Sukses Muda Bersama Al-Qur'an

Sukses Muda Bersama Al-Qur'an Fanspage ini hanya sebagai sarana motivasi semua generasi untuk lebih mencintai Al-Qur'an dan cinta terhadap Agama, Nusa dan Bangsa.

๐ŸŽ‰ Facebook mengenali saya sebagai kreator reel yang konsisten minggu ini!
09/04/2025

๐ŸŽ‰ Facebook mengenali saya sebagai kreator reel yang konsisten minggu ini!

30/03/2025

Masya Allah, Takbiran Makkawi, Menyentuh hati ๐Ÿฅฒ๐Ÿฅฐ
Minal Aidin Wal faidzin ๐Ÿฅฐ
berat Sorotan Sholawat Nabi Fyp Qori Chanel

24/03/2025

Halo semuanya! ๐ŸŒŸ Anda bisa mendukung saya dengan mengirim Bintang, itu membantu saya mendapatkan uang untuk terus membuat konten yang Anda sukai.

Setiap kali Anda melihat Stars, Anda bisa mengirimi saya Stars!

Dengan Si Pencari Sendok Viral โ€“ Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! ๐ŸŽ‰
17/03/2025

Dengan Si Pencari Sendok Viral โ€“ Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! ๐ŸŽ‰

Terima kasih sudah menjadi orang yang paling banyak berinteraksi dan masuk ke daftar interaksi mingguan saya! ๐ŸŽ‰ ู…ุฎู„ูŠุต ุฒุฑ...
16/03/2025

Terima kasih sudah menjadi orang yang paling banyak berinteraksi dan masuk ke daftar interaksi mingguan saya! ๐ŸŽ‰ ู…ุฎู„ูŠุต ุฒุฑ, Wahyudi Ibrahim, Ashadi, Angen Sumiler, Fifeby, Siti Marfah, Jumran Wadi, Rosadi

๐ŸŽ‰ Baru saja menyelesaikan level 3 dan saya sangat bersemangat untuk terus berkembang sebagai kreator di Facebook!
10/03/2025

๐ŸŽ‰ Baru saja menyelesaikan level 3 dan saya sangat bersemangat untuk terus berkembang sebagai kreator di Facebook!

10/03/2025

Puasa, Suara Sunyi dari Perut Lapar: Kritik Al-Qur'an terhadap Kemewahan Digital
Oleh : Mukhlis Zarkasdi

Bulan Ramadhan, jutaan manusia menahan lapar dalam diam. Tetapi di balik kesunyian itu, ada pesan yang sering kali tenggelam: puasa adalah protes paling sunyi terhadap dunia yang semakin tidak adil.

Puasa, sebagaimana dititahkan Al-Qur'an (QS. Al-Baqarah: 183), bukan sekadar ritual spiritual. Ia adalah mekanisme pendidikan sosial yang membangunkan kesadaran bahwa lapar bukan hanya urusan individu, melainkan permasalahan kolektif. Namun di era digital, makna itu perlahan dikaburkan oleh budaya konsumsi yang justru semakin menebalkan dinding ketidakadilan.

Ironi di Meja Makan Digital

Hari ini, dunia tak pernah kehabisan makanan, hanya saja makanan lebih sering berakhir di linimasa daripada di meja makan orang miskin.

Sementara perut-perut lapar menunggu iftar di desa-desa dan sudut kota, timeline media sosial dijejali parade hidangan mewah dengan caption sederhana: "Alhamdulillah, buka puasa hari ini."
Di sisi lain, algoritma digital terus melipatgandakan konten berbuka bersama, tontonan orang makan berlebihan yang ironisnya paling banyak dinikmati oleh mereka yang perutnya sedang kosong.

Barangkali inilah dosa sosiologis era modern: kemiskinan dipertontonkan, kemewahan dirayakan, dan empati hanya menjadi komoditas di ruang digital.

Al-Qur'an telah memperingatkan ironi ini sejak 14 abad lalu dalam Surah Al-Ma'un โ€”tentang orang-orang yang rajin beribadah, tetapi membiarkan lapar bertahan di rumah-rumah tetangganya. Di dunia digital hari ini, bentuknya mungkin berbeda, tetapi substansinya tetap sama: riak kesalehan virtual yang berbanding terbalik dengan solidaritas sosial.

Lapar sebagai Revolusi Sunyi

Puasa adalah protes diam-diam yang menohok kerakusan manusia.
Di saat dunia kapitalisme mengagungkan perut kenyang dan gaya hidup konsumtif, Islam justru mewajibkan lapar sebagai jalan menuju takwa. Tapi apakah lapar yang kita rasakan hari ini benar-benar membangunkan empati, atau sekadar jeda sementara sebelum festival konsumsi kembali dimulai?

Jika lapar tak melahirkan kepedulian, maka puasa hanya menjadi jeda sementara dalam siklus hedonisme.

Al-Qur'an menempatkan lapar sebagai bahasa solidaritas yang melintasi batas kelas sosial. Rasulullah SAW menegaskan bahwa siapa yang kenyang sementara tetangganya lapar, maka ia bukan bagian dari umatnya. Tetapi di era digital, solidaritas itu terlalu sering tergantikan oleh donasi berbasis aplikasi, di mana empati diklik, lalu dilupakan.

Puasa menuntut kita untuk melampaui itu, bukan sekadar memberi, tetapi merasa lapar bersama. Lapar yang disadari adalah bentuk perlawanan paling radikal terhadap sistem sosial yang membiarkan segelintir orang kenyang di atas kelaparan orang banyak.

Kritik Sunyi terhadap Kapitalisme Digital

Ironi terbesar puasa hari ini adalah ketika ia justru terjebak dalam perangkap kapitalisme. Ramadhan yang sejatinya momen spiritual, telah berubah menjadi pasar global. Dari paket iftar eksklusif hingga euforia belanja online bertajuk Ramadhan Sale. Iklan-iklan digital mendorong kita untuk menghabiskan lebih banyak dalam bulan di mana kita justru diperintahkan untuk menahan diri.

Sementara Al-Qur'an menyerukan "la'allakum tattaqun" agar kita menjadi manusia bertakwa, sistem kapitalisme digital membisikkan mantra sebaliknya: "la'allakum tasytarun" agar kita menjadi manusia yang terus berbelanja.

Dalam sunyi perut yang kosong, Al-Qur'an sesungguhnya sedang menawarkan revolusi diam-diam, melawan kerakusan sistemik yang memanfaatkan lapar sebagai komoditas baru.

Kenyang yang Revolusioner

Puasa seharusnya menjadi bahasa protes yang meruntuhkan tembok ketidakadilan. Jika 1,8 miliar muslim di dunia setiap Ramadhan berbagi satu kali buka puasa kepada mereka yang lapar, dunia akan mengenal revolusi sosial tanpa satu pun slogan.

Namun revolusi itu hanya mungkin jika puasa tidak berhenti pada ritual individu, tetapi menjelma menjadi kesadaran kolektif. Lapar yang kita rasakan seharusnya menjadi panggilan untuk menuntut sistem sosial yang lebih adil, bukan sekadar alasan untuk berburu takjil di marketplace.

Puasa adalah bahasa Tuhan yang paling sunyi, tetapi juga paling revolusioner. Ia mengajarkan bahwa dunia yang lebih adil hanya mungkin lahir dari perut-perut yang memilih kosong.

Saatnya Membiarkan Lapar Bicara

Di dunia yang semakin gaduh oleh pameran kekayaan dan hedonisme digital, puasa menawarkan bentuk perlawanan paling radikal: diam, lapar, dan berbagi.

Jika Ramadhan tahun ini hanya membuat kita kenyang, tetapi tak membuat kita lebih peduli, barangkali kita sedang menjalankan puasa yang sunyi, tetapi tanpa suara.
Namun jika lapar yang kita rasakan menjadi pemantik solidaritas sosial, maka puasa telah menemukan makna sejatinya: revolusi diam-diam melawan ketidakadilan.

Mungkin sudah saatnya kita bertanya,
"Apakah perut kita benar-benar kosong, atau justru empati kita yang sudah lama kering?"

Sorotan Sorotan Berita Viral AlQuran dan Al Hadist ALQUR'AN TERJEMAH INDONESIA า‰LENGKAPา‰ Sholawat penyejuk hati

Address

Jambi

Telephone

+6282372635311

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Sukses Muda Bersama Al-Qur'an posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Sukses Muda Bersama Al-Qur'an:

Share