
10/04/2025
Di sebuah peternakan yang penuh harapan, revolusi pun dimulai.
Dulu, para hewan di Peternakan Manor hidup di bawah tekanan manusia. Mereka bekerja keras dari pagi hingga malam, tapi hasil kerja mereka sepenuhnya dinikmati oleh manusia—pemilik peternakan.
Hingga suatu hari, seekor babi tua bernama Old Major menanamkan mimpi akan kebebasan dan kesetaraan. “Kita harus bangkit,” katanya. “Manusia bukan penguasa yang sah. Kita bisa mengatur diri kita sendiri.”
Lalu revolusi pun terjadi.
Para hewan menggulingkan manusia dan mendirikan sistem baru. Mereka menyebutnya Animalism—sebuah filosofi di mana semua hewan setara. Tidak ada atasan, tidak ada penindasan. Semua bekerja demi kebaikan bersama.
Awalnya, semua terasa ideal.
Tapi lambat laun, sesuatu berubah.
Babi-babi yang memimpin mulai merasa mereka berbeda.
Mereka tinggal di rumah manusia yang dulu mereka benci. Mereka tidur di kasur empuk. Mereka minum susu, makan apel, dan akhirnya—berdagang dengan manusia. Mereka bahkan mengubah aturan.
Slogan yang dulunya berbunyi:
“Semua hewan diciptakan setara,”
berubah menjadi:
“Semua hewan diciptakan setara… tapi beberapa lebih setara daripada yang lain.”
Para hewan lain—yang bekerja di ladang, yang tidur di kandang—perlahan menyadari: mereka memang tidak lagi dijajah oleh manusia. Tapi mereka kini dikuasai oleh elit baru. Elit yang pernah mereka percaya.
Refleksi untuk Kita Hari Ini:
Kisah ini ditulis George Orwell pada tahun 1945. Tapi entah kenapa… terasa begitu relevan hari ini.
Janji-janji pemimpin yang dulu membakar harapan rakyat, kini hanya tinggal slogan.
Rakyat diminta bersabar, pemimpin berpesta.
Rakyat diajak hidup sederhana, mereka justru menumpuk kekuasaan.
Pertanyaan untuk Kita:
Apakah kita juga sedang hidup dalam versi baru dari Peternakan Orwell?
Apakah ini reformasi… atau hanya revolusi yang dikhianati?
Tulis pendapatmu di kolom komentar.
Mari kita bahas bersama—dengan kepala dingin dan hati yang terbuka.