Yohanes Giyai

Yohanes Giyai Seluruh Postingan di Halaman ini adalah pandangan pribadi dan menjadi tanggung Jawab saya.

SAYA INI BURUH KASAR YANG ANGKAT SENJATA.Gen. Goliad N. Tabuni Buruh kasar pasir kali Kemiri di tanah tabi 1978. Setelah...
04/08/2025

SAYA INI BURUH KASAR YANG ANGKAT SENJATA.

Gen. Goliad N. Tabuni Buruh kasar pasir kali Kemiri di tanah tabi 1978. Setelah tingalkan Buruh Freeport di Tembagapura tanah Amungsa untuk konsolidasi TPN OPM 1977.

Hari ini kamis di sini kali Kemiri hutan masih lebat udara dingin gunung Cyclop masih di tutupi awan, hari sudah siang. Sekop dan parang alat kerja kami di kali Kemiri. Tiap hari kami mengangkat pasir kedalam truk bangunan.

Buruh pasir itu orang pemuda dan orang tua Sentani, Genyem, Biak dan saya dari Puncak sering nebeng ikut angkut pasir di kali sudah satu tahun disini.

Pasir kali Kemiri memberikan pundi-pundi kecil untuk keluarga kami agar bisa beli barang pasar dalam keseharian kami biasanya.

Rezim Suharto masih terasa kencang dengan operasi militernya, sopir-sopir truk yang datang ke kali angkut pasir juga militer yang berbaju sipil.

Sering kami dapat perlakuan kasar dari sopir
- sopir yang keras wataknya. Saat itu saya mulai tidak menerima perlakuan kasar terhadap sesama buruh kami yang lain di kali, saya terus bersabar.

Kali ini, saya tidak sabar melihat saudara saya seorang pemuda asal Sentani di tampar di hajar babak belur si sopir truk berbaju sipil yang datang dengan keneknya itu.

Saya perlahan mendekat dengan mengengam sekop, emosi ku sudah tidak tertahan lagi, saya ayunkan sekop dengan emosi tepat ke kepala belakang sopir truk seketika itu langsung sopir truk itu jatuh. Saya timpa pukulan yang ke dua kalinya tepat di kepala juga lapis telingahnya putus dan ketiga kalinya testa si sopir terbela.

Tiga kali pukulan nyawa sopir melayang di kali Kemiri, kendektur ketakutan, saya panggil kondektur suruh dia bawa pulang truk, semua pekerja ketakutan bergegas bubarkan diri dan tidak pernah kembali lagi.

Saya pergi ke rumah temui adik saya yang sekolah SMA pertanian di Sentani. hari itu juga saya harus menghilang agar yang lain tidak diancam militer.

Waktu itu Ada kapal penumpang yang siap berlayar sore itu dan saya langsung berangkat ke pelabuhan dan tiba di Nabire.

Kami tiba di markas TPN Batalion Kasuari Pos Mamai Nabire bersama pasukan Kompi Koteka komandan kompi Tn. Mosses Alom alm. Hampir satu tahun disitu dan terus bergerak ke Mapia, Wagete, Enarotali, Komopa, Hitadipa, Ugimba, tembaga pura, turun kembali ke kali kopi markas awal saya terlibat.

Setelah saya kembali ke kali kopi bersama komandan saya Gen. Keli Kuwalik, Gen. Titus Murib, Gen. Silas Kogoya. Gen. Daniel kogoya saya jadi pelaksana Gerilya sampai sekarang.

Kalau kamu bicara bahasa Mee, Moni, Damal, Amung, Nduga, Nayak, Lem, Wano, Turu. saya bisa jawab dengan bahasa mu, hanya bahasa Sentani saya lupah karena sudah terlalu lama tidak berbicara.

Ditulis oleh ZT

31/07/2025
31/07/2025
31/07/2025
Sejak 2024, ribuan tentara bersama eskavator dikerahkan mendukung proyek lumbung pangan dan energi di Merauke. Proyek fo...
28/07/2025

Sejak 2024, ribuan tentara bersama eskavator dikerahkan mendukung proyek lumbung pangan dan energi di Merauke. Proyek food estate di Papua menjadi salah satu contoh paling mencolok bagaimana negara memadukan agenda ketahanan pangan dan energi dengan pendekatan militeristik. Dalam film dokumenter yang baru saja diluncurkan berjudul Langit Terbelah di Tanah Papua oleh Gecko Project, terlihat bahwa pengerahan aparat militer bukan sekadar pendukung teknis, tetapi merupakan bagian dari mekanisme kontrol sosial dan memunculkan rasa takut yang dalam oleh masyarakat adat Marind di Selatan Papua.

Di tengah situasi ini, produksi pengetahuan kritis menjadi kian penting di tengah perebutan ruang-ruang publik. Pemutaran film dokumenter Langit Terbelah di Tanah Papua, diskusi publik, serta bentuk-bentuk lain bisa menjadi pintu masuk penting untuk memahami bahwa militerisasi pembangunan bukan hanya soal represi, tapi juga bagian dari strategi penguasaan ekonomi, serta mengajak kita untuk memikirkan jalan keluar dan alternatif pembangunan yang lebih demokratis.

Kemerdekaan harus direbut dari kolonial Indonesia. Penindas tidak akan pernah secara sukarela memberikan kemerdekaan bag...
22/07/2025

Kemerdekaan harus direbut dari kolonial Indonesia. Penindas tidak akan pernah secara sukarela memberikan kemerdekaan bagi rakyat tertindas.

Angkatan bersenjata rakyat adalah hal mutlak dalam perjuangan merebut kemerdekaan nasional demokratik dan mengusir kekuasaan kapitalisme di Tanah Papua.

Hidup Tentara Rakyat Papua Barat ! Pagar Rakyat dan Alam Papua dari gempuran Kolonial Militeristik Indonesia yang didukung oleh Imperialisme Global.

Senjata ditangan TNI, POLRI dugunakan untuk menjajah rakyat Papua dan mengamankan imvestasi imperialisme global, sementara Senjata ditangan Tentara Pemebebasan Nasional Papua Barat digunakan untuk membebaskan rakyat dan alam Papua dari belenggu penindasan politik dan penghisapan kapitalisme.

Hidup Tentara Rakyat Papua !

Teruslah belajar dan berjuang.
22/07/2025

Teruslah belajar dan berjuang.

𝗦𝗬𝗨𝗞𝗨𝗥𝗔𝗡 𝗦𝗔𝗥𝗝𝗔𝗡𝗔 𝗣𝗘𝗥𝗧𝗔𝗠𝗔 𝗞𝗔𝗠𝗣𝗨𝗡𝗚 𝗞𝗢𝗡𝗢𝗥𝗔𝗨 (𝗗𝗨𝗦𝗨𝗡 𝗬𝗔𝗪𝗔𝗥𝗦𝗜𝗥)📍 Yawarsir, 09 Januari 2025“Laki-laki tidak perlu menangis, tet...
19/07/2025

𝗦𝗬𝗨𝗞𝗨𝗥𝗔𝗡 𝗦𝗔𝗥𝗝𝗔𝗡𝗔 𝗣𝗘𝗥𝗧𝗔𝗠𝗔 𝗞𝗔𝗠𝗣𝗨𝗡𝗚 𝗞𝗢𝗡𝗢𝗥𝗔𝗨 (𝗗𝗨𝗦𝗨𝗡 𝗬𝗔𝗪𝗔𝗥𝗦𝗜𝗥)

📍 Yawarsir, 09 Januari 2025

“Laki-laki tidak perlu menangis, tetapi ketika air mata jatuh, itu adalah sesuatu.”

Perjuangan panjang ini telah dimulai sejak zaman Belanda dan kini Kolonial Indonesia.
Entah sudah berapa dekade kami berusaha menempuh pendidikan?

Tete, Nenek, Bapak, Mama, dan saudara-saudari kami telah mengenal dunia pendidikan sejak masa kolonial belanda dan neokolonial Indonesia, tetapi tak satu pun berhasil menyandang gelar sarjana.
Bahkan, sebagian orang pernah menganggap bahwa kampung kami telah dikutuk—bahwa tidak akan ada seorang pun yang bisa berhasil dalam pendidikan.

Namun, atas kehendak Sang Pencipta dan restu para leluhur, pada tahun 2022 dan 2024, untuk pertama kalinya dalam sejarah kampung, dua anak kami berhasil meraih gelar Sarjana.
Keberhasilan ini adalah tonggak penting dalam perjalanan panjang perjuangan kami di Kampung Konorau.

Penyambutan dilakukan secara adat, dengan tarian asli Suku Marind Kimaam Selatan, sebagai bentuk penghormatan dan sukacita.
Seluruh masyarakat kampung merasa bangga, bahagia, sekaligus haru, menyambut kedua anak dan cucu mereka yang pulang kampung dengan membawa gelar sarjana.

Harapan kami, semoga pencapaian ini menjadi awal yang baik dan menjadi motivasi serta semangat juang bagi adik-adik dan saudara-saudari yang masih menempuh pendidikan.
Kami yakin, di masa depan akan lahir lebih banyak sarjana muda dari kampung ini.

---

👤 Papua Berkisah

🔖

Keadilan Iklim dan ekonomi dibawah sistem Kapitalisme itu ilusif.Kapitalisme adalah sistem yang boborok dari sejak awal ...
17/07/2025

Keadilan Iklim dan ekonomi dibawah sistem Kapitalisme itu ilusif.

Kapitalisme adalah sistem yang boborok dari sejak awal karena mengutaman keuntungan daripada keseimbangan alam dan keadilan ekonomi.

Kapitalisme selalu destruktif dan menjadikan alam sekedar komoditas untuk akumulasi kapital, bukan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kesatuan sistem keberlangsungan hidup.

Penyelamatan Lingkungan Tanpa Melawan Kapitalisme adalah Nihil dan baku tipu.

Membangun kesadaran, pengorganisasian dan memobilisasi perlawan terhadap penyakit kapitalisme yang sedang menginveksi pikiran dan menghancurkan rakyat dan alam Papua adalah mutlak.

Terus Melawan dan Berdialektika !
Hidup Rakyat Papua !
Persatuan Tanpa Batas !
Perjuangan Sampai Menang !

17/07/2025

MASA DIHADANG DIDEPAN JALAN MASUK KANTOR GUBERNUR PAPUA TENGAH.

SOLIDARITAS MAHASISWA DAN RAKYAT PAPUA

“BLOK WABU ITU SAYA, NYAWA SAYA, HIDUP SAYA DAN JUGA PARU-PARU DUNIA; MENOLAK EKSPLOITASI DI INTAN JAYA !!”

Nabire, 17 Juli 25.

Address

Disituan, Hebei
Jayapura

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Yohanes Giyai posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Yohanes Giyai:

Share