingga akhirnya arus membawa mereka terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni.

III. Pulau Tiga dan Ujian Mental

Mereka mengira daratan adalah keselamatan, namun Pulau Tiga (lokasi mereka terdampar) adalah ujian selanjutnya. Pulau itu bukan hamparan pasir putih yang indah, melainkan hutan bakau (mangrove) yang berlumpur tebal.

Selama 4 hari 4 malam berikutnya, naluri purba manusia untuk bertahan hidup (survival) diuji hingga batas maksimal:
- Dahaga yang Menyiksa: Tidak ada mata air tawar. Saat hujan turun, itulah berkah terbesar. Mereka menampung air hujan dengan daun atau memeras baju basah mereka langsung ke mulut. Saat tidak ada hujan, mereka harus menahan diri sekuat tenaga untuk tidak meminum air laut yang justru akan membunuh mereka perlahan.

- Kelaparan: Tanpa bekal makanan, mereka memakan apa saja yang disediakan ekosistem bakau. Siput laut, kerang, dan kepiting kecil (umang-umang) menjadi santapan. Terkadang dibakar dengan api kecil dari sisa korek api yang berhasil diselamatkan, terkadang dimakan mentah saat api tak bisa menyala.

- Tidur di Atas Pohon: Saat air laut pasang, daratan pulau itu tenggelam. Mereka terpaksa memanjat pohon bakau dan tidur tersangkut di dahan-dahan agar tidak terendam air atau diserang hewan liar.

Kondisi fisik mereka merosot tajam. Halusinasi mulai menyerang. Medina sempat mendengar suara mesin perahu yang ternyata hanya desu angin. Namun, di tengah keputusasaan, sosok Dody sebagai pemimpin terus menguatkan mental tim. Mereka saling menjaga agar tidak ada yang menyerah pada kematian.

IV. Penyelamatan dan Kenyataan Pahit

Tanggal 10 Juni 2006, keajaiban itu tiba.
Setelah lima hari dinyatakan hilang, Tim SAR gabungan yang menyisir area tersebut melihat tanda-tanda kehidupan di Pulau Tiga. Medina dan ketiga rekannya ditemukan dalam kondisi sangat lemah, dehidrasi berat, dan kulit melepuh, namun mereka masih bernapas. Tangis pecah saat evakuasi dilakukan.

Namun, sukacita itu tidak utuh. Pertanyaan pertama yang muncul adalah: "Di mana Bagus dan yang lainnya?"

Tim SAR memperluas area pencarian. Kapal-kapal menyisir lautan, pesawat memantau dari udara, bahkan melampaui batas waktu standar operasi pencarian. Doa dipanjatkan oleh jutaan masyarakat Indonesia yang mengikuti berita ini lewat televisi.

Hari berganti minggu, namun laut Arafuru enggan mengembalikan apa yang telah diambilnya. Bagus Dwi dan ketiga warga lokal tidak pernah ditemukan. Mereka dinyatakan gugur dalam tugas, menyatu dengan alam yang begitu mereka cintai dan ingin mereka abadikan.

V. Sebuah Pelajaran Mahal

Tragedi ini menjadi titik balik sejarah penyiaran petualangan di Indonesia. Ia mengajarkan bahwa di balik gambar indah yang kita nikmati di layar kaca, ada risiko nyawa yang nyata.
Bagi Medina Kamil dan para penyintas, peristiwa itu adalah kelahiran kedua. Sebuah pengingat abadi tentang betapa kecilnya manusia di hadapan alam, dan betapa kuatnya tekad manusia yang menolak untuk menyerah, bahkan ketika maut sudah di depan mata.

Inilah Penampakan Dasyatnya Banjir Bandang Yang Menerjang Aceh Tamiang, Coba Bayangkan betapa Tinggi Nya Air Yang Datang...
18/12/2025

Inilah Penampakan Dasyatnya Banjir Bandang Yang Menerjang Aceh Tamiang, Coba Bayangkan betapa Tinggi Nya Air Yang Datang Dari Hulu Bak Gelombang Tsunami Sampai Membuat Ribuan Rumah & Kendaraan Sampai Hancur Total

Sebatang Kara, Nenek 88 Tahun Ini Jual Kerupuk Demi Bisa MakanJalan 5 KM Jual Kerupuk Nenek 88 Tahun BerjuangTubuhnya ya...
18/12/2025

Sebatang Kara, Nenek 88 Tahun Ini Jual Kerupuk Demi Bisa Makan
Jalan 5 KM Jual Kerupuk Nenek 88 Tahun Berjuang
Tubuhnya yang sudah membungkuk, nenek Buniyem berjuang menawarkan kerupuk. Dari satu ikat kerupuk, ia hanya dapat upah Rp2.000 rupiah– dan itu pun jarang laku. Seharian nenek dapat Rp20.000 itupun kalau laku. Nenek hidup seorang diri di kontrakan.
Setiap hari nenek keliling berjualan. Pilunya, sewa kontrakan nya hampir habis, nenek bingung nanti harus tinggal dimana. Nenek benar-benar sendirian di rumah. Suaminya sudah lama meninggal, 3 tahun lalu anaknya pun meninggal.
Namun ada satu hal yang kini paling membuatnya gelisah, masa kontrakan tempat ia tinggal hampir habis, dan ia tidak punya cukup uang untuk memperpanjangnya. Sebagian bangunan kontrakan pun sudah rapuh.

Nek Buniyem pernah hampir tertimpa kayu yang runtuh ketika hujan deras mengguyur malam hari. Ia takut, tetapi ia tidak tahu harus tinggal di mana jika masa sewanya benar-benar habis.
Kadang, nenek hanya memasak sekali, lalu beberapa hari tidak memasak karena tidak ada uang untuk membeli bahan makanan. Ia bertahan dari apa pun yang ada, atau dari bantuan tetangga yang iba melihat kondisinya

Pada tahun 2018, seorang wanita bernama Olesja singgah di sebuah kafe kecil di Swiss untuk menikmati camilan seharga $24...
16/12/2025

Pada tahun 2018, seorang wanita bernama Olesja singgah di sebuah kafe kecil di Swiss untuk menikmati camilan seharga $24. Saat membayar, ia berniat meninggalkan tip kecil sebagai bentuk apresiasi. Namun tanpa sadar, ia malah mengetik kode PIN kartunya — 7757 — di kolom tip, bukan nominal sebenarnya.
Sistem kasir tidak menolak. Transaksi berjalan.
Dan tiba-tiba saja biaya yang harus dibayar melonjak menjadi $7.732.

Bayangkan betapa paniknya dia ketika menyadari jumlah itu hilang dari rekeningnya hanya karena satu salah tekan.

Masalah tidak berhenti di sana. Ketika ia kembali ke kafe meminta klarifikasi, pemilik kafe tidak mau mengembalikan uang tersebut. Lebih buruk lagi, pemiliknya kemudian mengajukan bangkrut, menutup bisnisnya, dan menghilang tanpa jejak, membuat Olesja tidak punya jalan hukum yang mudah.

Bank tidak bisa membatalkan transaksi karena dianggap “sah.”
Pihak berwenang pun mengatakan tidak dapat berbuat banyak.
Seolah-olah uang itu lenyap begitu saja.

Tidak ada harapan… sampai ceritanya dimuat oleh media Swiss, Blick.

Ketika publik mengetahui apa yang terjadi — seorang pelanggan kehilangan ribuan dolar karena kesalahan kecil, sementara pemilik kafe sengaja mengambil keuntungan — kemarahan pun meledak. Gelombang tekanan publik, komentar, dan pemberitaan akhirnya memaksa pihak yang bertanggung jawab untuk bergerak.

Dan akhirnya, setelah sekian lama, Olesja mendapatkan kembali seluruh uangnya.

Ia tidak menang karena sistem. Ia menang karena orang-orang bersuara.

Kisah ini adalah pengingat keras bahwa dalam dunia digital, satu sentuhan atau satu angka yang salah bisa berakibat besar — dan bahwa terkadang, keadilan hanya bisa datang ketika masyarakat menuntutnya.

Selalu cek layar pembayaran Anda. Dan jangan meremehkan kekuatan akuntabilitas publik.

Sumber: Project nigthfall

Kisah seorang anak laki-laki, yatim-piatu berusia 10 tahun, yang ikut dalam sebuah lomba makan.Semua orang fokus pada ke...
16/12/2025

Kisah seorang anak laki-laki, yatim-piatu berusia 10 tahun, yang ikut dalam sebuah lomba makan.

Semua orang fokus pada kecepatan, namun sang anak hanya menatap hidangan di depannya dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak bergegas, dia hanya makan perlahan.

Ketika ditanya mengapa ia tidak berusaha makan cepat untuk menang, jawabannya membekukan semua orang di tempat.

Ia datang bukan untuk menjadi juara. Ia ikut serta, hanya karena ini adalah satu-satunya kesempatan seumur hidupnya untuk mencicipi daging.

"Saya belum makan daging seumur hidup saya" katanya pelan, sambil memegang potongan daging di tangannya.

Ia tidak peduli dengan waktu, ia hanya menikmati setiap gigitan momen yang diimpikannya.

Melihat kepolosan dan perjuangan yang tersembunyi di balik keinginan sesederhana itu, para kru, juri, dan penonton tidak lagi melihatnya sebagai kontestan. Mereka melihatnya sebagai cerminan penderitaan yang tulus.

Seluruh arena lomba pecah dalam tangisan. Lomba itu terhenti, digantikan oleh keheningan haru dan air mata yang mengalir deras, menyadari betapa berharganya setiap suapan bagi si kecil yang tidak punya apa-apa dan hidup dalam kemiskinan.

Bapak penjual sayuran pakis ini tampak melamun, sebab gak ada seorangpun yang mau beli jualannya.😭Beliau jualan tidak un...
15/12/2025

Bapak penjual sayuran pakis ini tampak melamun, sebab gak ada seorangpun yang mau beli jualannya.😭

Beliau jualan tidak untuk memperkaya diri, namun hanya sekedar bertahan hidup demi sesuap nasi.😭

Kisah Maria Jochu adalah contoh nyata bahwa kesuksesan tidak selalu diukur dari besarnya gaji atau megahnya jabatan, tet...
15/12/2025

Kisah Maria Jochu adalah contoh nyata bahwa kesuksesan tidak selalu diukur dari besarnya gaji atau megahnya jabatan, tetapi dari keberanian untuk memilih jalan pengabdian. Lahir dari keluarga sederhana di Distrik Jayapura Utara, Papua, Maria tumbuh sebagai sosok yang penuh tekad. Ia menempuh pendidikan dengan segala keterbatasan, hingga akhirnya berhasil lulus dari IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri)—sebuah pencapaian yang sudah luar biasa bagi banyak orang.

Namun Maria tidak berhenti di sana. Sambil bekerja, ia gigih berburu peluang beasiswa dan akhirnya meraih LPDP untuk melanjutkan studi Human Resources di Marshall University, West Virginia, Amerika Serikat. Dari kampung kecil di Papua hingga menjejakkan kaki di kampus bergengsi di Amerika, perjalanan Maria adalah bukti kekuatan mimpi dan ketekunan.

Setelah lulus, dunia seperti membuka pintunya lebar-lebar. Tawaran pekerjaan berdatangan—mulai dari perusahaan besar di Indonesia hingga peluang berkarier di luar negeri dengan gaji tinggi dan masa depan cerah. Tetapi Maria membuat pilihan yang tidak terduga, bahkan bertolak belakang dengan apa yang biasanya diimpikan banyak orang.

Ia menolak semuanya dan memilih pulang ke Papua.

Keputusan yang sederhana namun penuh makna: kembali ke akar, kembali ke tanah yang membesarkannya, dan mengabdi kepada masyarakat. Langkah ini membawanya menjadi seorang Lurah di Papua, posisi yang memberinya kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembangunan dan pelayanan publik.

Kisah Maria mengingatkan kita bahwa kesuksesan sejati bukan hanya tentang sejauh apa kita pergi, tetapi sejauh apa kita kembali untuk membawa perubahan. Dengan ilmunya, ia membuktikan bahwa pengabdian adalah bentuk prestasi yang paling mulia.

TUA DAN RINGKIH! Kakek Keliling Jualan Bilik Demi Bisa Makan“Sekarang sudah semakin tua, udah makin rapuh tenaganya, dit...
15/12/2025

TUA DAN RINGKIH! Kakek Keliling Jualan Bilik Demi Bisa Makan
“Sekarang sudah semakin tua, udah makin rapuh tenaganya, ditambah badan gemeteran hebat”. Ungkap Abah

Abah Mami (80 thn) terus berjuang di hari tuanya. Tubuhnya bungkuk dan gemetaran hebat dipaksakan untuk terus menganyam bilik dan membawanya keliling sampai ada yang membeli biliknya.
Mungkin kamu akan bertanya-tanya, hari gini siapa yang mau beli bilik? tapi bagi Abah rezeki gak akan pernah tertukar. cuma keahlian ini yang bisa Abah lakuin sekarang dimasa tuanya demi menghidupi diri dan istrinya.
Walau Abah sudah begitu tua dan renta, namun dirinya tak mau mengemis. Masih ada usaha yang bisa diikhtiarkan meskipun untuk saat ini sulit bagi abah menjual biliknya, karena untuk sekarang jarang sekali yang memakai bilik.

Setiap lembar bilik Abah jual 20ribu saja, namun uang segitu adalah harapan untuk Abah dan Istri agar bisa membeli beras untuk makan sehari-hari. mungkin hanya cukup beli lauk ikan asin atau tempe saja.
Harapan Abah Mami untuk saat ini tidaklah banyak, ia hanya ingin memiliki usaha walaupun usaha kecil, agar abah tidak harus berjualan keliling lagi.

Kisah Abah Mami hanyalah sepenggal dari banyaknya lansia yang hidup memprihatinkan dan harus berjuang di masa tuanya.

Address

Jakarta

Telephone

+6282135379597

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Top News posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share