03/11/2025
Hidup Dimas (16) berubah drastis sejak kedua orang tuanya bercerai. Dari seorang pelajar biasa, ia kini harus menanggung kerasnya hidup sendirian—bahkan sempat menjadi tunawisma dan tidur di emperan toko.
Setelah perceraian itu, baik sang ayah maupun ibu memilih membangun rumah tangga baru. Namun, tak satu pun yang bersedia mengajak Dimas ikut serta. “Sempat tinggal dengan ayah, tapi diusir,” kisahnya lirih.
Harapan sempat tumbuh ketika ia mendatangi ibunya, namun jawaban yang diterima justru lebih menyakitkan. Ibunya menolak, dan keluarga dari pihak ibu pun enggan memberi tempat. Dimas akhirnya hidup berpindah-pindah, kadang tidur di teras toko, kadang di masjid, berjuang melawan lapar dan dingin malam.
Sekolah pun harus ia tinggalkan sejak duduk di kelas 2 SMP. Bukan karena malas, tapi karena tidak ada biaya. “Pendidikan saya tunda dulu. Yang penting bisa makan,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Hidup Dimas mulai sedikit berubah ketika ada orang baik hati yang memberinya izin menumpang di kamar kos kecil ukuran 2×3 meter. Biayanya hanya Rp100.000 per bulan, tapi Dimas kerap menunggak dua bulan karena belum mampu membayar. Meski begitu, sang pemilik kos tak pernah mengusirnya.