Suduik Minang

Suduik Minang Suduik Minang adalah media MINANG yang KRISTIS DAN EDUKATIF

Tempat berbagi informasi dan tempat saling bersilahturahmi sesama perantau

Miris !
15/09/2025

Miris !

INDAK USAHBATERIAK TARUIHUNTUAK DPR BUBARCUKUIK TURUNKAN GAJINYO SAMOAN JO UMR SUMBARSAMO CABUIK TUNJANGANNYOBEKO BUBAR ...
03/09/2025

INDAK USAH
BATERIAK TARUIH
UNTUAK DPR BUBAR
CUKUIK TURUNKAN GAJINYO SAMOAN JO UMR SUMBAR
SAMO CABUIK TUNJANGANNYO
BEKO BUBAR SURANG SE DPR TUMAH

02/09/2025

Ungkapan "Leiden is lijden," yang berarti "memimpin adalah menderita," sering dikaitkan dengan tokoh nasional H. Agus Salim sebagai sebuah falsafah atau pandangan tentang kepemimpinan yang menuntut pengorbanan, tantangan, dan kesederhanaan, seperti yang ia teladankan dalam perjuangannya di dunia politik dan diplomasi Indonesia.

Kaitan dengan H. Agus Salim

Falsafah Hidup:

Agus Salim dikenal dengan gaya hidup sederhananya dan menolak fasilitas mewah yang ditawarkan negara, sesuai dengan prinsip leiden is lijden tersebut.

Simbol Kepahlawanan:

Kisah kepemimpinan Agus Salim sering menjadi contoh nyata dari makna semboyan Belanda ini, menunjukkan bahwa menjadi pemimpin berarti harus siap menghadapi kesulitan dan pengorbanan.

Tugas Pengabdian:

Ia tidak melihat kepemimpinan sebagai zona nyaman, melainkan sebagai tugas pengabdian yang memerlukan kesediaan untuk bekerja dalam keterbatasan demi kemaslahatan yang lebih besar.

Makna "Memimpin Adalah Menderita"

Tantangan dan Penderitaan:

Seseorang yang memimpin harus siap menghadapi berbagai tantangan, baik secara fisik maupun batin, termasuk menerima pendapat yang pahit.

Pengorbanan Pribadi:

Kepemimpinan yang baik sering menuntut pengorbanan pribadi demi tercapainya tujuan yang lebih besar bagi masyarakat atau organisasi.

Kehadiran dalam Kesulitan:

Pemimpin yang ideal adalah mereka yang hadir dan aktif dalam situasi sulit, bukan hanya saat keadaan mudah atau menguntungkan.

🇧🇪MARI JAGO RANAH MINANG 🇧🇪Ketum MUI Sumbar Buya Gusrizal Ingatkan: Demonstrasi Itu Cara, Bukan TujuanMINANGKABAUNEWS.co...
02/09/2025

🇧🇪MARI JAGO RANAH MINANG 🇧🇪

Ketum MUI Sumbar Buya Gusrizal Ingatkan: Demonstrasi Itu Cara, Bukan Tujuan

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat, Buya Dr. Gusrizal Gazahar, menekankan pentingnya memahami kembali konsep bernegara yang telah disepakati bersama sejak awal berdirinya republik ini.

Menurutnya, Indonesia dibangun atas dasar komitmen kebangsaan yang disebut Dar al-Mîtsâq al-Wathani—sebuah negara hasil konsensus dan kesepakatan kolektif bangsa.

“Komitmen kebangsaan kita adalah permusyawaratan, karena itu yang ada dalam Pancasila. Namun dalam narasi kebangsaan dan demokrasi hari ini, yang lebih menonjol justru demokrasi,” ujar Buya dalam sebuah pernyataan di Padang, Sabtu (30/8).

Dalam pandangan Buya, penyampaian pendapat di muka umum melalui demonstrasi memang dijamin undang-undang. Ia tidak menolak hak warga untuk berdemonstrasi. Namun ia mengingatkan agar jangan sampai cara itu berubah menjadi tujuan.

“Cara tetaplah cara. Tujuan utamanya menyampaikan pendapat: bisa usulan, kritikan, atau bantahan,” katanya.

Buya Gusrizal kemudian mencontohkan tradisi Islam yang memberi ruang kritik kepada pemimpin. Ia mengutip kisah Khalifah Umar bin Khattab yang ditegur langsung oleh seorang perempuan ketika hendak membatasi mahar. Bahkan, kata Buya, Umar dengan rendah hati menerima nasihat tersebut. “Mengingatkan pemimpin itu bukan haram di muka umum. Boleh saja, selama dengan cara yang benar,” ujarnya.

Namun, Buya mengingatkan agar penyampaian aspirasi tidak kehilangan arah. Ia menyindir fenomena demonstrasi tanpa tujuan yang jelas. “Ada yang ketika ditanya kenapa demo, jawabnya: saya ikut saja karena orang ngumpul. Ini tidak jelas,” katanya.

Menurutnya, aspirasi yang disampaikan seharusnya berorientasi pada kemaslahatan bersama, bukan malah berbalik menimbulkan mudarat. Ia berharap pemerintah lebih sensitif terhadap suara masyarakat. “Jangan pandang demo itu hal yang lumrah. Dengarkan, karena di baliknya ada beban berat rakyat,” ujar Buya.

Sebagai Ketum MUI Sumbar, ia mengaku merasakan langsung keluhan umat yang semakin terhimpit dengan kenaikan pajak dan beban ekonomi lainnya. “Saya tidak rajin di kantor, lebih sering keliling. Saya lihat sendiri beratnya beban umat hari ini,” ungkapnya.

Di akhir pesannya, Buya menekankan agar masyarakat, khususnya di Sumatera Barat, bersikap arif dan tidak mudah terbawa arus.

“Membaca situasi dengan bijak adalah kunci. Aspirasi boleh disampaikan, tapi ingat, demonstrasi itu hanya cara, bukan tujuan. Jangan karena tikus beberapa ekor, lumbung p**a yang dibakar,” tutupnya

via : Minangkabaunews.com

B**g Hatta, Pemimpin yang Menjaga Nurani BangsaHari ini, Rabu (12/8/2015), 113 tahun lalu di Bukittinggi, Sumatra Barat,...
28/08/2025

B**g Hatta, Pemimpin yang Menjaga Nurani Bangsa

Hari ini, Rabu (12/8/2015), 113 tahun lalu di Bukittinggi, Sumatra Barat, lahir seorang Bapak Bangsa Indonesia, B**g Hatta. Pemilik nama lengkap Muhammad Athar ini mewarisi darah ulama dan saudagar dari kedua orang tuanya. Tidak mengherankan, demikian kata sejarawan UI Anhar Gonggong, B**g Hatta terbiasa memadukan keilmuwan duniawi dengan keteguhan prinsipnya sebagai seorang Muslim.

"B**g Hatta itu adalah orang yang jujur pada dirinya dan pada diri orang lain. Artinya, kejujuran adalah pegangan utama dalam hidupnya," ujar Anhar Gonggong, Senin (10/8/2015).

Di tempat lain, penulis biografi B**g Hatta, Mavis Rose (1991:364), menuliskan kutipan dari sosok proklamator tersebut: "Salah satu hal yang harus diajarkan kepada masyarakat Islam ialah bahwa mereka harus menganut ilmu garam, yang terasa tapi tidak terlihat, bukan ilmu lipstik, yang terlihat tetapi tidak terasa." Rupanya, prinsip itulah yang dengan teguh B**g Hatta tunjukkan, baik sebagai pejuang kemerdekaan maupun pembela demokrasi.

Ketika belajar di negeri Belanda, sebagian besar waktu kuliah B**g Hatta muda tercurah untuk memimpin Perhimpunan Indonesia (PI). Goresan penanya selalu dengan keras mengecam penjajahan dan menyuarakan kemerdekaan. Puncaknya, pada 24 September 1927 bersama dengan tiga kawan seperjuangannya di PI, B**g Hatta dijebloskan ke penjara Cassiusstraat atas tuduhan berupaya menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pledoinya di pengadilan Den Haag menelanjangi standar ganda kolonialisme yang dinilainya "berpikiran sempit dan licik." Belakangan, vonis bebas majelis hakim Den Haag terhadap empat aktivis PI tersebut justru disambut gembira sebagian rakyat Belanda yang humanis.

"Kami telah disiksa selama bertahun-tahun di negeri ini dengan segala macam cara. Kami berpikir bahwa kami akan menikmati, di tanah Grotius, di mana orang membual tentang hak asasi dari warga negara yang bebas, hak-hak dasar yang sama," demikian penggalan pledoi B**g Hatta, Indonesia Merdeka.

Menurut Anhar, B**g Hatta tercatat sebagai doktorandus ilmu ekonomi pertama Sekolah Tinggi Ekonomi Rotterdam (kini Erasmus Universiteit Rotterdam), Belanda. Alih-alih meneruskan karier di negeri orang, rasa cintanya untuk melihat Indonesia merdeka membuatnya segera kembali ke Tanah Air, setelah 11 tahun lamanya belajar di Eropa. Pergerakan nasional menjadi bersatu di bawah kepemimpinan dwitunggal Sukarno-Hatta. Dua Bapak Bangsa ini mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 serta penyerahan kedaulatan pada 1949.

Sederhana
Setelah Indonesia merdeka, Anhar menceritakan, B**g Hatta tak ambisius untuk menduduki jabatan di pemerintahan. Ambisi B**g Hatta hanyalah demi mewujudkan kemakmuran ekonomi dan mencerdaskan kehidupan rakyat Indonesia seluruhnya. Hal ini tampak dari konsistensinya untuk hidup sederhana dan berkhidmat untuk kepentingan negara.

Anhar menyebut, pernah suatu ketika istri B**g Hatta lama menabung untuk bisa membeli sebuah mesin jahit. Namun, ternyata Nyonya Rahmi Hatta mesti kecewa lantaran uang tabungannya tak mencukupi. Sebab, pemerintah memberlakukan kebijakan sanering atau pemotongan nilai mata uang menjadi 10 persen dari nilai semula. Anhar menuturkan, saat ditanya, B**g Hatta yang saat itu wakil presiden menjawab lembut kepada istrinya: "Ini rahasia negara, Bu. Tidak boleh bocor ke siapa pun."

"Itu autentisitas B**g Hatta sebagai pemimpin yang saya kira tidak ada duanya," ucap Anhar.

Sebagai pejuang prodemokrasi, keteguhan hati B**g Hatta tampak dari momentum peralihan bentuk negara Indonesia, dari negara federasi (RIS) ke negara kesatuan (NKRI) pada 1950. B**g Hatta merelakan jabatannya sebagai perdana menteri RIS ikut terhapus. Demikian p**a, sejarawan Anhar Gonggong menjelaskan, ketika pada 1 Desember 1956 B**g Hatta mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden lantaran sudah tak sejalan dengan sahabat seperjuangannya, B**g Karno.

"Dia mengatakan bahwa Demokrasi Terpimpin yang dirumuskan oleh B**g Karno itu hanya akan seumur dengan usia B**g Karno. Itu ditulisnya dalam (buku) Demokrasi Kita," ungkap Anhar.

Dampak dari memimpin adalah menderita. Ketika kembali menjadi rakyat biasa, B**g Hatta tetap mengkritisi sejumlah kebijakan Presiden Sukarno yang dinilainya salah langkah dan cenderung merugikan rakyat Indonesia. Misalnya, terkait cara pemerintah saat itu mengatasi lonjakan inflasi yang sudah mencapai 650 persen. Bahkan, seperti disebut Mochtar Lubis dalam buku Hati Nurani Melawan Kezaliman, Surat-surat B**g Hatta kepada Presiden Soekarno 1957-1965 (1986), B**g Hatta sendiri merasakan kesulitan dalam memenuhi biaya hidup sehari-hari keluarganya.

Dalam sebuah surat kepada B**g Karno tertanggal 17 Juni 1963, B**g Hatta menuliskan kegelisahannya akan nasib bangsa ke depan.

"Tujuan kita sosialisme, tetapi mismanagement pemerintah dalam hal ekonomi menimbulkan satu golongan kapitalis baru yang memandang dirinya 'orang elite', yang hidupnya mewah dan menganggap dirinya kelas yang diperlukan benar oleh orang-orang pemerintah di pusat dan daerah. Pertentangan kaya dan miskin sangat mencolok mata, belum pernah setajam sekarang ini." (Lubis, 1986:81).

Kendati demikian, hubungan baik di antara kedua tokoh bangsa itu tetap hangat. Misalnya, pada 12 Juli 1963 Presiden Sukarno menjenguk B**g Hatta yang sedang terbaring sakit di RSUP Jakarta. Tampak bahwa keduanya sebenarnya masih satu tujuan, yakni persatuan dan kemajuan bangsa, meskipun masing-masing sudah memilih jalan yang berbeda.

B**g Hatta konsisten menyuarakan solusi kepada pemerintah yang dinilainya masih kurang berpihak pada penderitaan rakyat. Deliar Noer (1990:669) mengutip tulisan B**g Hatta mengenai kemerosotan moral menjelang runtuhnya Orde Lama: "Kita selalu mencela dasar l'exploitation de l'homme par l'homme yang berlaku di zaman imperialisme kolonial. Tetapi, jangan dasar yang jelek itu diganti dalam Republik Indonesia kita ini dengan sistem yang lebih jelek lagi, yaitu l'exploitation de l'homme par l'etat (eksploitasi manusia untuk negara)."

Keberpihakan B**g Hatta pada hak-hak dasar rakyat tak gentar memasuki era Orde Baru. B**g Hatta berkeyakinan, tugas utama seorang pemimpin demokratis ialah memikirkan siapa penggantinya, bukan bagaimana mempertahankan kekuasaan terus-menerus. Mavis Rose menyebutkan, salah satu bentuk partisipasi politik B**g Hatta, yakni pengajuan petisi kepada DPR yang menyatakan bahwa Orde Baru telah mengabaikan Pancasila dan UUD 1945.

Sejumlah pasal di dalam konstitusi pun merupakan warisan pemikiran B**g Hatta. Khususnya, terkait sistem ekonomi nasional pada Pasal 33 UUD 1945. Mantan menteri koperasi dan UKM Adi Sasono memandang, era Presiden Joko Widodo (Jokowi) kini sejatinya merupakan saat yang tepat untuk mewujudkan cita-cita B**g Hatta dan para the founding fathers di UUD 1945. Sebab, lanjut dia, Presiden Jokowi telah mencanangkan, baik secara lisan maupun tertulis, nawacita dan trisakti sebagai komitmen untuk arah bangsa ke depan.

Politik ekonomi berdikari B**g Hatta termaktub dalam pandangannya tentang koperasi. Selain itu, ungkap Adi Sasono, B**g Hatta menegaskan bahwa pangkal ekonomi Indonesia sejatinya ada di dalam negeri, bukan pada aspek ekspor. Sebab, Indonesia sudah memiliki sejumlah aspek pendukung untuk ekonomi berdikari, semisal luas wilayah, jumlah penduduk yang banyak, potensi pasar yang sangat besar, serta sumber daya alam.

"Jadi, secara teoretis, kita bisa meminimalkan hubungan ketergantungan dengan pihak asing. Jangan mengutamakan tujuan ekspor sebagai sasaran ekonomi nasional. Kalau itu yang dilaksanakan, kita seperti mengubah ujung jadi pangkal. Itu kata B**g Hatta," jelas Adi Sasono yang pernah menjadi ketua panitia Peringatan Satu Abad B**g Hatta, Senin (10/8).

Dia menegaskan, pemikiran ekonomi B**g Hatta masih sangat relevan untuk terus diperjuangkan demi kedaulatan ekonomi Tanah Air. Bila tak mampu dijalankan pemerintahan kini, generasi muda diharapkan mampu meneruskannya. Sebab, umur seorang manusia boleh saja dibatasi kematian. Namun, gagasan serta semangat kemerdekaan yang dipelopori B**g Hatta janganlah berhenti atau diabaikan begitu saja.

Pada 14 Maret 1980, Indonesia menangis. B**g Hatta tutup usia dan, sesuai wasiatnya, jasadnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Rupanya, hingga akhir hayatnya B**g Hatta enggan dipisahkan dari rakyat yang dicintainya. Mavis Rose menyebutkan, ribuan orang datang berduyun-duyun menghadiri pemakaman. Dituliskannya, seorang rakyat biasa yang melayat berujar, "Kejujuran B**g Hattalah yang mendorong saya untuk datang." ***

Perjalanan dan Kiprah B**g Hatta

*12 Agustus 1902
Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi.
*1913
Menamatkan pendidikan ELS Padang.
*1916
Hatta memulai aktivitas politiknya saat terpilih menjadi bendahara Jong Sumatranen Bond wilayah Padang.
*1917
Menamatkan pendidikannya di MULO Padang.
*1919
Hatta melanjutkan, pendidikannya di Jakarta untuk belajar di HBS.
*1921
Hatta ke Belanda untuk kuliah di bidang ekonomi dan tinggal di sana selama 11 tahun.
*1923
Hatta menjadi bendahara organisasi Hindia Putera yang berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
*1924
Organisasi Indonesia Merdeka berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
*1926
- Hatta menjadi pimpinan PI.
- Di bawah kepemimpinannya, PI banyak memperhatikan perkembangan pergerakan di Indonesia.
*25 September 1927
- Hatta ditangkap oleh Belanda atas tuduhan mengikuti partai terlarang.
- Hatta kemudian dihukum penjara tiga tahun di Rotterdam.

*1928
Hatta menolak tuduhan Belanda dalam pidatonya "Indonesia Merdeka" pada sidang di pengadilan.
*1931
- Hatta mundur dari PI untuk mengikuti ujian sarjana.
- Akibat kemundurannya, PI jatuh ke tangan komunis.
- Pengikut Hatta membuat gerakan tandingan yang disebut Gerakan Merdeka yang di kemudian hari bernama Pendidikan Nasional Indonesia (PNI).
*1932
- Hatta kembali ke Tanah Air.
- Di Tanah Air, Hatta ditawarkan menjadi anggota parlemen Belanda. Tetapi, Hatta menolak.
*1934
- Hatta dan Sutan Sjahrir ditangkap dan dibuang ke Boven Diegul dan Banda Neira.
- Selama masa pembuangan, Hatta banyak menulis artikel perjuangan di media-media Jakarta.
*1942
- Setelah delapan tahun diasingkan, Hatta dan Sjahrir dibawa kembali ke Sukabumi.
- Belanda menyerah pada Jepang. Pada saat itulah Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.
*1945
- Awal Agustus, Sukarno dan Hatta diangkat menjadi ketua dan wakil ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
- 17 Agustus di Jakarta kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Sukarno dan Hatta.
- 18 Agustus Sukarno dan Hatta diangkat menjadi presiden dan wakil presiden RI.

*1947
Hatta ke India untuk membantu Indonesia dengan melakukan protes terhadap tindakan Belanda dan agar dihukum pada PBB.
*1949
Pada 27 desembar 1949 Ratu Juliana memberikan pengakuan atas kedaulatan Indonesia kepada Hatta.

*1956
- Hatta mengundurkan diri menjadi wakil presiden karena perbedaan pandangan dengan Sukarno.
- Setelah tak menjabat, kegiatan Hatta adalah menambah penghasilan dari menulis buku dan mengajar.
*1971
- Hatta diangkat menjadi penasihat presiden Soeharto dalam masalah pemberantasan korupsi.
*14 Maret 1980
Hatta wafat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta setelah 11 hari ia dirawat di sana.

Sumber: Pusat Data Republika

JAAN MAU DIADU DOMBA..MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat, Buya Dr. H....
01/08/2025

JAAN MAU DIADU DOMBA..

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat, Buya Dr. H. Gusrizal Gazahar Datuak Palimo Basa, melayangkan kritik pedas terhadap laporan Maarif Institute terkait insiden di Perumahan RT/02 RW/09, Padang Sarai, akhir pekan lalu. Dalam pernyataan tegasnya, Buya Gusrizal menyebut analisis lembaga itu “serendah itu”, “asal comot aturan”, dan “jahil (abai) terhadap fakta di lapangan”.

Buya Dr. Gusrizal membeberkan enam poin kelemahan fatal dalam laporan Maarif Institute:
1. Legalitas Bangunan: Lokasi kejadian bukan rumah ibadah sah. “Tidak ada izin pendirian, tetapi dianggap sebagai tempat ibadah. Ini pelanggaran prosedur!” tegasnya.
2. Lokasi Sensitif: Bangunan itu berdiri di tengah perkampungan Muslim padat, mengabaikan sensitivitas lingkungan.
3. Intoleransi Terselubung: “Memaksakan pendirian rumah ibadah ilegal di area Muslim, lalu menyebutnya ‘toleransi’, itu justru bentuk intoleransi!”
4. Kebohongan Publik: Pengelola awalnya mengklaim tempat itu sekadar “rumah doa”, tapi dalam laporan resmi ke Kantor Wilayah Kemenag Sumbar tercatat sebagai gereja. “Umat Islam merasa dibohongi!”
5. Kelalaian Otoritas: Laporan ke Kanwil Kemenag diterima tanpa verifikasi, meski jelas melanggar Peraturan Bersama Menteri No. 9/2006 tentang syarat pendirian rumah ibadah.
6. Agenda Terselubung?: “Tak bisa disangkal, ada dugaan lembaga ini bermisi merendahkan umat Islam Minang sebagai target. Na’udzu billahi min syururihim
Dokumen Warga: Konflik Dinyatakan Bukan SARA
Kritik ini muncul meski warga setempat telah membuat Pernyataan Bersama (30 Juli 2025) yang menegaskan insiden 27 Juli sebagai “masalah sosial”, bukan agama atau suku. Dokumen ditandatangani perwakilan adat (Suku Nan Sapuluah, Warga Nias), Lurah, Camat, dan KUA, menyatakan komitmen menjaga kerukunan dan menolak ujaran kebencian.

MUI Sumbar: Maarif Harus Bertanggung Jawab
Buya Gusrizal menuntut Maarif Institute mencabut laporan yang “menyesatkan publik” dan meminta maaf kepada umat Islam. “Analisis yang mengabaikan hukum positif dan fakta di lapangan hanya memecah belah bangsa. Ini bukan kajian, tapi provokasi!”

Tanda Tanya Besar untuk Maarif Institute
1. Mengapa mengabaikan status ilegal bangunan?
2. Kenapa tak menyoroti pelanggaran prosedur oleh pengelola?
3. Apa dasar menyamakan tempat ilegal dengan “rumah ibadah” yang dilindungi UU?
Insiden ini menyisakan catatan pilu: lembaga yang diharapkan menjadi oase perdamaian justru menuai badai karena analisis ceroboh. Seperti peringatan Buya Gusrizal:
“Jika lembaga tak mampu jujur pada fakta, lebih baik diam daripada jadi pemicu api baru.”

https://minangkabaunews.com/maarif-institute-dikecam-mui-sumbar-analisis-dinilai-jahil-dan-abaikan-fakta-lapangan/

 BismillahAssalamu'alaikum Warahmatullahi WabarakatuhAlhamdulillah kami mengucapkan terimakasih banyak atas donasi yang ...
01/07/2025



Bismillah
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah kami mengucapkan terimakasih banyak atas donasi yang masuk. Semoga segenap kebaikan Bapak/Ibuk, Saudara/i dilipatgandakan pahalanya oleh Allah, dibalasi dengan yang lebih baik, dan diberkahi pada harta dan keluarga. Aamiin. Jazakumullahu khairan wa baarakallahu fiikum.

*Kami mohon maaf karena baru bisa membalas pesan dari Bapak/Ibuk.* Karena menjelang Isya tadi baru sampai di rumah dari RS Otak Bukittinggi.

*Data sementara donasi yang masuk per 30 Juni 2025 pada jam 21:30 adalah 30 Juta lebih kurang. Karena donasi masih terus berjalan, InsyaAllah kami akan terus mengupdatenya.*

Untuk yang bertanya kronologi kejadian yang menimpa Ustadzah Wahyuni Putri:

Pada saat beliau sedang tidur, sekira pukul 03:00 dini hari, suami beliau datang dan membekap mulut beliau dengan bantal, kemudian memukul kepala beliau berulang-ulang dengan palu besi. Menggunting daun telinga beliau dan menusuknya dengan ujung gunting. Sehingga tengkorak kepala beliau retak dan luka parah, harus menjalani operasi yang membutuhkan biaya yang telah kami sebutkan. Setelah melakukan perbuatan kejam tersebut, suami beliau mematikan lampu dan kabur dengan membawa sepeda motor Ustadzah Putri dan mengambil HP milik Ustadzah Putri. Dengan bersimbah darah dan sisa sisa tenaga, Ustadzah menguatkan diri keluar rumah meminta pertolongan kepada tetangga sehingga ditelpon ambulance dan dibawa ke RS.

Rino alias monok, suami dari Ustadzah Putri, melakukan semua perbuatannya itu dalam pengaruh narkoba. Pihak keluarga telah membuat laporan kepada pihak kepolisian dengan kasus penganiayaan, perampokan, dan narkoba. Dan sampai saat ini suami sang Ustadzah masih berstatus DPO. Bagi Bapak/ Ibuk yang melihatnya untuk segera melaporkan kepada pihak berwajib.

Sekali lagi jazakumullahu khairan, dan mohon maaf tidak bisa membalas setiap pesan. *Dan kami menggunakan rekening pribadi, bukan rekening yayasan. Untuk memudahkan pengecekan setiap donasi yang masuk, karena bisa diakses dengan fitur mobile banking, penggalan dana ini perlu cepat. Sedangkan rekening yayasan tidak bisa dengan fitur tersebut. InsyaAllah kami akan update setiap donasi yang masuk.*

Ttd

Ustadz Alex Sutriono. Lc

04/03/2025

RAYO SAMAKIN DAKEK RANAH MINANG MAKIN TARINGEK..

SEMOGA KITO SADONYO BISA BARAYO DIKAMPUANG TACINTO.....



VC: NATGEO INDONESIA

BAA KABA SANAKLAI DAK PAYAH MANCARI GASSEMOGA GAS NORMAL KEMBALIBIA KITO URANG NAN DAK BAPUNYO KO DAK MARASI TARUIHOK GA...
03/02/2025

BAA KABA SANAK
LAI DAK PAYAH MANCARI GAS

SEMOGA GAS NORMAL KEMBALI
BIA KITO URANG NAN DAK BAPUNYO KO DAK MARASI TARUIH

OK GAS 👊🏼😆

Sabanta Lai puasoDak lamo lai rayo sanak...Makin Tabayang bayang Ranah Minang 🥰wOii... urang rantau Kumpuanlah pitih unt...
08/01/2025

Sabanta Lai puaso
Dak lamo lai rayo sanak...

Makin Tabayang bayang Ranah Minang 🥰

wOii... urang rantau Kumpuanlah pitih untuak p**ang kampuang 😁

HIMBAUAN DARI KETUA MUI SUMBARBUYA GUSRIZAL GAZAHARSEMOGA URANG MINANG MAIIKUTI BAIAK DI RANAH MINANG DAN DI PARANTAUAN
31/12/2024

HIMBAUAN DARI KETUA MUI SUMBAR
BUYA GUSRIZAL GAZAHAR

SEMOGA URANG MINANG MAIIKUTI BAIAK DI RANAH MINANG DAN DI PARANTAUAN

Address

Jakarta

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Suduik Minang posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Suduik Minang:

Share