08/11/2024
Jam dinding berdetak , jarum panjang menunjuk angka enam, sementara jarum pendek sudah hampir menyentuh angka tujuh. Detak jantungku ikut berpacu, mengikuti desakan waktu yang terasa semakin cepat. Keringat dingin membasahi dahi. Sejak subuh, aku sudah sibuk menyiapkan segala sesuatunya: seragam sekolah anak, sarapan, dan diriku sendiri.
"Alhamdulillah, masih sempat," ucapku lega saat berhasil mengantar anak ke sekolah tepat waktu. Rasa cemas yang menyelimuti dada perlahan mereda. Aku mencari bangku untuk sejenak menenangkan diri.
Seorang ibu menghampiri gerbang sekolah, menggandeng seorang anak. Ia tampak cuek dan tidak memperhatikan sekitarnya, hanya fokus sama anaknya saja. Ketika anaknya sudah masuk kelas, ia pun keluar melewati gerbang dan aku masih ada di situ, duduk di atas motorku. Aku tersenyum ramah untuk memberikan salam silaturahmi kepada sesama orang tua yang anaknya sekolah di situ. Namun, senyumku tak terbalas. Ia justru menunduk, seolah tak melihatku, melintas tanpa pedulikan adanya diriku.
"Ah, sudahlah," gumamku dalam hati. "Mungkin ia sedang dalam keadaan yang tidak baik."
Aku mengalihkan perhatian pada anakku yang sedang asyik berbincang dengan teman-temannya. Tiba-tiba, terdengar suara benturan keras. Aku menoleh. Motor milikku tergores akibat ditabrak oleh motor ibu-ibu tadi.
"Maaf," ujarnya singkat, tanpa ada niatan untuk memperbaiki posisi motornya dan kerusakan yang ditimbulkannya, padahal, jalan di belakangnya masih cukup luas untuk ia mundurkan motornya.
Betapa terkejutnya aku ketika ia kembali menabrak motorku untuk kedua kalinya. Seolah tak ada rasa bersalah sedikit pun. Dengan santai, ia berusaha melepaskan ban motornya yang nyangkut di bagian belakang motorku.
"Duh, gimana sih orang ini," gumamku kesal. Aku sangat kecewa dengan sikapnya. Harusnya kesalahan sekali itu jika sudah dimaafkan, janganlah diulang lagi. La, ini malah diulang sampai dua kali.
Aku memilih untuk diam. Bukan karena takut atau tidak berani menegurnya, melainkan karena aku tidak ingin menurunkan martabatku dengan bertengkar dengan orang yang tidak memiliki sopan santun.
Di sisi lain, aku melihat gelegat yang tidak biasa dari ibu itu. Pandangannya terasa berat penuh tekanan. Aku nggak tahu, apa sebenarnya yang terjadi terhadap dirinya sehingga bisa berbuat seperti itu?
Ya, sudah. Be positive thinking saja. 🤩