12/11/2025
Ruang forensik itu tak selalu sekelam yang dibayangkan film-film kriminal. Kadang justru di sanalah sains bekerja dengan ketenangan yang anehβdingin, hening, tapi penuh keajaiban logika. Di atas meja logam, terbaring jenazah yang sudah tak bisa lagi dikenali. Wajahnya mengeriput, jari-jarinya membengkak, dan kulitnya mulai terlepas akibat pembusukan. Namun bagi ahli forensik, ini bukan akhir. Justru di titik inilah mereka memulai sesuatu yang nyaris mustahil: menghidupkan kembali identitas seseorang lewat sisa kulit yang nyaris hilang.
Dengan gerakan pelan dan sabar, sang ahli melepas kulit jari yang sudah longgar, memperlakukannya seperti benda berharga. Kulit itu lalu disarungkan ke jarinya sendiri, seolah sedang mengenakan sarung tangan kedua. Terdengar menyeramkan? Mungkin. Tapi justru itulah kejeniusan metode ini: memanfaatkan sisa struktur kulit untuk menyalin pola sidik jari yang masih tersisa. Saat mesin pemindai mulai bekerja, garis-garis kecil itu munculβjelas, tegas, dan identik. Sebuah keheningan memenuhi ruangan, karena di layar monitor, identitas seseorang baru saja kembali ditemukan.
Metode ini disebut teknik degloving, salah satu prosedur paling ekstrem namun ilmiah dalam dunia forensik. Ia digunakan ketika tubuh sudah terlalu rusak untuk diambil sidik jarinya dengan cara biasa. Meski tampak seperti adegan dari film horor, faktanya teknik ini diakui dan digunakan di berbagai laboratorium identifikasi di dunia. Dalam keheningan ruang autopsi, bahkan kulit yang terlepas pun masih bisa menjadi saksi terakhir β mengingatkan kita bahwa sains mampu menemukan cerita di balik kematian.
πSumber:
βHow to identify a body: the Marchioness disaster and my life in forensic pathologyβ. The Guardian.