01/03/2024
TADABBUR JUM'AT : Harga Beras Mahal Petani Untung Benarkah ?
Petani Indonesia 76% adalah petani gurem yang hanya memiliki lahan pertanian rata-rata seluas 0,25 - 0,30 hektar. Hanya sebagai petani produsen skala mikro bukan skala agro industri.
Sedangkan skala ekonomis minimal untuk petani Indonesia adalah 2 hektar per KK baru bisa cukup sejahtera.
Selama ini negara tidak menjalankan Reformasi Agraria (redistribusi assets) untuk Petani Indonesia.
Sementara 1% Populasi bisa menguasai assets lahan 58% di Indonesia. Kaum oligarki yang menguasai 1/3 Kekayaan Nasional Indonesia.
Sejak dulu kenaikan harga beras tidak pararel dengan kesejahteraan petani. Yang diuntungkan adalah pedagang perantara (media) atau "tengkulak". Tengkulak lah yang memutuskan harga dan pasokan ke pasar. Bahkan petani s**a seringkali di ijon melalui modal, pupuk & obat-obatan oleh tengkulak sebagai perpanjangan tangan Kartel Beras (Gudang). Ketika panen harga ditentukan sepihak oleh tengkulak.
Seperti sekarang ini harga beras tinggi meski petani ikut merasa untung hanya sementara. Sebab pengeluaran petani untuk kebutuhan hidup yang lainnya juga ikut naik. Seperti gula pasir, telur, ayam potong, minyak goreng, kacang ijo, beras ketan, bawang putih dll. Semuanya ikut naik. Bahkan lebih tinggi dari kenaikan harga beras yang naik 33,33% itu.
Akhirnya Nilai Tukar Petani (NTP) stagnan atau tetap kecil dan bahkan bisa menurun.
Petani diuntungkan dengan Harga Beras Naik dari Rp13.000 ke Rp16.000 per kilo. Tetapi harga Gula Pasir Naik dari Rp13.000 ke Rp17.000 per kilo. Nilai Tukar Petani minus Rp1000 (keuntungan beras Rp3000 dikurangi Rp4000 harga kenaikan gula). Begitupun telur dari Rp26.000 naik ke Rp31000 per kilo. Petani rugi Rp2000.
Nilai Tukar Petani (NTP) Nasional Januari 2024 sebesar 118,27 atau naik 0,43%. Lalu NTP Nasional Februari 2024 sebesar 120,97 atau naik 2,28%. Namun kenaikan harga kelompok bahan makanan kebutuhan pokok ini inflasi nya tinggi 7,2 - 7,7%.
NTP adalah index harga yang diterima Petani dan index harga yang dibayar Petani.
Selama ini Nilai Tukar Petani bergerak landai andai naik tidak signifikan.
Siapa yang menikmati keuntungan kalo begitu. Yang menikmati keuntungan terbesar dengan harga beras yang tinggi ini adalah Kartel Beras yang memiliki modal kuat. Gudang-Gudang besarnya tersebar di 11 Provinsi Sentra-Sentra Produksi Beras & Sentra-Sentra Pedagang Beras (Induk). Kartel Beras menguasai Produksi Beras Nasional 60 - 70% di Indonesia. Kedua para tengkulak atau pedagang perantara (menengah) yang memiliki akses ke pasar dan petani langsung.
Setiap kenaikan harga beras dipastikan akan mendorong harga-harga kebutuhan pokok lainnya ikut naik. Sebab beras merupakan kebutuhan pokok rakyat banyak sehari-hari. Maka mendorong harga-harga kebutuhan pokok yang lain ikut naik. Sehingga terjadi inflasi kelompok bahan makanan ini tinggi sebesar 7,2% - 7,7%. Ini yang disebut dengan kejutan inflasi kelompok makanan (volatile food inflation). Sedangkan inflasi Nasional tahun ke tahun (year on year) 2,57% di Januari 2024. Kemudian pertumbuhan ekonomi Indonesia 5%. Sudah pasti menggerus pendapatan nyata (real income) rakyat.
Oleh sebab itu di sini diperlukan kebijakan pemerintah untuk melakukan stabilisasi harga & ketersediaan kebutuhan pokok rakyat. Agar tidak terjadi inflasi yang tinggi yang akan menggerus "real income" atau pendapatan nyata rakyat.
Apakah menambah pasokan, subsidi pupuk & obat-obatan petani, melakukan impor, meningkatkan kapasitas nasional melalui perluasan lahan baru, redistribusi assets lahan, membangun pabrik pupuk dan sebagainya. Goal nya jangka panjang adalah untuk Ketahanan Pangan Nasional Menuju Kedaulatan Pangan. Mengingat Pangan Nasional Indonesia Defisitnya Besar sekali 45% - 80%. Inilah yang tidak dilakukan tuntas oleh Pemerintahan Rezim Jokowi 10 tahun ini (tdak memiliki political will). Karena ia lebih mementingkan pembangunan infrastruktur yang over confident dan ambisi project mercusuar IKN. Kemudian hiden agenda politiknya pribadi untuk kepentingan keluarga dan kroni barunya. Kekuasaan telah melupakan segalanya. Meskipun kinerjanya diapresiasi tinggi dan jasanya besar. Tetapi dirusak oleh kesalahan yang paling mendasar dan prinsip (abuse of power). Lebih mementingkan keluarga dan kroni barunya dari pada rakyat, bangsa dan negara. Tidak sebanding semua itu. Dan kita kaum 2014 & 2019 yang tidak cinta buta kepada Jokowi menjadi menyesal dan kecewa serta merasa ikut berdosa. Tapi nasi telah menjadi bubur. Semoga pelajaran mahal bangsa ini tidak terulang kembali. Skn.