Nutrisi Jiwa

Nutrisi Jiwa "A haven for relaxation and tranquility. Unwind with soothing music, meditation, and positive affirmations."

"Unveiling History: The 4,500-Year-Old Tunic at the Egyptian Museum"😱🥰🇯🇴😊
13/08/2025

"Unveiling History: The 4,500-Year-Old Tunic at the Egyptian Museum"😱🥰🇯🇴😊


31/01/2023
26/01/2016

Bismillahirrohmanirrohim...
Assalamu alaikum...

Umroh 8 Februari 2016 maskapai Garuda
Bagi yg ready pasport, tersisa 5 seat lagi...paling lambat registrasi 29 Januari 2016

Untuk Maret keberangkatan 8 Maret 2016 dengan biaya $2.100

Fasilitas Jama'ah :

* Fasilitas Hotel:
Makkah Haneen Firdaws 150 m
Madinah Royal Andalus 50 m
* Tiket Pesawat Jambi - Jakarta - Jeddah PP
* Visa Umroh
* Makan 3 x/hari Menu Nusantara
* Ziarah & City Tour Makkah (Termasuk Museum Al Haramain & Hudaybiyyah)
* Transfortasi darat di Tanah Suci bus AC
* Air Zamzam 1 Galon
* Airport Tax
* Perlengkapan (Koper, tas dokumen, tas serbaguna, bahan batik, kain Ihrom, mukena, ID Card, buku do'a)
* Maskapai Garuda

04/07/2015

Assalamu alalaikum...

Harga Umroh promo untuk Januari 2016||$ 1.850
Maskapai Garuda
Seat & waktu terbatas
Pendaftaran paling lambat 8 Juli 2015
Hayyu buruan...
085268040760
PIN 54E8C8E7

Keberangkatan Jama'ah Zara Tour 3 Mei 2015
04/05/2015

Keberangkatan Jama'ah Zara Tour 3 Mei 2015

03/05/2015

Segera...

Umroh Ramadhan 15 Ramadhan 1436 H sampai 2 Syawal 1436 H

03/05/2015

Assalamu alaikum...

Bismillahirrohmanirrohim...

Info Umroh Reguler Mei 2015

Paket Umroh 9 hari, 28 Mei 2015
* Fasilitas Hotel:
Makkah Haneen Firdaws 150 m
Madinah Royal Andalus 50 m
* Tiket Pesawat Jambi - Jakarta - Jeddah PP
* Visa Umroh
* Makan 3 x/hari Menu Nusantara
* Ziarah & City Tour Makkah (Termasuk Museum Al Haramain & Hudaybiyyah)
* Transfortasi darat di Tanah Suci bus AC
* Air Zamzam 1 Galon
* Airport Tax
* Perlengkapan (Koper, tas dokumen, tas serbaguna, bahan batik, kain Ihrom, mukena, ID Card, buku do'a)
* Maskapai Garuda

Barokallah...

12/11/2014

Wasiat #2 – Melihat Pada Orang yang Lebih Rendah Dalam Hal Materi

Wasiat Kedua dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada Abu Dzar Al Ghifari RA. adalah Melihat Pada Orang yang Lebih Rendah Dalam Hal Materi dan Penghidupan.



Saudaraku yang dirahmati Allah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita agar senantiasa melihat orang yang berada di bawah kita dalam masalah kehidupan dunia dan mata pencaharian. Tujuan dari hal itu adalah supaya kita tetap mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:



“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu” . [HR. Bukhari].

Melalui hadits ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingatkan umatnya untuk tidak menengadahkan pandangan kepada mereka yang kehidupannya berada pada tempat lebih tinggi dalam segi keduniawian. Orang-orang yang dimaksud ini adalah orang-orang yang hidup di dalam gelimang harta kekayaan yang melimpah, posisi atau kedudukan atau jabatan yang tinggi, dan lain sebagainya.



Disadari atau tidak, kita seringkali lupa untuk mengikuti perintah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ini. Kita seringkali melihat kepada orang-orang yang berada di atas kita. Padahal ini merupakan salah satu jebakan syaitan yang bisa menjerumuskan kita ke dalam jurang kerugian. Bagaimana hal itu terjadi? Yaitu ketika kita silau melihat mereka yang hidupnya menurut kita jauh lebih enak, nyaman dan tentram, sehingga kita pun lupa untuk mensyukuri segala karunia Allah Swt. yang sudah kita miliki.



Ketika kita tinggal di rumah kontrakan dan terpukau melihat mereka yang tinggal di rumah sendiri yang megah nan mewah, maka ingatlah selalu bahwa di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang hidup tidak lebih baik dari kita. Yaitu, mereka yang tinggal di kolong-kolong jembatan dan di emperan pertokoan.



Atau, ketika kita melihat orang lain yang memiliki penghasilan lebih besar daripada kita kemudian timbul rasa iri hati pada diri kita, maka ingatlah bahwa di luar sana masih begitu banyak orang-orang yang bekerja serabutan, orang-orang tidak memiliki pekerjaan, dan orang-orang yang tidak tahu darimana dan bagaimana ia dapat uang esok hari.
Akan tetapi lain halnya apabila kita berbicara dalam urusan agama, ketaatan, pendekatan diri kepada Allah Swt.. Dalam urusan ini sudah seharusnya kita melihat kepada orang yang berada di atas kita, yaitu para nabi, para sahabat, para syuhada, dan orang-orang shaleh. Mengapa? Supaya kita termotivasi untuk meneladani kesungguhan dan kegigihan mereka dalam meningkatkan kualitas ibadah terhadap Allah Swt.. Bahkan, sudah semestinya kita berlomba-lomba untuk melakukannya. Allah Swt. berfirman,



“Dan untuk yang demikian itu, hendaknya orang berlomba-lomba”. (QS. Al Muthaffifîn [83]: 26).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita untuk melihat kepada orang yang berada di bawah kita dalam masalah dunia. Hal ini dimaksudkan agar kita menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur dan qana’ah. Yaitu, orang yang senantiasa merasa cukup dengan apa yang Allah telah karuniakan kepada kita, tanpa perasaan iri dan dengki terhadap manusia.



Abu Dzar RA. adalah teladan kita dalam hal ini. Beliau mencari makan untuk hari yang sedang dijalaninya. Adapun untuk keesokan harinya beliau akan mencarinya lagi. Beliau melakukan yang demikian itu terus-menerus dalam kehidupannya. Mudah-mudahan Allah Swt. meridhai beliau.

09/11/2014

Jangan Diperbudak Keinginan

Apabila setiap keperluan kita tercukupi, sunggu itu karunia yang luar biasa.

dan Alloh membuat kita susah berbuat dosa.

ada rencana untuk berbuat kejelekan, kemudian digagalkan Alloh.

Mau membuat usaha yang menjerumuskan, tiba-tiba tidak jadi.

Berteman dengan yang bisa menggelincirkan ke maksiatan, dibuat Alloh mejauh.

Kita punya kawan yang punya jabatan, tapi dibuat Alloh tidak mau bersahabat dengan kita, karena Alloh tau kalau bersahabat dengan kita, cenderung membuat hati kita keras.

Jatuh cita kepada seseorang, belum jadi halal, tiba-tiba yang ditaksir jatuh cinta kepada orang lain, sehingga tidak bisa dekat dengan kita. itu pun karunia Alloh.

Apapun yang membuat kita jauh dari Alloh, kemudian dicegah Alloh. maka itu NIKMAT.

Apapun yang dimudahkan tapi membuat kita jauh dari Alloh, maka itu PETAKA.

Rezeki itu sebetulnya bukan punya tabungan, punya kendaraan, tetapi saat kita memerlukan kita bisa menggunakan. tanpa harus hati kita terikat dengan duniawi.

semakin banyak kenginan, akan membuat kita semakin sengsara.

Padahal Alloh lebih tahu kebutuhan kita daripada kita sendiri.

09/11/2014

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang telah berbuat kebaikan kepada kalian, hendaklah kalian membalasnya. Jika kalian tidak mampu membalasnya, berdoalah untuknya, hingga kalian tahu bahwa kalian telah bersyukur. Allah adalah Dzat Yang Maha Tahu berterima kasih dan sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur.” (HR. Thabrani).



Orang tua menjadi perantara kelahiran kita ke dunia. Tidak semua orang tua seideal yang diharapkan. Namun, darah dagingnya ada di dalam tubuh kita. Kita harus berterimakasih kepada mereka dengan sekuat tenaga. Sikap berterimakasih kita adalah dengan membawa mereka menjadi calon penghuni surga. Demikianlah bentuk sikap mensyukuri kebaikan orang tua kita dan bentuk rasa syukur kita kepada Allah Swt.



Dunia pasti berakhir. Perpisahan antara orang tua dengan anak pasti terjadi. Namun, itu hanya di dunia saja. Pertemuan dan perkump**an bisa terjadi kembali di akhirat sana dan bisa juga tidak. Sedang, kebahagiaan yang besar adalah apabila orang tua dan anaknya bisa berkumpul kembali di surga. Oleh karena itulah Allah Swt berfirman,



يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارً۬ا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡہَا مَلَـٰٓٮِٕكَةٌ غِلَاظٌ۬ شِدَادٌ۬ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahriim [66]: 6).



Firman Allah Swt di atas menunjukkan bahwa kita diperintahkan untuk mengajak keluarga kita menuju surga.



Ada orang yang meminjam motor di pagi hari. Kemudian ia mengembalikan motor itu kepada pemiliknya di sore hari dalam keadaan sangat kotor, bensin habis, spion bengkok, ban belakang bocor dan jok tergores. Kira-kira apa yang dirasakan sang pemilik motor? Bisa dipastikan ia kapok meminjamkan motor bahkan barang-barang lainnya kepada orang tersebut.



Bandingkan dengan orang yang meminjam motor. Kemudian saat mengembalikannya, tanpa disisipi niat pamrih, motor itu dikembalikan dalam keadaan bersih mengkilap karena telah dicuci. Bensin pun penuh, padahal saat ia pinjam motor itu bensinnya hanya setengah saja. Kira-kira apa yang dirasakan sang pemilik motor? Ia bahkan tidak akan segan-segan menawarkan kembali motornya untuk dipinjamkan. Bahkan ia pun tidak akan segan membantunya tanpa dipinta. Beginilah berkah dari sikap berterimakasih kepada sesama manusia.



Seringkali kita mengalami bahwa ketika kita meminjam suatu barang dari orang lain, kita merasa bahwa barang tersebut seperti hak kita. Akan tetapi, ketika harus mengembalikan barang itu, kita bersikap seenaknya seolah barang itu benar-benar milik kita.



Ada orang yang terbiasa nebeng pada kendaraan orang lain disebabkan kebetulan memiliki rute satu arah. Satu kali, dua kali mungkin masih biasa-biasa saja, terasa wajar-wajar saja. Akan tetapi jika terlalu sering maka jadi lain ceritanya. Apalagi jika disengaja mencari-cari kesempatan agar bisa terus-menerus nebeng. Apabila kita terlalu sering melakukan hal seperti ini, terlalu sering membebani orang lain, maka kemungkinan besar kehormatan kita akan semakin menurun.



Sikap membebani orang lain ini berlaku juga pada sikap kebiasaan meminta-minta kepada orang lain. Yaitu sikap menggantungkan kehidupan dari meinta-minta kepada orang lain tanpa mau melakukan usaha dengan cara bekerja menjemput rezeki Allah Swt. Sikap ini jelas-jelas akan menjatuhkan kehormatan diri orang yang meminta-minta. Bahkan, sikap seperti ini dilarang oleh Rasulullah Saw. Dalam salah satu haditsnya beliau bersabda, “Lebih baik seseorang bekerja dengan mengumpulkan seikat kayu bakar di punggungnya dibanding dengan seseorang yang meminta-minta lantas ada yang memberi atau enggan memberi sesuatu padanya.“ (HR. Bukhari)



Jika kita merasa diri sering membebani orang, maka berinisiatiflah untuk membalas budi baiknya. Ketika kita terlalu sering membebani orang lain, maka kita akan semakin banyak berutang budi. Jangan pernah enak atau betah menjadi orang yang berutang budi. Setiap orang yang ingin terjaga kemuliaan dan kehormatan dirinya, pantang hutang budi. Jikapun kita ternyata menjadi beban orang lain, maka balaslah kebaikannya sebisa mungkin dengan apa yang kita bisa. Itulah sikap syukur, mensyukuri kebaikan orang lain terhadap kita.



Jangan keenakan terlalu sering ditraktir orang. Terlalu sering menjadi orang yang ditraktir oleh orang lain akan mengikis kehormatan atau wibawa diri kita. Balaslah kebaikan orang yang sering mentraktir kita. Jika demikian sikap kita, barulah kita akan merasakan nikmat yang lebih banyak datang menghampiri kita.



Apabila seseorang terlalu sering menjadi benalu bagi orang lain, Allah akan mengurangi bahkan menghilangkan kehormatan dirinya. Sebagai contoh, seorang aparat hukum yang sedang bertugas di jalan raya. Pakaiannya gagah, sepatu hitam mengkilap, motor mantap, kaca mata hitam semakin membuatnya nampak menyegankan. Namun, tiba-tiba saja ia memberhentikan seorang pengendara motor, menilangnya tanpa alasan yang ujung-ujungnya meminta uang sogokan. Seketika itu, kehormatan dan wibawanya runtuh seruntuh-runtuhnya.



Allah Swt Maha Kaya. Tidak perlu khawatir menjadi miskin karena melakukan balas budi. Berterimakasihlah kepada orang yang pernah atau sering kita repotkan. Berterimakasihlah kepada orang yang pernah atau sering kita bebani. Balaslah kebaikannya meski ia tak pernah meminta untuk dibalas. Doakanlah dirinya, ringankahlah bebannya, bantulah urusannya. Apalagi jika orang tersebut telah menjadi jalan bagi kita untuk lebih dekat dengan Allah Swt. Sungguh, membantunya adalah sikap yang akan mendatangkan berkah tiada bertepi.



Jika orang yang akan kita berikan balas budi itu tak mau menerima budi baik kita karena takut menjadi orang yang mengharap pamrih, maka hormatilah sikapnya. Namun, tetap balaslah budi kebaikannya. Dengan cara seperti apa? Doakanlah dirinya. Mintalah kepada Allah Swt supaya Dia melimpahkan kebaikan berlipat ganda kepadanya. Mintalah kepada Allah Swt agar Dia mengampuni segala salah dan khilafnya. Demikianlah sikap mensyukuri kebaikan orang lain kepada kita.



Pembuka pintu gerbang nikmat Allah Swt adalah sikap syukur terhadap nikmat-Nya yang telah datang kepada kita. Sayangnya, kita lebih sering lupa terhadap nikmat yang sudah ada di tangan kita, dan malah sibuk berangan-angan memikirkan nikmat yang belum ada pada diri kita.



Kita telah diberikan kenikmatan berupa kemampuan menulis, membaca dan berhitung. Akan tetapi jika ditanya, masihkah ingat guru menulis kita di masa lalu, guru membaca kita di waktu kita dahulu, guru berhitung kita di kala kita masih kecil? Saat menghitung uang kekayaan, kita lupa pada guru yang telah mengajarkan kita cara berhitung. Sangat mungkin kita lupa. Ataupun jika masih ingat, kita sudah sangat lama tidak pernah tahu lagi kabar beritanya. Sementara, kita terus-menerus sibuk dengan pikiran tentang berbagai hal yang belum kita miliki.



Demikianlah kita seringkali lupa untuk sekedar berterima kasih. Kita jarang sekali mensyukuri perantara yang telah menjadi jalan datangnya nikmat Allah Swt kepada kita. Padahal sikap mensyukuri perantara nikmat Allah Swt itu adalah gerbang yang akan mengantarkan kita kepada nikmat-nikmat Allah Swt yang lain yang belum ada pada diri kita.



Seperti ke dokter. Ketika kita sakit, kita ingat dan mencari-carinya. Tapi setelah sembuh, tidak pernah ingat kepadanya, apalagi berniat untuk menghubunginya, menanyakan kabarnya, mendoakannya atau mengucapkan terima kasih atas jasa yang telah membantu menyembuhkan penyakit kita. Kita beranggapan bahwa ucapan terima kasih kepadanya sudah selesai saat kita membayar jasanya. Hubungilah ia, tanyakan kabarnya, keadaan keluarganya, kesehatannya, dan jangan sungkan berterima kasih kepadanya. Demikianlah yang dimaksud sikap mensyukuri perantara nikmat Allah Swt.



Dalam satu riwayat disampaikan bahwa Abdullah bin Abbas menceritakan, “Suatu ketika Rasulullah Saw masuk ke kamar kecil. Kemudian aku menyediakan air bersih untuk beliau pakai berwudhu. Ketika beliau selesai dari hajatnya, beliau bertanya, “Siapakah yang telah meletakkan (air wudhu) ini?” Kemudian beliau diberitahu bahwa akulah yang telah melakukannya. Maka Rasulullah Saw (membalas kebaikanku dengan) berdoa, “Ya Allah, berikanlah dia (Ibnu Abbas RA) pemahaman dalam agama”. (HR. Bukhari)



Kisah di atas memperjelas kepada kita bahwa sikap berterima kasih adalah sikap yang sudah sewajibnya kita lakukan. Tidak semata-mata Rasulullah Saw mencontohkan sikap berterima kasih kecuali ada banyak kebaikan di dalamnya. Ini adalah tuntunan Rasulullah Saw dalam urusan muamalah atau pergaulan antara sesama manusia.



Dalam haditsnya yang lain, Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa tidak berterimakasih kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).



Hadits di atas setidaknya memiliki tiga makna. Yaitu,



Bahwasanya Allah Swt tidak akan menerima syukur seorang hamba-Nya atas nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya, apabila dia tidak berterima kasih atas kebaikan yang dilakukan oleh orang lain kepadanya.



Barangsiapa memiliki kebiasaan mengingkari kebaikan orang lain terhadap dirinya dan tidak bersyukur (berterima kasih) atas kebaikan mereka, maka niscaya dia memiliki tabiat atau kebiasaan mengkufuri nikmat Allah Swt, tidak mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.



Adapun makna lain yang terkandung dalam hadits di atas adalah, bahwa barang siapa tidak mensyukuri atau tidak berterima kasih atas kebaikan orang lain terhadapnya, maka dia sama saja dengan orang yang tidak bersyukur kepada Allah Swt.



Demikianlah pentingnya berterima kasih kepada sesama manusia yang telah berbudi baik kepada kita. Jangan lupakan kebaikan yang pernah orang lain berikan kepada kita. Balaslah budi baik mereka. Ingatlah kebaikan mereka dan doakanlah mereka.



Allah Swt berfirman,

وَلَا تَنسَوُاْ ٱلۡفَضۡلَ بَيۡنَكُمۡ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya: “..Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah [2]: 237).



Setiap manusia adalah makhluk sosial. Seseorang tidak bisa lepas dari interaksi dengan sesamanya. Bahkan seringkali dia harus dibantu oleh orang lain dalam memenuhi kebutuhannya dan demikian p**a sebaliknya. Atas dasar inilah, kaum muslimin diperintahkan untuk saling menghormati, saling memahami kondisi dan perasaan dan saling mengasihi terhadap yang memerlukan, saling berterima kasih dan saling memberi kebaikan. Sikap demikianlah yang akan mengantarkan kita kepada nikmat-nikmat berlipatganda dari Allah Swt.



Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.

Address


36141

Telephone

085268040760

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Nutrisi Jiwa posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Nutrisi Jiwa:

  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share