OPINI LOGI

OPINI LOGI Halaman ini sebagai sarana komunikasi Dan advokasi Atas situasi di West Papua,


Opini dan produksi berita sesuai dengan realitas, akuntabel,murni .

jikam perlu silahkan inbox

Dengan Ratu Woromolon Tabonack – Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! 🎉
31/05/2025

Dengan Ratu Woromolon Tabonack – Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! 🎉

Dengan Ka Bhen – Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! 🎉
16/05/2025

Dengan Ka Bhen – Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! 🎉

Dengan JUBI – Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! 🎉
16/05/2025

Dengan JUBI – Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! 🎉

Dengan Yayasan LBH Indonesia – Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! 🎉
16/05/2025

Dengan Yayasan LBH Indonesia – Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! 🎉

10/05/2025

Menerima buku di komunitas literasi di Wamena Papua pegunungan

Dengan Jefry Wenda – Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! 🎉
04/05/2025

Dengan Jefry Wenda – Saya baru saja diakui sebagai salah satu penggemar berat mereka! 🎉

TRANSMIGRASI TERHADAP MARGINALISASI ORANG ASLI TOLIKARA Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu tempat ke tem...
03/05/2025

TRANSMIGRASI TERHADAP MARGINALISASI ORANG ASLI TOLIKARA

Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain guna untuk pemerataan penduduk dan bermaksud untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Transmigrasi ini bertujuan untuk memindahkan penduduk dari daerah yang padat penduduk seperti dari Jawa ke pulau lain seperti ke Sulawesi dan Papua.

Transmigrasi era Suharto ke Papua terjadi pada tahun 1970-an hingga 1980-an dengan Jumlah sebanyak 535.000 keluarga (hampir 1,5 Juta Jiwa) Dengan lokasi penempatannya di pesisir Papua seperti di Manokwari, Jayapura, dan Merauke.

Sensus penduduk Orang Asli Papua (OAP) yang dilakukan oleh Majelis Rakyat Papua di era Lukas Enembe menyebutkan 3,0 JT OAP yang tersebar seluruh Provinsi di Papua, angka ini sangat benar sebab kalau melihat sensus penduduk ke enam Provinsi Papua yang ada itu benar adanya.

Provinsi Papua selatan dan Provinsi Papua Barat daya dengan Populasi penduduk Orang Asli Papua (OAP) Paling Minoritas di atas tanah mereka, data komposisi penduduk dari badan pusat Statistik tidak mau publikasikan atau masih bersifat rahasia pemerintah saat ini. Sebab Isu Transmigrasi menjadi kontroversial antara penduduk orang Asli Papua dan Pemerintah Pusat.

Perpindahan penduduk yang dilakukan secara terstruktur oleh pemerintah sepertinya Programnya di sembunyikan oleh pemerintah untuk tujuan ke Papua, sebab rakyat Papua menolak Transmigrasi secara keras. Seperti yang di sebutkan pemateri / pemantik Y.B dalam acara seminar yang dilakukan oleh mahasiswa di Jayapura tahun 2022 Setiap Hari kita melihat kapal masuk di Papua dengan Jumlah ratusan orang sama halnya penumpang pesawat di tanah Papua, Apakah itu orang-orang yang datang hanya OAP atau Orang Non Papua.

Artinya Identitas Orang Asli Papua (OAP) Akan menjadi minoritas seperti yang di prediksi oleh ahli dan lembaga-lembaga di luar negeri bahwa OAP tidak sampai 2050 akan menjadi penduduk minoritas dan terjadi marginalisasi secara ekonomi, pemerintah dan lainnya, sebab non OAP yang datang dari luar mempunya motivasi dan semangat bukan membangun Papua, melainkan menguasai Papua, Orang Non Papu secara intelektual lebih mampang dan siap bekerja, Maka persaingan ekonomi, pemerintah Non OAP lebih dominasi dan menguasai dari OAP yang ada.

Marginalisasi Orang Asli Papua ini benar dan fakta yang sedang terjadi di depan mata, sebagai ancaman kehidupan masyarakat Papua dari semua sektor di kuasi oleh penduduk non Papua, Mulai dari perdagangan usaha kecil dan menengah, salah satu kasus di Kab. Tolikara Penjualan sayur dan bumbu-bumbu bawang putih, merah, lombok dan tomat, Tukang Ojek, Tukang Bangunan, Sopir semua di pakai oleh pendatang, sementara potensi sumber daya manusia dan alam yang dimiliki orang Tolikara tidak di perdayakan untuk membangun Kesejahteraan, bahkan tenaga kerja guru, kesehatan, dan dinas-dinas pemerintah kab. Tolikara semua di kuasi oleh orang pendatang, sementara ada banyak Orang Asli Tolikara yang punya kemampuan intelektual profesi di seluruh bidang sudah memenuhi unsur kerja akan tetapi yang penganggurannya luar biasa lulusan 5 tahun lalu, 7 tahun lalu, dan bahkan 8 Tahun lalu masih pengangguran sampai tidak bisa mendapatkan pekerja tetap, karena semua sektor di kuasi oleh orang pendatang Non Papua rumput lurus dan kulit putih atau kata lain orang Imigrasi Indonesia dengan nafas nafsu menguasai, oleh karena itu ada banyak potensi Sumber daya manusia Tolikara di singkirkan dan marginalkan akhirnya orang asli Tolikara hanya fokus pada hegemoni praktik politik yang terjadi demi kepentingan Elit Papua, dan borjuis penguasa Jakarta. Dalam situasi praktik politik banyak intelektual Papua menjadi motor penggerak rakyat yang bersifat aduh-domba antara rakyat kecil yang memungkinkan melahirkan konflik.

30/04/2025

Fakta: Gereja mulai dilumpuhkan

HILANGNYA SUARA KENABIAN GEREJA KETIKA PARA POLITISI MASUK DALAM WILAYAH GEREJA

Oleh Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman

Pada saat saya menjadi Sekretaris Umum Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua, Abang alm. G.R. Djopari menelepon saya untuk pertemuan di hotel Yasmin Jayapura. Saya pergi ke Hotel Yasmin dan berjumpa dengan Abang Djopari.

Abang Djopari sampaikan kepada saya:

"Adik Socratez, kaka minta adik menjadi wakil gubernur. Kaka ingin berpasangan dengan adik sebagai wakil gubernur."

Saya sampaikan:

"Saya berterima kasih Abang. Adik mau sampaikan pikiran, bahwa pilar-pilar kuat jangan tumpuk di satu tempat, nanti bangunan rumah tidak seimbang."

Dan pengalaman lain ialah pada waktu saya menjadi Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua, Abang MR Kambu datang ke rumah di Ita Wakhu Purom, Padang Bulan.

Tujuan kedatangan Abang MR Kambu hampir sama dengan Abang alm. Djopari.

Abang Kambu sampaikan:

"Adik Socratez, kami berdua maju di provinsi Papua, kakak Gubernur dan adik wakil."

Jawaban saya hampir sama.

"Kakak, rumah ini tetap berdiri kokoh dan kuat kalau ada empat pilar/tiang ditanam di setiap sudut. Kalau ditumpuk disatu tempat maka tidak kelihatan bangunan. Atau bangunan miring dan roboh. Biar, saya di Gereja saja."

Pada saat Prof. Dr. Kiai Haji Maruf Amin menjadi wakil presiden, ada utusan Kiai Maruf Amin pertemuan dengan saya tujuh kali.

Pada pertemuan pertama, saya ditawari untuk menulis nila uang di atas kertas yang disodorkan kepada saya dan juga saya ditawari jabatan Komisioner salah satu perusahaan raksasa.

Saya jawab: "Kita Selesaikan Konflik Papua dan kita akan berfikir atau berbicara yang lain-lain."

Saya berkali-kali diminta untuk pertemuan dengan Kiai Marif Amin.

Saya jawab:

"Tidak usah. Biar teman-teman lain saja bertemu dengan beliau. Saya ada pekerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan."

*****

Kalau Gereja sudah disusupi oleh para palitisi atau politikus untuk politik praktis, maka Gereja tidak lagi menjadi Terang Dunia dan Garam Dunia.

Saya tetap ingat dan pegang teguh nasihat mantan Uskup Jayapura, Dr. Leo Laba Ladjar.

Pada suatu kesempatan selesai rapat forum FKUB dan PGGP di bekas Kantor Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya di APO, saya temani Uskup menunggu sopir Keuskupan datang menjemputnya, dan pada saat itu saya sampaikan:

"Pak Uskup, saya sudah tidak terima lagi dana Rp 600jt dari pemerintah provinsi Papua. Ada teman-teman lain yang terima dana itu."

Uskup Leo sampaikan pesan moral dan karakter yang kuat.

"Pak Socratez, jangan sibuk buang waktu urus uang 600 juta. Sekarang Anda sangat amat terkenal, jadi jaga nama besarmu dan moralmu untuk bangsamu yang susah dan tertindas ini."

Menurut iman saya, wibawa gereja harus dijaga dengan bertanggungjawab. Tuhan Yesus mengatakan: "...di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam mau tidak akan menguasainya....Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga..." (Matius 16:18-20).

Tuhan memberikan tugas mulia dan suci kepada para gembala dan gereja-Nya:

"Gembalakanlah domba-domba-Ku" (Yohanes 21:15-17).

Jadi, bagaimana realitas hari ini sikap dari para domba-domba gembalaan terhadap gereja?

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang." (Matius 5:13).

Gereja tidak boleh terlibat dalam politik praktis. Dan juga para anggota jemaat atau anggota gereja yang terlibat dalam politik praktis diharapkan jangan merusak kesaksian Gereja di atas Tanah ini atau jangan membawa Gereja ke jurang.

Saya masih ingat pesan penting yang disampaikan Pdt. Dr. Benny Giay kepada saya.

"Pak Yoman, kalau gereja terlibat dalam politik praktis atau pemerintah sudah campur dalam urusan gereja, maka gereja itu pasti kehilangan suara kenabian dan kehilangan roh sebagai Gereja Tuhan".

Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.

Ita Wakhu Purom, 29 April 2025

Kontak: 08124888458

berat
@

Address

Jayapura

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when OPINI LOGI posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to OPINI LOGI:

Share