18/08/2025
PENJUAL YANG JUJUR DAN PENJUAL YANG CURANG
Di sebuah pasar ramai, berdirilah dua kios sayur yang bersebelahan. Satu milik **Pak Hasan**, seorang penjual jujur yang selalu menakar dengan benar dan memberi senyum kepada setiap pembeli. Satunya lagi milik **Pak Darto**, penjual yang curang, sering mengurangi timbangan dan menyembunyikan sayuran busuk di balik tumpukan segar.
Suatu pagi, seorang ibu rumah tangga bernama Bu Sari datang berbelanja. Ia membeli cabai dari Pak Darto. Timbangan menunjukkan satu kilogram, tetapi ketika di rumah ditimbang ulang, ternyata hanya delapan ons. Bu Sari kecewa, tapi ia tidak sempat kembali karena terburu-buru.
Keesokan harinya, Bu Sari berbelanja di kios Pak Hasan. “Pak, saya beli beras dua kilo,” katanya. Pak Hasan menimbang dengan hati-hati, bahkan menambahkan sedikit lebih. “Ini, Bu. Saya lebihkan sedikit, biar puas.”
Bu Sari tersenyum lega. Sejak itu, ia selalu belanja di kios Pak Hasan. Kabar kejujurannya menyebar dari mulut ke mulut, membuat kiosnya makin ramai.
Sementara itu, kios Pak Darto semakin sepi. Pembeli enggan kembali setelah merasa tertipu. Ia marah-marah, menyalahkan orang lain, padahal kesalahannya sendiri.
Suatu hari, Pak Darto menghampiri kios Pak Hasan.
“Hasan, kenapa pembeli lebih s**a ke tempatmu? Padahal aku juga jualan sayur sama.”
Pak Hasan menjawab tenang, “Pembeli bukan hanya membeli barang, tapi juga membeli kepercayaan. Kalau kita curang, kepercayaan itu hilang. Kalau kita jujur, rezeki akan datang dengan sendirinya.”
Pak Darto terdiam. Kata-kata itu menusuk hatinya. Sejak hari itu, ia mencoba berubah, mulai menimbang dengan benar dan tak lagi menyelipkan sayur busuk. Perlahan, pembeli kembali datang ke kiosnya.
Akhirnya, pasar itu dipenuhi dua penjual jujur yang bersaing sehat. Dan mereka pun belajar, keuntungan terbesar dalam berdagang bukan pada banyaknya uang, tapi pada kepercayaan yang dijaga.