03/05/2025
TRANSMIGRASI TERHADAP MARGINALISASI ORANG ASLI TOLIKARA
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain guna untuk pemerataan penduduk dan bermaksud untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Transmigrasi ini bertujuan untuk memindahkan penduduk dari daerah yang padat penduduk seperti dari Jawa ke pulau lain seperti ke Sulawesi dan Papua.
Transmigrasi era Suharto ke Papua terjadi pada tahun 1970-an hingga 1980-an dengan Jumlah sebanyak 535.000 keluarga (hampir 1,5 Juta Jiwa) Dengan lokasi penempatannya di pesisir Papua seperti di Manokwari, Jayapura, dan Merauke.
Sensus penduduk Orang Asli Papua (OAP) yang dilakukan oleh Majelis Rakyat Papua di era Lukas Enembe menyebutkan 3,0 JT OAP yang tersebar seluruh Provinsi di Papua, angka ini sangat benar sebab kalau melihat sensus penduduk ke enam Provinsi Papua yang ada itu benar adanya.
Provinsi Papua selatan dan Provinsi Papua Barat daya dengan Populasi penduduk Orang Asli Papua (OAP) Paling Minoritas di atas tanah mereka, data komposisi penduduk dari badan pusat Statistik tidak mau publikasikan atau masih bersifat rahasia pemerintah saat ini. Sebab Isu Transmigrasi menjadi kontroversial antara penduduk orang Asli Papua dan Pemerintah Pusat.
Perpindahan penduduk yang dilakukan secara terstruktur oleh pemerintah sepertinya Programnya di sembunyikan oleh pemerintah untuk tujuan ke Papua, sebab rakyat Papua menolak Transmigrasi secara keras. Seperti yang di sebutkan pemateri / pemantik Y.B dalam acara seminar yang dilakukan oleh mahasiswa di Jayapura tahun 2022 Setiap Hari kita melihat kapal masuk di Papua dengan Jumlah ratusan orang sama halnya penumpang pesawat di tanah Papua, Apakah itu orang-orang yang datang hanya OAP atau Orang Non Papua.
Artinya Identitas Orang Asli Papua (OAP) Akan menjadi minoritas seperti yang di prediksi oleh ahli dan lembaga-lembaga di luar negeri bahwa OAP tidak sampai 2050 akan menjadi penduduk minoritas dan terjadi marginalisasi secara ekonomi, pemerintah dan lainnya, sebab non OAP yang datang dari luar mempunya motivasi dan semangat bukan membangun Papua, melainkan menguasai Papua, Orang Non Papu secara intelektual lebih mampang dan siap bekerja, Maka persaingan ekonomi, pemerintah Non OAP lebih dominasi dan menguasai dari OAP yang ada.
Marginalisasi Orang Asli Papua ini benar dan fakta yang sedang terjadi di depan mata, sebagai ancaman kehidupan masyarakat Papua dari semua sektor di kuasi oleh penduduk non Papua, Mulai dari perdagangan usaha kecil dan menengah, salah satu kasus di Kab. Tolikara Penjualan sayur dan bumbu-bumbu bawang putih, merah, lombok dan tomat, Tukang Ojek, Tukang Bangunan, Sopir semua di pakai oleh pendatang, sementara potensi sumber daya manusia dan alam yang dimiliki orang Tolikara tidak di perdayakan untuk membangun Kesejahteraan, bahkan tenaga kerja guru, kesehatan, dan dinas-dinas pemerintah kab. Tolikara semua di kuasi oleh orang pendatang, sementara ada banyak Orang Asli Tolikara yang punya kemampuan intelektual profesi di seluruh bidang sudah memenuhi unsur kerja akan tetapi yang penganggurannya luar biasa lulusan 5 tahun lalu, 7 tahun lalu, dan bahkan 8 Tahun lalu masih pengangguran sampai tidak bisa mendapatkan pekerja tetap, karena semua sektor di kuasi oleh orang pendatang Non Papua rumput lurus dan kulit putih atau kata lain orang Imigrasi Indonesia dengan nafas nafsu menguasai, oleh karena itu ada banyak potensi Sumber daya manusia Tolikara di singkirkan dan marginalkan akhirnya orang asli Tolikara hanya fokus pada hegemoni praktik politik yang terjadi demi kepentingan Elit Papua, dan borjuis penguasa Jakarta. Dalam situasi praktik politik banyak intelektual Papua menjadi motor penggerak rakyat yang bersifat aduh-domba antara rakyat kecil yang memungkinkan melahirkan konflik.