05/11/2024
Bc :
๐ง๐ฒ๐ป๐๐ฎ๐ป๐ด ๐๐ฎ๐ฟ๐๐ป๐ถ๐ฎ-๐ธ๐ฎ๐ฟ๐๐ป๐ถ๐ฎ ๐ฅ๐ผ๐ต๐ฎ๐ป๐ถ
(๐ญ ๐๐ผ๐ฟ๐ถ๐ป๐๐๐ ๐ญ๐ฐ:๐ฏ๐ฒ-๐ฐ๐ฌ)
Ia merangkum semuanya dalam dua nasihat umum:
(1) Bahwa meskipun mereka tidak boleh merendahkan karunia bahasa roh, atau sama sekali tidak menggunakannya, berdasarkan aturan-aturan yang sudah disebutkan, namun mereka harus lebih mengutamakan karunia bernubuat. Ini memang maksud dari seluruh pernyataannya. Bernubuat harus lebih diutamakan daripada berbahasa roh, karena bernubuat adalah karunia yang lebih berguna.
(2) Ia memerintahkan mereka untuk membiarkan segala sesuatunya berlangsung dengan sopan dan tertib (ay. 40), maksudnya, bahwa mereka harus menghindari segala sesuatu yang jelas-jelas tidak sopan dan tidak tertib. Mereka tidak boleh membawa ke dalam jemaat dan ibadah Kristen hal-hal yang bisa dianggap hiasan semata oleh orang-orang yang berpikiran sia-sia. Ketidaksopanan dan ketidaktertiban seperti yang sudah dikatakan Rasul Paulus terutama harus dijauhi. Mereka tidak boleh berbuat apa saja yang jelas-jelas kekanak-kanakan (ay. 20), atau yang akan menimbulkan kesan orang hingga menyebut mereka gila (ay. 23). Dan juga mereka tidak boleh bertindak sedemikian rupa sehingga menimbulkan kekacauan (ay. 33). Ini betul-betul tidak pantas. Ini hanya akan membuat perkumpulan Kristen sebagai suatu kumpulan hingar bingar dan kacau balau. Sebaliknya, mereka harus melakukan segala sesuatu dengan tertib. Mereka harus berbicara satu demi satu, jangan sekaligus. Tunggu giliran, dan jangan saling memotong. Berbuat sebaliknya berarti merusakkan maksud pelayanan kristiani, dan semua perkumpulan ibadah kristiani. Perhati kanlah, segala hal yang jelas-jelas tidak sopan dan tidak tertib harus dijauhkan secara hati-hati dari semua jemaat Kristen, dan dari setiap bagian ibadah. Janganlah di dalamnya ada hal yang kekanak-kanakan, tidak masuk akal, konyol, liar, atau hiruk pikuk. Sebaliknya, setiap bagian ibadah harus dijalankan secara dewasa, sungguh-sungguh, masuk akal, tenang, dan tertib. Janganlah sampai Allah dihina, dan ibadah kepada-Nya dipermalukan, karena ketidakpantasan dan ketidaktertiban kita dalam menjalankannya dan mengikutinya.