Segala Tentang Jember

Segala Tentang Jember Jember yang selalu indah

Narahubung : Donny - 082244337880
09/10/2025

Narahubung :

Donny - 082244337880

09/10/2025

Kenduri sastra tepi benua 2025

UNDANGANKENDURI SASTRA TEPI BENUABINCANG BINCAP—diskusi dan ngopi pesisiranMari kita luangkan sejenak berbincang dan bin...
07/10/2025

UNDANGAN
KENDURI SASTRA TEPI BENUA

BINCANG BINCAP
—diskusi dan ngopi pesisiran

Mari kita luangkan sejenak berbincang dan bincap, duduk bersama pada pasir pesisir di tepi benua, mendengar dan belajar kepada para tetua nelayan tentang petuah ombak serta jejak peradaban.

📝 Folklor dan Sastra Kontemporer Pesisiran
🗓 Rabu, 8 Oktober 2025
⏰️ Pk. 18.30 - 22.00 wib
🛶 Galangan Kapal, Kampung Nelayan Puger Wetan, Jember
🌐 https://maps.app.goo.gl/ftg8igs6Ywqr3XCQA

Kegiatan ini didukung oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, melalui program Penguatan Komunitas Sastra 2025.

Kementerian Kebudayaan RI




 #3-2 Tanah yang Menulis Diri Jember bukan sekadar tempat—ia adalah naskah yang hidup.Dari aksara Brahmi yang membisikka...
29/09/2025

#3-2 Tanah yang Menulis Diri Jember bukan sekadar tempat—ia adalah naskah yang hidup.

Dari aksara Brahmi yang membisikkan jejak abad pertama, hingga ritual yang ditulis dalam prasasti, Jember menorehkan dirinya dalam batu dan tanah. Ia bukan hanya saksi, tapi penulis sejarahnya sendiri—sunyi, sakral, dan terus bergema. Di antara menhir dan mantra, aksara dan emas, Jember berubah: dari pusat ritual menjadi benteng kekuasaan. Namun satu hal tetap—ia menulis. Dan terus menulis.

Kementerian Kebudayaan RI




 #2-2 Nyanyian dari Lorong Gelap Menelisik Cerita yang TerhapusSejarah klasik Jember bukan hilang, tapi dibungkam.  Di b...
29/09/2025

#2-2 Nyanyian dari Lorong Gelap Menelisik Cerita yang Terhapus
Sejarah klasik Jember bukan hilang, tapi dibungkam.
Di balik arsip yang kusam, retak dan dingin, tersimpan bayangan Kotta Blater—
benteng terakhir sebuah kekuasaan di ujung timur Jawa,
yang mungkin sengaja dihapus demi teguhnya kekuasaan kolonial kala itu.
Untuk mengungkapnya, kita harus menyusuri ingatan rakyat,
mencari, menyusun mozaik yang tercecer dalam gelap.

75. ... dene sakubênging gunung | ing ngriku apan pinanggih | patilasaning yêyasan | ing jaman Budha rumiyin | kados ta kang Candhi Ponthang | Kuthabara Coramanis ||
76. kang Candhi Kutha Kêdhawung | Candhi Kêdhaton lan malih | Kutha Blatêr lan Krajingan | ing candhi ingkang kêkalih | nênggih Candhi Ponthang klayan | Candhi Kadhaton pinanggih || ....
Pararaton, Mangkudimêja, 1912–3, #1053 (Jilid 2/2)

Kementerian Kebudayaan RI




 #1-2 Fajar di Serampon Sang MaharajaKala Bhadrawâda 1281 Çaka, Sang Hayam Wuruk menjejak Sadeng. Fajar menyingsing di K...
29/09/2025

#1-2 Fajar di Serampon Sang Maharaja
Kala Bhadrawâda 1281 Çaka, Sang Hayam Wuruk menjejak Sadeng. Fajar menyingsing di Kunir-Basini, rombongan agung tiba dan bermalam. Di kaki Watangan, Sang Raja larut dalam keheningan Sarampuan—tanjung purba yang menjorok ke laut. Tempat yang juga disebut Watangan oleh Bujangga Manik dalam perjalanan pulangnya ke Tanah Sunda. Menjelang Kuta Bacok, beliau termenung di tepi pasir, memandang riak gelombang memecah karang, seperti hujan yang jatuh dari langit purba.

Kementerian Kebudayaan RI




 #9 Laut yang Pernah Menggulung Harapan --Ancaman Tsunami di Selatan JemberPada malam 3 Juni 1994, langit di selatan Jaw...
26/09/2025

#9 Laut yang Pernah Menggulung Harapan --Ancaman Tsunami di Selatan Jember

Pada malam 3 Juni 1994, langit di selatan Jawa tampak biasa. Tapi di kedalaman laut, bumi telah retak. Gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter mengguncang perairan Banyuwangi, dan dari sana, gelombang raksasa bangkit tanpa ampun.

Tsunami itu menyapu pesisir dengan kecepatan dan kekuatan yang tak terbayangkan. Di Jember, meski bukan pusat bencana, luka tetap terasa. Di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, 56 rumah hanyut, lenyap bersama malam. Di Puger, 57 perahu nelayan hancur, menyisakan puing dan ketakutan. Laut yang selama ini menjadi sumber hidup, malam itu berubah menjadi sumber duka.

Tak ada sirine. Tak ada peringatan. Hanya suara gemuruh dan jeritan dalam gelap.

Tiga dekade berlalu. Tapi bayang-bayang itu belum sepenuhnya hilang.

Pada Mei 2024, peringatan dini kembali menggema. Zona megathrust di selatan Jember disebut berpotensi memicu tsunami dahsyat. Enam kecamatan pesisir—termasuk Puger dan Ambulu—masuk dalam daftar merah. Empat belas desa berada di garis depan ancaman. Pemerintah bergerak cepat: kentongan dibunyikan, poskamling diaktifkan, warga diajak bersiap.

Namun di balik simulasi dan sosialisasi, ada ketegangan yang tak terucap. Bisakah kita benar-benar siap menghadapi amarah laut?

Pantai selatan bukan sekadar garis biru di peta—ia menyimpan amarah yang sunyi. Di balik debur ombak dan langit yang tenang, gempa bisa memicu gelombang maut dalam hitungan menit. Tsunami tak memberi waktu untuk bertanya, hanya untuk lari. Di Jember, sejarah telah mencatat luka. Kini, ancaman itu bukan kenangan—ia nyata, mengintai dari kedalaman.

Kementerian Kebudayaan RI




 #8 Di Puger, laut bukan sekadar ladang rezeki—ia juga menyimpan duka.Setiap musim angin selatan, ombak menggulung seper...
26/09/2025

#8 Di Puger, laut bukan sekadar ladang rezeki—ia juga menyimpan duka.

Setiap musim angin selatan, ombak menggulung seperti raksasa tak berwajah. Di atas perahu kayu yang ringkih, para nelayan berangkat dengan doa dan harapan, menantang gelombang demi sesuap nasi. Tapi tak semua kembali.

Dari tahun ke tahun, nama-nama hilang ditelan samudra: Wasito, Daim, Zainul, Basori, Mistawi, Bahori… enam di antaranya lenyap di 2025, hanya kapalnya yang ditemukan terdampar jauh di Trenggalek.

Pantai Pancer menyimpan jejak kaki yang tak pernah pulang. Dan di rumah-rumah nelayan, tangis sunyi menggantikan suara mesin kapal.

Laut memberi. Laut juga mengambil.

Kementerian Kebudayaan RI




 #7 Paseban (paseban) : păncaniti | pasowan | pawatangan | balerong. Sumber: Dasanama Kawi, Padmasusastra, 1897,  #18pas...
26/09/2025

#7 Paseban (paseban) : păncaniti | pasowan | pawatangan | balerong. Sumber: Dasanama Kawi, Padmasusastra, 1897, #18

paseban : pasewakan, panangkilan, pasowanan, pancaniti, balerong. Sumber: Dasanama, Dwijo, c. 1950, #1268

seba (sebo) : [paseban]: suyasa, witana, watangan, panangkilan, păncaniti, păncakarana, praharana, prahasana, prahasaba, purwasana, pastagi, pasewan, pasowanan K., pasewakan, pawatangan, pamedan, pangayap, balerong, bathu; Sumber: Bausastra: Jarwa Kawi, Padmasusastra, 1903, #11

Tempat atau ruang seba (fisik dan simbolik):

Pamedan – medan atau lapangan tempat tampilnya laku
Pangayap – tempat permohonan atau pengabdian
Witana – singgasana atau tempat luhur
Bathu – tempat duduk atau alas penghormatan
Purwasana – tempat awal mula atau asal muasal
Prahara / Prahasana / Prahasaba – ruang pertimbangan, musyawarah, atau pertemuan agung
Pancakarana – tempat lima jalan atau simpul laku
Pastagi – tempat persembahan atau sesaji
Panangkilan – tempat sambutan atau penerimaan
Pasewakan / Pasowanan – tempat menghadap secara resmi
Balerong / Pawatangan / Păncaniti – ruang utama, tempat pertimbangan, atau tempat hukum

Makna simbolik dan laku spiritual:

Pasowan – laku menghadap dengan tata
Suyasa – tempat yang penuh tata krama
Prahara – ruang ujian atau pertimbangan batin
Prahambana – tempat pengujian atau penyaringan
Pangruwating laku – tempat transformasi atau penyucian diri
Pangayoman – tempat perlindungan atau pengayoman spiritual
Pangruwatan – tempat pembebasan dari dosa atau beban

Kementerian Kebudayaan RI




 #6 Pantai Getem bukan sekadar hamparan pasir putih di Jember. Ia adalah tepi dunia, tempat ombak menggertak seperti gig...
26/09/2025

#6 Pantai Getem bukan sekadar hamparan pasir putih di Jember. Ia adalah tepi dunia, tempat ombak menggertak seperti gigi raksasa—sebuah gema dari kakawin kuno yang menulis laut sebagai ujian jiwa. Nama GETEM, yang dalam Jawa berarti menahan geram, seolah lahir dari keberanian manusia menghadapi samudra selatan yang tak pernah jinak atau nafsu manusia itu sendiri.

Dalam cerita rakyat, pantai ini disebut sunyi dan angker, dijaga roh laut, tempat orang bersembunyi atau menghilang dari sejarah. Arsip Belanda menandainya dengan ejaan asing— Ghetem, Gethem—sebagai titik kecil di peta perdagangan, pantai keras yang dicatat karena ombaknya berbahaya namun jalurnya tak bisa dihindari.

Hari ini, Getem berdiri di persimpangan tiga dunia: mitos kakawin, bisik lisan rakyat, dan catatan dingin kolonial. Ombaknya masih sama, pasirnya masih putih, tapi di balik keindahan itu bergetar kisah panjang tentang keberanian, pelarian, dan ingatan yang tak pernah benar-benar hilang.

Kementerian Kebudayaan RI




Address

Jember
68118

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Segala Tentang Jember posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share