04/12/2025
KARAWANG – Jumat (21/11) siang itu, jam dinding di SDN Cibalongsari 3 Klari, Karawang menunjukkan pukul 11.30 WIB. Suara riuh anak-anak yang menerima kotak makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Di tengah keriuhan itu, Siti Nurohmah, siswi kelas 4, duduk diam sambil menatap kotak makanannya. Sambil menunduk, ia memindahkan paket MBG itu ke dalam plastik bening, lalu ia masukkan ke dalam tas berwarna hitam.
Tanpa banyak bicara, Siti kemudian bergegas pulang. Tasnya tampak menggantung berat di punggung, tapi langkah kakinya kecil dan cepat, menembus teriknya matahari.
Menyusur gang sempit
Dari jalan raya di seberang sekolah, Siti masuk ke sebuah gang sempit. Di kiri-kanan, bangunan berdempetan. Siti berjalan pelan, menghindari genangan air bekas hujan di sepanjang jalan.
Setelah berjalan sekitar 300 meter menyusuri gang, Siti berhenti, menoleh ke sebuah gerbang rumah yang disusun dari triplek bekas. Siti mendorong pelan.
“Assalamualaikum, Mah… Siti pulang,” ucapnya.
"Waalaikumsalam.. Sini neng," jawab seorang perempuan tua di depan pintu rumah. Perempuan itu bernama Sri Mulya Darmayanti, ibu dari Siti.
Rumah tersebut merupakan tempat Siti tinggal. Rumah sederhana berkelir merah dan biru toska itu berukuran kurang lebih 5x7 meter.
Di dalamnya, hanya terdiri dari ruang tamu kecil dan dua kamar. Lantai rumah beralas semen, beberapa sudut lembap, dan cahaya matahari hanya masuk melalui celah kecil jendela.
Menyuapi Sang Ibu
Siti meletakkan tasnya ke dalam, lalu kembali keluar menghampiri ibunya—membawa plastik putih berisi paket MBG berupa roti sandwich berisi sepotong ayam.
“Ini buat mamah,” kata Siti.
Sri tersenyum, namun matanya tampak berkaca-kaca. “Makasih ya neng,” jawabnya lembut seraya memeluk sang anak.
Dengan sigap, Siti pun lantas membuka plastik tersebut lalu menyuapkan sepotong roti ke mulut ibunya.
“Siti itu anaknya penyayang. Kadang saya bilang makan saja di sekolah, tapi dia tetap bawa pulang buat saya sama kakaknya,” tutur Sri, terbata.
Siti merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Di rumah itu, Siti tinggal bersama ibunya Sri dan ayahnya, Rahmat Hidayat serta tiga kakaknya.
"Yang gede udah SMA, yang kedua gak lanjut SMP, ikut bapaknya kerja, yang ketiga SMP," sebut Sri.
Semangat sekolah demi MBG
Kepada kumparan, Sri mengaku program MBG membuat Siti lebih bersemangat saat berangkat sekolah. Sri berujar, pernah suatu hari, saat ia hendak menyuruh anaknya beristirahat karena demam ringan, Siti menolak.
"Katanya gak mau ketinggalan, karena mau dapat MBG. ‘Yang lain pada dapet, pengen juga,’ katanya,” ucap Sri.
Sri dan suaminya sehari-hari menggantungkan hidup dari hasil memulung dan bekerja serabutan. Namun meski begitu, ia tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak.
Rumah yang kini mereka tempati berdiri dari program rumah layak huni pemerintah, setelah sebelumnya mereka hidup di bangunan berdinding bilik yang bercampur dengan kandang kambing.
"Ini dibantu dari pemerintah, baru setahun kemarin," katanya.
Soal kehadiran program MBG, Sri mengaku cukup terbantu. Sebab baginya, kebijakan itu sedikit meringankan beban mereka dalam kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan.
Betapa tidak, penghasilan harian mereka rata-rata hanya Rp 50 ribu, tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya.
"Alhamdulillah kebantu, sekarang mah dia (Siti) ditabungin kalau ada sisa (bekal jajan)," ujar Sri.
Kepala SDN Cibalongsari 3 Klari, Karawang, Lela Nurlaela, menyebut sekolahnya total menerima 941 paket MBG dengan dibagi 3 sesi.
"Misalnya kelas pagi kelas 1, 2 pulang jam 9 pagi, pengiriman kedua jam 10 kelas 3, 4, 5 dan 6, sama siang juga jam 1," kata Lela.
Sekolahnya baru menerima MBG sejak sebulan lalu, persisnya di tanggal 27 Oktober 2025. Meski terhitung baru, ia mengaku cukup senang kehadiran MBG selalu membuat anak antusias.
"Masih baru soalnya belum ada dapur. Kalau anak-anak sih tentu antusias ya, kami pun sering request ke SPPG soal menunya. Misal minggu ini telor terus, bosen, minta diganti yang lain, gitu, alhamdulillah lah tentunya bisa dirasakan manfaatnya oleh anak-anak," papar Lela. (*)