
12/09/2025
*Menjalin Persahabatan dengan Menantu, Bagaimana Tuntunan Islam?*
Oleh : Najmah Saiidah
— Kerap terjadi ketakharmonisan menantu dengan mertua, terutama menantu perempuan dan mertua perempuan. Mungkin hal ini terjadi karena perbedaan pendapat antara keduanya atau kadang merasa tersaingi. Karena saat anak laki-laki menikah, akan muncul perempuan lain selain ibu yang juga menjadi orang penting dalam kehidupan anak laki-lakinya. Wajar jika kemudian memiliki ibu mertua yang baik menjadi impian banyak menantu. Siapa pun, kelak—dengan izin Allah—akan menjadi mertua. Bahkan, ada di antara kita yang tengah menjalaninya. Tentu kita berusaha menjadi mertua yang baik bagi para menantu kita karena hal ini akan berpengaruh pada rumah tangga anak-anak kelak. Bagaimanapun, dari keluarga anak-anak akan lahir generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan. Lalu, seperti apa tuntunan Islam bagi mertua agar kelak menantu bisa mencintai, menyayangi, sekaligus menjadi sahabat kita?
1. Posisikan dan perlakukan menantu sebagaimana layaknya anak kita.
Ketika anak menikah, ia akan memiliki istri/suami. Jika anak laki-laki, tentu kita akan memiliki menantu perempuan seperti memiliki anak perempuan yang baru. Bagaimanapun, menantu adalah pasangan anak, orang yang sangat dekat dengan anak selain kita. Seharusnya kita memperlakukan mereka sama seperti anak sendiri. Selain itu, kelak dari menantu perempuan kita inilah biidznillah akan lahir cucu-cucu kita. Tentu saja setiap orang tua fitrahnya mengharap lahir cucu dari menantu. Dengan pergaulan yang baik dari mertua, menantu, dan anak, kehidupan rumah tangga anak akan berlangsung baik. Ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang cucu-cucu kita selanjutnya. Posisi mereka layaknya anak kandung. Bedanya, mereka tidak mewarisi dan diwarisi, serta tidak ada ikatan perwalian antara menantu dan mertua. Kepada mereka ada hak untuk memelihara hubungan silaturahmi dengan keluarganya, wajib memperlakukannya dengan baik sebagaimana orang tua wajib mengayomi anak-anaknya.
2. Menerima menantu kita apa adanya.
Bagaimanapun sikap menantu, ia adalah sosok pilihan anak kita sebagai pendamping hidupnya. Kita telah memberikan pandangan sebelumnya kepada anak ketika memilih menantu sesuai tuntunan syarak, yaitu memilih berdasarkan kebagusan dinnya, bukan karena kecantikan atau kedudukannya. Terlebih, kita telah memberikan restu kepada anak-anak ketika melangsungkan akad pernikahan. Artinya, tugas mertua adalah menerima mereka apa adanya, termasuk yang kurang cocok dengan pendapat kita. Selama masih berada dalam koridor syarak, maka tidak mengapa.
3. Bersikap husnuzan, tetapi tetap tidak menghalangi untuk menasihati jika salah.
Hal yang baik jika kita mengedepankan prasangka baik terhadap apa pun keputusan anak dan menantu selama berada di atas rel syariat. Kita memberikan dukungan dan semangat pada setiap keputusan mereka. Ini berlaku p**a untuk interaksi dengan menantu.
Ketika ada hal yang ingin kita kritisi, sebisa mungkin menahan diri. Besar kemungkinan terjadi salah tafsir antara keduanya. Bahkan, kesalahpahaman ini bisa terjadi meski bukan lewat ucapan atau verbal. Contohnya, ketika orang tua membantu membersihkan rumah menantunya secara s**arela, hal yang tertangkap bisa jadi sebaliknya, yakni anak dan menantu menganggap kurang piawai mengurus rumah. Hanya saja, ketika ada tanda-tanda pelanggaran terhadap hukum syarak karena ketakpahaman anak dan menantu tentang hukum syarak, tentu saja wajib bagi kita meluruskan dan menasihati mereka. Berdakwah dan amar makruf nahi mungkar merupakan kewajiban setiap muslim tanpa pandang bulu. Alangkah baik kita mengajaknya untuk mengikuti kajian-kajian di majelis-majelis ilmu agar makin paham Islam agar bisa berdakwah dan berjuang bersama.
4. Menghargai keputusan anak dan pasangan, serta tidak memaksakan kehendak.
Selama semuanya ada dalam koridor syarak, apa pun keputusan anak dan menantu, kita harus menghormati dan mendukungnya, sekalipun dalam pandangan kita ada yang kurang tepat. Jangan merasa karena pengalaman hidup berumah tangga mertua atau orang tua lebih banyak daripada anak, lalu kita memaksakan kehendak kepada mereka. Pahami betul bahwa tidak selayaknya mertua selalu ikut campur terhadap keputusan anak dan pasangannya. Mereka berhak punya privasi dan keputusan sendiri. Jangan menuntut atau memaksa mereka untuk selalu datang berkunjung setiap akhir pekan. Bisa jadi mereka punya urusan yang lebih penting atau sekadar ingin beristirahat setelah bekerja seminggu penuh.
Kita harus menghormati keputusan mereka. Rasulullah saw. bersabda, “Hormatilah anak-anak kalian dan perbaikilah adab-adab mereka.” Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam kitab Al-Adab fi Al-Din, setidaknya terdapat lima adab orang tua kepada anak-anaknya, “Adab orang tua terhadap anak, yakni membantu mereka berbuat baik kepada orang tua; tidak memaksa mereka berbuat kebaikan melebihi batas kemampuannya; tidak memaksakan kehendak kepada mereka di saat susah; tidak menghalangi mereka berbuat taat kepada Allah Swt.; tidak membuat mereka sengsara disebabkan pendidikan yang salah.”
5. Menjaga silaturahmi dan intens berkomunikasi.
Ada banyak kasus mertua memiliki hubungan tidak baik dengan menantu sehingga mereka jarang bertemu dan memutuskan silaturahmi. Ini tidak benar. Di sinilah perlu komunikasi yang lancar antara ibu mertua dan menantu agar hubungan kekeluargaan terjalin erat dan harmonis. Anak telah menikahi menantu, maka kita pun harus menerima keluarganya dan menjalin silaturahmi dengan besan, keluarga menantu.
Kita bisa menyambung silaturahmi dengan sesekali berkunjung ke rumah anak atau keluarga besan, saling menelepon atau berkomunikasi lewat WhatsApp dan sebagainya. Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang menyambung silaturahmi itu bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus.” (Muttafaqun ‘alaih)
6. Tidak meminta anak memilih sehingga bisa menyulitkan anak dan menantu kita.
Ketika peran sebagai ibu harus bergeser karena anak sudah memiliki pasangan, kita harus ingat bahwa ini bukan kompetisi. Alangkah baiknya jika tidak menempatkan anak di posisi sulit seperti memilih antara ibu atau pasangannya. Jangan pernah melontarkan kalimat semacam itu meski hanya bercanda. Sebagai ibu dan mertua, hendaknya kita menahan diri dari hal demikian. Bagaimanapun, anak memiliki kewajiban terhadap istri dan anak-anaknya. Demikian halnya istri dan anaknya, memiliki hak dari suami dan ayahnya. Jangan sampai karena ulah kita, kehidupan rumah tangga anak dan menantu terganggu.
7. Menawarkan bantuan nyata.
Terkadang, anak dan menantu sungkan meminta bantuan kepada kita, padahal mereka memang butuh. Oleh sebab itu, alangkah baiknya jika kita berinisiatif menawarkan bantuan kepada mereka. Misalkan, ketika mereka ada kesibukan dakwah yang akhirnya membutuhkan bantuan untuk menjaga anak sementara waktu, 2 atau 3 jam misalnya, sedangkan kita saat itu dalam kelapangan. Atau ketika anak harus ke luar kota karena urusan pekerjaan, ada baiknya kita menawarkan bantuan ketika menantu kerepotan mengurus anak-anak sendirian.
Bisa saja datang ke rumah mereka atau mengajak agar menantu dan anak-anaknya menginap di rumah kita. Hal ini tidak saja mencairkan suasana dan membangun respek satu sama lain, melainkan bisa mempererat hubungan kekeluargaan dan kedekatan antara nenek-kakek dan cucu-cucunya. Mereka bisa bercengkerama bersama.
8. Selalu mendoakan menantu dan anak kita.
Beberapa hadis Rasulullah saw. menjelaskan bahwa di antara doa yang mustajab adalah doa orang tua untuk anaknya, baik doa kebaikan maupun keburukan. Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah saw. bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“Tiga doa yang tidak tertolak, yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa, dan doa seorang musafir.” (HR Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro) Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw. bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar), dan doa orang yang dizalimi.” (HR Abu Daud no. 1536) Juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah saw. bersabda
, ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ
“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua pada anaknya.” (HR Ibnu Majah no. 3862) Beberapa ulama menyampaikan pendapatnya tentang hadis-hadis yang menunjukkan doa orang tua kepada anaknya—termasuk menantunya—itu mustajab, baik doa ayah maupun ibu. Namun, doa ibu lebih mustajab lagi.
Al-Munawi rahimahullah menjelaskan bahwa doa orang tua kepada anaknya terijabah karena rasa sayang orang tua yang tulus kepada anaknya dan orang tua banyak mendahulukan anak daripada dirinya sendiri. Doa dengan rasa sayang yang tulus mengakibatkan terkabulkannya doa. Dalam hadis ini tidak disebutkan lafaz “al-walidah” (ibu), padahal ibu lebih berhak dan lebih besar kemungkinan dikabulkan doanya daripada ayah. Ini karena keutamaan ibu sudah maklum (diketahui semua orang). (Faidhul Qadir, 3/301).
Ini adalah pelajaran yang sudah seharusnya setiap orang tua ketahui, terlebih kita sebagai ibu. Kekuatan doa seorang ibu untuk anak-anak dan menantu akan mampu mengetuk langit, sebagaimana disampaikan Rasulullah dalam hadis-hadisnya, termasuk ke dalam doa yang mudah Allah ijabah. Sudah seharusnya lisan kita selalu terhiasi doa-doa yang baik untuk anak-anak, menantu, dan cucu-cucu kita. Demikianlah tuntunan Islam untuk kita semua agar terjalin hubungan baik dan harmonis antara mertua, anak, dan menantu; saling menghormati dan tolong-menolong di antara semua layaknya sahabat karib.
Hal ini akan makin menguatkan tali kekeluargaan antara seluruh keluarga, terutama dua keluarga besar. Semoga Allah selalu melindungi dan menjaga keluarga kita hingga nanti bertemu dan bisa berkumpul kembali di surga-Nya. Aamiin yaa mujiibas saailiin. [MNews/Juan]
https://www.muslimahnews.com/2021/11/10/menjalin-persahabatan-dengan-menantu-bagaimana-tuntunan-islam/
---------------
___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM