National Geographic Magazine Indonesia

National Geographic Magazine Indonesia Halaman Facebook resmi National Geographic Indonesia. Untuk informasi editorial: [email protected]
(1040)

Selama ribuan tahun, bagi masyarakat nomaden dan pastoral di wilayah gurun yang gersang, susu unta bukanlah sekadar minu...
14/12/2025

Selama ribuan tahun, bagi masyarakat nomaden dan pastoral di wilayah gurun yang gersang, susu unta bukanlah sekadar minuman, melainkan penunjang kehidupan yang vital.

Para penggembala terkadang hanya mengandalkan susu unta selama berminggu-minggu, menjadikannya 'superfood' kuno yang secara alami beradaptasi dengan kondisi keras.

Namun, di pasar global modern yang didominasi oleh susu sapi, minuman padat nutrisi ini mulai menemukan kembali panggungnya, bahkan di tempat-tempat tak terduga seperti peternakan 'Camelot' milik Kyle Hendrix di ujung timur Colorado, Amerika Serikat .

Minat terhadap cairan yang oleh beberapa pihak disebut "emas cair" ini meningkat secara eksponensial. Penelitian pasar dari Technavio mencatat bahwa industri susu unta meningkat 6,8% setiap tahun antara tahun 2018 dan 2022, dan diperkirakan nilai pasar globalnya akan membengkak dari AS$10,81 miliar pada tahun 2017 menjadi AS$15,05 miliar dalam tiga tahun berikutnya.

Meskipun menawarkan manfaat kesehatan yang luar biasa—susu unta bahkan diklaim sebagai pengganti susu yang paling mirip dengan air susu ibu (ASI) karena sarat kolostrum kaya nutrisi—ia hanya mewakili sekitar 3% dari pasar produk susu global senilai AS$360 miliar.

Dengan segala keunggulan nutrisi dan sejarahnya, mengapa dominasi susu unta di kancah global masih jauh di bawah susu sapi?

Selengkapnya: https://nationalgeographic.grid.id/read/134330321/termasuk-superfood-hingga-disebut-emas-cair-kenapa-susu-unta-kalah-oleh-susu-sapi

Sebagian besar kawasan konservasi perairan di Indonesia memiliki kapasitas personel di bawah batas minimal. Sebuah studi...
14/12/2025

Sebagian besar kawasan konservasi perairan di Indonesia memiliki kapasitas personel di bawah batas minimal. Sebuah studi mengungkap bahwa dari 36 Kawasan Konservasi Perairan (KKP) prioritas di Indonesia yang diteliti, hanya sebelas kawasan yang memenuhi standar minimal jumlah staf dan hanya tiga kawasan yang memenuhi standar optimal.

Selain itu, para peneliti menemukan peran yang tumpang tindih di antara para staf, deskripsi pekerjaan staf yang terlalu luas, dan ketidaksesuaian kompetensi staf dengan kebutuhan operasional.

Lalu, apa dampaknya bagi upaya konservasi perairan kita? Bagaimana cara kita menambal kekurangan ini?

Kisah oleh

Kaisar Romawi Caligula memiliki tiga saudara perempuan—Agrippina, Drusilla, dan Livilla—yang kabarnya sangat ia cintai.I...
14/12/2025

Kaisar Romawi Caligula memiliki tiga saudara perempuan—Agrippina, Drusilla, dan Livilla—yang kabarnya sangat ia cintai.

Ia bahkan mungkin terlalu mencintai mereka, hingga muncul tuduhan hubungan inses yang muncul dalam catatan sejarahnya. Meskipun tuduhan ini mungkin keliru, ia sangat dekat dengan saudarinya, Drusilla.

Kematian Drusilla pada tahun 38 M sangat memengaruhi Kaisar Romawi Caligula. Peristiwa itu mungkin berkontribusi pada perilakunya yang tidak stabil di kemudian hari.

Caligula mengungkapkan rasa hormatnya kepada Drusilla dengan menjadikannya dewi Romawi. Hal ini merupakan tindakan penting karena Drusilla adalah orang pertama yang didewakan setelah Augustus.

Selengkapnya: https://nationalgeographic.grid.id/read/134305551/kisah-kedekatan-kaisar-romawi-caligula-dengan-saudarinya-drusilla

Pada tahun 1871, dunia seorang pendekar pedang legendaris bernama Kawakami Gensai berakhir secara tragis. Ia dihukum mat...
14/12/2025

Pada tahun 1871, dunia seorang pendekar pedang legendaris bernama Kawakami Gensai berakhir secara tragis. Ia dihukum mati dengan tuduhan palsu, sebuah keputusan yang menandai berakhirnya utilitasnya bagi pemerintah Meiji yang baru.

Dikenal sebagai Hitokiri—"pembunuh manusia"—Gensai adalah produk dari era yang kacau: akhir Keshogunan Tokugawa yang membuka jalan bagi Restorasi Meiji.

Sejarah mengenalnya sebagai salah satu dari empat hitokiri yang paling ditakuti, seorang prajurit yang perawakannya kecil namun keahliannya dalam berpedang tiada duanya.

Ia bukan hanya seorang samurai, melainkan simbol dari perjuangan pahit Jepang untuk beralih dari feodalisme ke modernitas, dari isolasi ke keterbukaan global.

Transformasi Jepang, seperti dilansir Executed Today, adalah sebuah keniscayaan sejarah, namun prosesnya diwarnai konflik internal yang sengit. Setelah berabad-abad mengisolasi diri, Keshogunan Tokugawa dipaksa membuka diri oleh kekuatan Barat yang lebih unggul.

Guncangan ekonomi dan budaya yang terjadi akibat perjanjian dagang yang didiktekan ini memicu gelombang dukungan terhadap kubu kekaisaran yang telah lama pasif. Perebutan kekuasaan yang terjadi menjadikan Jepang sebagai medan perang, dan Gensai memilih sisi kekaisaran.

Karakter Himura Kenshin dari seri manga dan anime populer, Rurouni Kenshin, secara longgar didasarkan pada sosoknya yang melegenda. Namun, seperti karakter yang terinspirasi darinya, kehidupan Gensai dipenuhi dengan kehormatan dan pengorbanan.

Lalu, apakah akhir dari kisah nyata sang samurai seindah cerita fiksi yang mengabadikannya?

Selengkapnya: https://nationalgeographic.grid.id/read/134300278/kawakami-gensai-sosok-samurai-yang-menginspirasi-rurouni-kenshin-hidupnya-tragis

Tak banyak yang kenal dengan tradisi para santri Al Mukmin di Ngruki, Surakarta, secara turun temurun. Mereka terbiasa m...
14/12/2025

Tak banyak yang kenal dengan tradisi para santri Al Mukmin di Ngruki, Surakarta, secara turun temurun. Mereka terbiasa menikmati liburan akhir tahun sebelum kepulangan ke rumah dengan jelajah dan tadabur alam.

Ini juga yang terjadi kepada mereka, para santri dan ustaz yang hendak melakukan berkemah ke Gunung Lawu. Sebagai program pondok, jelajah alam adalah bagian dari cara pembelajaran di Al Mukmin untuk mengenalkan alam semesta sebagai bukti keagungan Allah SWT.

Kisah perjalanan ini, penulis dapatkan dari sebuah buku yang fenomenal berjudul Kisah Nyata: Musibah Gunung Lawu yang ditulis tim redaksi Pondok Pesantren Islam Ngruki Surakarta sekitar tahun 1988.

Selengkapnya: https://nationalgeographic.grid.id/read/133343355/tragedi-lawu-1987-merenggut-nyawa-15-santri-dan-1-ustaz-al-mukmin

Sejak manusia pertama kali menginjakkan kaki di luar angkasa, ribuan satelit dan roket telah diluncurkan ke orbit Bumi. ...
14/12/2025

Sejak manusia pertama kali menginjakkan kaki di luar angkasa, ribuan satelit dan roket telah diluncurkan ke orbit Bumi. Misi-misi ambisius ini telah membawa kemajuan pesat dalam berbagai bidang, dari penelitian ilmiah hingga komunikasi global.

Satelit-satelit tersebut memungkinkan kita mengamati alam semesta, memprediksi cuaca, dan menikmati berbagai layanan seperti internet berkecepatan tinggi, GPS, dan siaran televisi.

Namun, di balik manfaatnya yang luar biasa, aktivitas luar angkasa yang semakin intens juga menimbulkan tantangan serius, salah satunya adalah masalah sampah antariksa.

Sampah antariksa mencakup berbagai jenis objek buatan manusia yang mengorbit Bumi, mulai dari satelit yang sudah tidak berfungsi hingga pecahan roket, baut, dan cat pelapis.

Keberadaan sampah-sampah tersebut berkontribusi terhadap lingkungan orbit yang semakin padat, yang pada akhirnya dapat memicu skenario bencana yang dikenal sebagai Sindrom Kessler.

Sebuah skenario yang diprediksi akan meningkatkan risiko terjadinya tabrakan antar objek, yang dapat menghasilkan lebih banyak puing-puing dan memperparah masalah.

Selengkapnya: https://nationalgeographic.grid.id/read/134206005/sindrom-kessler-bencana-luar-angkasa-yang-sudah-mulai-berlangsung

Seorang penjelajah Prancis bernama Paul de La Gironière, telah menerbitkan bukunya yang fenomenal di awal abad ke-19. Se...
14/12/2025

Seorang penjelajah Prancis bernama Paul de La Gironière, telah menerbitkan bukunya yang fenomenal di awal abad ke-19. Sebuah fakta yang mengungkap kengerian dari masyarakat awal Filipina.

Twenty Years In The Philippines (1819-1839) yang terbit pertama pada tahun 1853, mengisahkan kedatangannya pertama di Filipina pada tahun 1819.

"Petualang dalam dirinya berpikir adalah ide yang baik untuk tinggal di negara itu sementara waktu demi mempraktikkan profesinya (dia adalah seorang dokter mata)," tulis koresponden Filipi Know.

Artikelnya diterbitkan dalam judul 6 True Stories From Philippine History Creepier Than Any Horror Movie pada 4 Januari 2022.

Di Filipina, ia mulai mendirikan kota Jala Jala di provinsi Rizal saat ini. Ia mengelolanya selama hampir 20 tahun hingga kematian istri dan putranya. Bersama Alila, asistennya, ia berhenti di suatu tempat dalam ekspedisinya di Jala Jala.

Mereka berhenti di wilayah Tinguians of Abra, kawasan di mana suku Tinguian tinggal selama berabad-abad lamanya. Kelompok etnis itu dikenal sangat ramah kepada kedua penjelajah Prancis itu.

Menurut bukunya, Gironière dan asistennya mendapati kelompok etnis itu lebih baik dari yang mereka duga. Saking ramahnya, mereka ditawari oleh pemimpin suku untuk turut dalam perayaan ritus mereka.

Dari sana, mereka mendapatkan undangan kehormatan sebagai pengunjung dan orang asing yang diterima dengan baik oleh suku pedalaman Filipina. Datanglah mereka menemui jamuan suku Tinguian. Betapa terkejutnya mereka ketika datang dalam undangan.

Ternyata, Gironière dan Alila diundang untuk ambil bagian dalam "brain party" atau pesta otak—sebuah perayaan tradisional yang diadakan setiap kali kelompok tersebut memenangkan pertempuran melawan suku saingan.

Selengkapnya: https://nationalgeographic.grid.id/read/133403417/layaknya-zombie-suku-filipina-kuno-pesta-makan-otak-manusia

John Edward Jones dibesarkan dengan petualangan. Ia senang menikmati liburannya dengan ekspedisi menantang. Ayahnya seri...
14/12/2025

John Edward Jones dibesarkan dengan petualangan. Ia senang menikmati liburannya dengan ekspedisi menantang. Ayahnya sering mengajaknya bersama saudara laki-lakinya, Josh, dalam ekspedisi gua di Utah, sejak kecil.

"Sejak kecil, mereka (Jones dan Josh) diajarkan oleh ayahnya sebagai anak-anak laki-laki yang mencintai kedalaman bawah tanah dan merasakan indahnya kegelapan," tulis DeLong kepada All Thats Interesting (ATI).

William DeLong mengisahkan tentang kematian tragis Jones dalam artikelnya yang berjudul Why Utah’s Nutty Putty Cave Is Sealed Up With One Spelunker Inside, dipublikasikan pada 6 November 2021.

Saat beranjak dewasa, ia mencoba ekspedisinya bersama Josh dan beberapa saudaranya. Hal itu ia lakukan pada 2009. John Edward Jones memulai penjelajahan ke Gua Nutty Putty sekitar pukul 8 malam waktu setempat, pada malam 24 November 2009, beberapa hari sebelum Thanksgiving.

"John, saat itu berusia 26 tahun pada saat itu, dan Josh, 23 tahun, bersama dengan sembilan teman dan anggota keluarga lainnya, memutuskan untuk menjelajahi Gua Nutty Putty sebagai cara untuk mengeratkan kekeluargaan satu sama lain menjelang liburan," tambahnya.

Selengkapnya: https://nationalgeographic.grid.id/read/133006064/kisah-tragis-john-jones-spelunkers-yang-tewas-terjebak-di-dalam-gua

Di balik gemerlap lampu sorot dan riuh tepuk tangan penggemar, industri hiburan Korea Selatan menyimpan sisi gelap yang ...
14/12/2025

Di balik gemerlap lampu sorot dan riuh tepuk tangan penggemar, industri hiburan Korea Selatan menyimpan sisi gelap yang kelam.

Bunuh diri para bintang muda, seperti Kim Sae Ron, Moonbin, Sulli, Jonghyun, dan Goo Hara, bukan sekadar tragedi individual, melainkan puncak gunung es dari masalah yang lebih besar: budaya cancel culture dan cyberbullying yang merajalela.

Di negeri yang menjunjung tinggi kesempurnaan dan citra ideal, para idola dituntut untuk menjadi sosok tanpa cela, bak dewa-dewi yang tak tersentuh kesalahan. Namun, ketika manusia biasa melakukan kekhilafan, sekecil apa pun itu, hukuman yang dijatuhkan masyarakat bisa sangat kejam.

Karier yang dibangun dengan susah payah hancur dalam sekejap, nama baik dicoreng, dan mental diinjak-injak oleh caci maki warganet yang anonim. Di era media sosial, setiap gerak-gerik idola diawasi dengan ketat, setiap ucapan dipelintir, dan setiap kesalahan diperbesar hingga tak berujung.

Lalu, di mana ruang bagi manusia untuk berbuat salah dan belajar dari kesalahan? Di mana empati dan pengertian di tengah budaya cancel culture yang haus darah? Inilah paradoks yang menghantui industri hiburan Korea Selatan, di mana popularitas dan hujatan berjalan beriringan, dan di mana impian bisa berubah menjadi mimpi buruk dalam sekejap mata.

Selengkapnya: https://nationalgeographic.grid.id/read/134228327/cancel-culture-paradoks-di-balik-gemerlapnya-industri-hiburan-korea-selatan

Banyak orang yang takjub melihat cara seorang samurai bergerak. Mereka berdiri tegak, memancarkan aura ketenangan yang h...
14/12/2025

Banyak orang yang takjub melihat cara seorang samurai bergerak. Mereka berdiri tegak, memancarkan aura ketenangan yang hampir tidak terganggu oleh hiruk pikuk pertempuran. Sorot mata mereka tajam, namun ekspresi wajah mereka sering kali tenang.

Dalam sekejap, ketenangan itu berubah menjadi badai saat pedang mereka terhunus, melakukan gerakan yang begitu presisi dan mematikan, seolah-olah waktu melambat hanya untuk mereka.

Kecepatan dan ketepatan itu sering kali membuat kita bertanya: apa rahasia di balik fokus ekstrem yang memisahkan seorang pejuang hebat dari yang biasa-biasa saja?

Mereka tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik atau teknik pedang yang mumpuni. Ada disiplin mental yang jauh lebih dalam, sebuah fondasi filosofis yang membentuk cara mereka melihat dunia dan merespons kekacauan.

Fondasi inilah yang memungkinkan para samurai untuk mengantisipasi gerakan lawan dan bereaksi dengan presisi, bahkan sebelum lawan menyadarinya.

Apakah filosofi kuno yang dikenal sebagai Zanshin ini, yang kini juga dipraktikkan oleh para pemimpin dan praktisi mindfulness modern, yang menjadi jawaban atas keunggulan samurai?

Selengkapnya: https://nationalgeographic.grid.id/read/134330552/zanshin-kunci-ketenangan-samurai-saat-menghunus-pedang-yang-dimuliakan-miyamoto-musashi

Unta diklasifikasikan dalam keluarga Camelidae, yang pertama kali muncul di Amerika Utara 40 juta tahun yang lalu. Popul...
14/12/2025

Unta diklasifikasikan dalam keluarga Camelidae, yang pertama kali muncul di Amerika Utara 40 juta tahun yang lalu. Populasi unta Amerika Utara sendiri telah punah puluhan ribu tahun yang lalu.

Mengapa unta punah di tempat asalnya, namun tetap bertahan di tempat lain masih menjadi perdebatan. Unta Amerika Utara, seperti Camelops raksasa, telah punah seluruhnya sekitar 13.000 tahun lalu.

Walaupun manusia zaman es berburu unta, itu bukan satu-satunya alasan kepunahannya—para ahli paleontologi menemukan gambaran yang lebih rumit.

Di wilayah yang sekarang menjadi California Selatan, misalnya, unta tampaknya menghilang sedikit lebih awal dibanding hewan besar lainnya seperti mastodon dan serigala mengerikan (dire wolf), selama periode kering yang membuat pepohonan mati dan ekosistem berubah drastis.

Kekeringan parah, akibat iklim yang semakin hangat dan kering, kemungkinan besar mendorong unta Amerika Utara menuju kepunahan tepat sebelum manusia mulai menggunakan api untuk mengubah hutan menjadi semak belukar terbuka.

Kumpulan tekanan lingkungan yang sangat besar ini membuat wilayah tersebut tidak lagi ramah bagi hewan raksasa Zaman Es yang sebenarnya sudah berjuang keras menghadapi kekeringan.

Unta pun lenyap dari tempat di tempat asalnya, namun sejarah panjang mereka di benua itu justru memungkinkan hewan herbivor berleher panjang dan sangat adaptif ini menemukan rumah baru di seluruh dunia. Lantas, seperti apa unta-unta dari Amerika Utara yang telah punah?

Selengkapnya: https://nationalgeographic.grid.id/read/134330474/seperti-apa-unta-unta-yang-telah-punah-dari-tempat-asalnya-samakah-dengan-unta-yang-sekarang

Pernahkah Anda membayangkan seperti apa jadinya jika seekor dinosaurus memiliki gigi setajam pisau dan bergerigi layakny...
14/12/2025

Pernahkah Anda membayangkan seperti apa jadinya jika seekor dinosaurus memiliki gigi setajam pisau dan bergerigi layaknya hiu putih besar?

Carcharodontosaurus adalah salah satu predator paling menakutkan yang pernah hidup di Bumi. Sering disandingkan dengan Tyrannosaurus rex, dinosaurus raksasa dari Afrika Utara ini menawarkan gambaran yang tak kalah mengerikan, bahkan dalam beberapa aspek, bisa lebih mematikan. Seperti apa?

Dengan panjang mencapai 12,5 meter dan berat hingga 7,5 ton, Carcharodontosaurus termasuk theropoda terbesar yang pernah ada. Carcharodontosaurus hidup sekitar 90–100 juta tahun lalu, ketika Afrika Utara masih berupa lanskap subur yang dipenuhi sungai dan hutan, jauh sebelum wilayah itu berubah menjadi Gurun Sahara.

Berbeda dari T. rex yang dikenal memiliki rahang penghancur tulang, Carcharodontosaurus menggunakan strategi berburu lain. Gigi-giginya panjang, bergerigi, dan menyerupai gigi hiu putih besar juga menjadi ciri yang menginspirasi namanya, “kadal bergigi bergerigi”.

Bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk mengiris dan mencabik, gigi-gigi ini mampu menimbulkan luka besar yang dengan cepat melemahkan mangsanya. Dengan tubuh raksasa dan gigitan yang efektif merobek daging dalam sekali ayunan, Carcharodontosaurus berdiri sebagai predator puncak di ekosistemnya.

Sejarah penemuan Carcharodontosaurus penuh drama. Fosil pertamanya, dua gigi dan sebagian rahang ditemukan pada awal abad ke-20. Namun, tengkorak lengkap yang kemudian ditemukan disimpan di Munich, dan hancur akibat serangan bom selama Perang Dunia II.

Selama beberapa dekade, gambaran tentang dinosaurus ini kabur dan tidak lengkap. Baru pada tahun 1990-an, fosil baru kembali ditemukan, termasuk tengkorak yang hampir utuh. Penemuan ini memungkinkan para ilmuwan merekonstruksi tubuhnya secara akurat, mempelajari struktur gigi bergerigi khasnya, serta memahami bagaimana ia berburu dan bergerak.

Hingga kini, fosil-fosil tambahan masih ditemukan, memberi petunjuk baru tentang evolusi dan kehidupan predator luar biasa ini.

Selengkapnya: https://nationalgeographic.grid.id/read/134329526/carcharodontosaurus-dinosaurus-bergigi-hiu-yang-menyaingi-trex

Address

Gedung Grid Network Perkantoran Kompas Gramedia Jalan Gelora VII RT. 2/RW. 2 Kelurahan Gelora Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat
Central Jakarta

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when National Geographic Magazine Indonesia posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to National Geographic Magazine Indonesia:

Share