18/12/2023
Poin-poin penting ceramah Ustad Miqdad Turkan dalam acara Syahadah Sayyidah Fatimah as. malam Ketiga, Ahad (17/12/2023) di pesantren Darut Taqrib:
Selama manusia hidup di dunia akan banyak masalah yang dihadapi. Tidak ada yang mulus, akan ada ujian, cobaan dan musalah. Tidak ada siapa pun yang bisa lari dari masalah tersebut, namun bagaimana kita menghadapinya.
Kata Rasulullah, musibah adalah sifanya doruri, artinya pasti dialami oleh setiap manusia. Lalu apa yang dimaksud dengan “bala”?
Bala artinya ujian, artinya musibah, maka para nabi pun tidak bisa bebas dari ujian.
Musibah ada dua: ada ujian berupa kebaikan maupun yang buruk. Ketika kesehatan datang kepada kita, maka ini adalah ujian bagaimana kita bersyukur dan memanfaatkannya. Ketika sakit atau hal yang kita tidak sukai dialami, ini juga merupakan ujian, bagaimana kita bersabar menghadapinya.
“Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.” (QS. Alanbiya: 35)
Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada sesuatu kemiskinan kecuali disitu Allah akan mengujinya.
Kekurangan adalah ujian, kelebihan juga merupakan ujian.”
Suatu hari Imam Ali sakit dan dikunjungi sahabatnya. Imam ditanya, bagaimana keadanmu saat ini? Imam menjawab bahwa dirinya dalam kondisi yang buruk. Sahabat yang berkunjung pun heran, bagaimana ucapan seperti ini muncul dari mulut seorang imam. Kemudian imam menjawab denga ayat: “… Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.” (QS. Alanbiya: 35)
Lalu apa tujuan ujian yang Allah berikan kepada umat manusia? Ujian akan mengungkap nilai seseorang, karena siapa pun tidak akan bisa lari dari permasalahan dalam kehidupan ini.
Ketika Allah menguji manusia dengan yang baik maupun buruk adalah untuk mengetahui kualitas diri hamba tersebut, bersyukurkah ataukah kufur, dan Allah sudah mengetahui kualitas diri hambaNya.
Jika kita diberikan ujian dalam hidup, janganlah mengeluhkan kondisimu karena deritamu pun datang dari Allah, maka adukanlah kepada Allah sang pemilik diri kita beserta masalah dan solusinya. Karena ketika kita merasa ringan saat curhat dan bercerita kepada saudara dan teman, tentu lebih mudah lagi jika curhat kepada Allah.
Kayu cendana atau kayu gaharu tidak akan keluar wanginya kecuali ketika sudah dibakar. Begitulah juga kita, unutuk mengetahui kawan sejati maka tunggulah saat musibah dan penderitaan datang kepada kita. Apakah ia peduli dan perhatian kepada kita ataukah justru abai dan membiarkan?
Ketika Allah menguji manusia, maka ujian itu akan sesuai dengan tingkatan derajat manusia itu sendiri, maka ujian setiap orang pasti berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang diuji oleh Allah dengan begitu berat, ada juga yang ringan, ada juga yang pertengahan.
Kata Imam Ali as, yang paling beratnya ujian manusia adalah para nabi, kemudian para washi, kemudian turun sedikit demi sedikit sampai kita yang paling rendah. Maka ujiannya Rasulullah tidak akan sanggup ditanggung oleh manusia biasa. Kemudian kata Imam, orang mukmin itu diuji oleh Allah tergantung kebaikan yang dilakukannya. Semakin banyak kebaikan yang kita lakukan maka akan semakin banyak dan berat ujiannya. Semakin banyak membantu orang, semakin diuji keikhlsannya.
Lanjut Imam; orang yang aqidahnya benar, semakin dekat kepada Allah, maka akan semakin besar p**a ujian yang akan dialaminya. Jika lolos maka ujiannya akan meningkat dan lebih berat.
Ujian itu harus dihadapi, rubahlah tantangan menjadi kesempatan. Ini penting, dan inilah proses hidup. Hadapi dan jangan lari. Dan jangan lupa selalu berdoa, memohon kekuatan kepada Allah.
Hal lain yang sangat perlu dalam menghadapi musibah atau ujian adalah kesabaran. Kara Rasululah; kesabaran adalah kunci kemenangan/kemudahan.
Namun, tidak ada derita dan beratnya ujian melebihi derita Rasulullah Saw. Karena bukan hanya dirinya yang merasakan derita yang dialami, namun seluruh keluarganya bahkan pasca wafatnya mengalami penderitaan yang berat. Maka ketika kita merasakan derita maka ingatlah musibah yang dihadapi Rasulullah.
Rasulullah mengatakan bahwa jika kita mengalami musibah hendanya membandingkan/mengingat musibah Rasulullah dan Ahlulbaitnya. Karena musibah Rasulullah adalah musibah terbesar. Nisacaya akan serasa ringan, karena derita kita tidaklah seberapa.
Ingatlahlah derita putri Rasulullah atau cucunya Imam Hasan dan Husain as. Rasululullah mengetahui persis apa yang akan dialami oleh putrinya, dan Rasulullah sudah menyampaikan itu kepada Fatimah dan keluarganya. Bagaimana perasaan Rasulullah dan Fatimah yang tahu persis apa yang akan terjadi namun harus berabar dan siap menghadapi apa pun yang akan terjadi dan diketui dengan pasti.
Rasulullah bersabda tentang derita putrinya: “Wahai putiku sayang, engkau bakal teraniaya sepeninggalku, engkau akan terzalimi sepeninggalku. Dan barangsiapa yang telah menyakitimu maka dia telah menyakitiku, siapa yang telah merendahkanmu maka dia telah merendahkanku, sesiapa yang menyia-nyiakanmu maka dia telah menyia-nyiakanku.”
Bagaimana perasaan Rasulullah, seorang ayah ketika harus mnyampaikan apa yang harus dihadapi oleh putrinya kelak? Putrinya dizalimi, haknya dirampas, putrinya dianiaya, mencari perlindungan dan pertolongan namun tidak ada yang menolongnya.
Fatimah pun berkata: “Ya Rasulullah ayahku, aku menangis dan bersedih bukan karena musibah yang akan menimpaku kelak. Aku menangis kareka aku berpisah denganmu, aku sendiri dan ditinggalkan olehmu.”
Inilah ketabahan Sayyidah Fatimah, inilah yang harus dipelajari dan menjadi teladan bagi umatnya, terutama oleh para ibu.
Semua yang diharapkan Rasulullah kepada umatnya tidak terjadi, namun semua yang disampaikan Rasulullah tentang musibah putrinya, Fatimah dan kedua putranya, Hasan dan Husain semua terjadi. Umat mengkhianati Nabinya sendiri. Inilah musibah teramat besar yang terjadi pada umat ini.