Dunia Parenting

Dunia Parenting Menyediakan berbagai produk keluarga dan artikel parenting

*NARASI ALQURAN MENDIDIK ANAK PRABALIGH*(Bagian pertama)Oleh : Ustazah Yanti Tanjung - Dalam sebuah ceramahnya menarik s...
15/06/2025

*NARASI ALQURAN MENDIDIK ANAK PRABALIGH*
(Bagian pertama)
Oleh : Ustazah Yanti Tanjung

- Dalam sebuah ceramahnya menarik sekali apa yang disampaikan ustadz Adi Hidayat tentang mendidik anak dalam tumbuh kembang. Kita bisa melihat dari penggunaan bahasa Alquran yang digunakan ternyata setiap periode usia berbeda.

Beliau menyampaikan ketika Luqman mendidik anaknya memanggil dengan narasi " ya bunayya " panggilan itu dikenal sebagai panggilan sayang, panggilan manja, untuk anak usia prabaligh.

Dalam bahasa Arab narasi ya bunayya adalah narasi tadlil

يُدَلِّلُ طِفْلَهُ" : يُدَلِّعُهُ، يُغَنِّجُهُ، يُعامِلُهُ مُعامَلَةً فيها الكَثيرُ مِنَ اللُّطْفِ وَالتَّرْفيهِ.

Intinya panggilan lembut dan manja.

Dari sini dipahami bahwa Alquran mengajarkan orang tua memanggil harus yang nyaman didengar anak, panggilan sayang penuh kelembutan, tidak menggunakan kata-kata kasar, bentakan dan tidak ahsan.

Pelajaran yang pertama kali diberikan Luqman kepada anak adalah pondasi aqidah Islam. Setelah panggilan sayang itu Luqman menggunakan kata larangan dalam perkara keimanan.

Setelah menggunakan kata ya bunay,ya maka nasehat terbaik yang dilakukan oleh Lukmanul Hakim menggunakan kata larangan laa " Jangan "

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Menggunakan kata larangan dalam melarang perkara mempersekutukan Allah sangat mudah dicerna anam, karena kata bersekutu dengan yang lain sangat mudah dihadirkan faktanya.

Kami pernah menstimulus ananda saat itu usianya baru usia dini, kisaran usia 4 th, menjelaskan bahwa Allah itu ahad tidak ada sekutu bagiNya.

" Dek bagaimana keadaan bumi seandainya pencipta itu tidak satu tapi bersekutu, ada dua. "

" Kalau ada dua nanti bumi hancur, karena nanti yang satu ingin kesini yang satu ingin kesana. " Sambil menunjuk arah kiri dan kanan.

"Bagimana kalau tiga?"

" Bumi semakin hancur mi ."

Sebelumnya pernah membahas tentang sebuah mobil yang berpenumpang dengan dua sopir, apa yang terjadi? Mobil bisa hancur bila kedua sopir mengambil keputusan yang berbeda.

Juga paling mudah menjelaskan bahwa Allah tidak bersekutu dengan makhluk, Allah tidak melahirkan dan tidak dilahirkan seperti manusia dan tidak ada yang setara dengan siapapun.

Dari sini juga akan mengantarkan ananda untuk mengaku lemah dan kurangn dihadapan Allah saat dibentangkan realitas alam, menusia dan kehidupan adalah ciptaan Allah dan diatur oleh Allah swt. Maka muncullah pengakuan terhadap keagungan dan kesucian Allah dalam benak dan jiwanya.

Dari sini anak digiring bersyukur kepda Allah yang telah menciptakan bumi dan langit serta segala isinya untuk manusia, digiring bahwa cara bersyukur itu adalah menghambakan diri dihadapan Dzat yang maha agung dengan beribadah, tunduk dan patuh pada perintah dan larangan tanpa bantahan[]

(Bersambung)
===============





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

*YAA BUNAYYA LAA TUSYRIK BILLAH*Oleh : Ustadzah Yanti Tanjung - Dalam sebuah ceramahnya menarik sekali apa yang disampai...
10/06/2025

*YAA BUNAYYA LAA TUSYRIK BILLAH*
Oleh : Ustadzah Yanti Tanjung

- Dalam sebuah ceramahnya menarik sekali apa yang disampaikan ustadz Adi Hidayat tentang mendidik anak dalam tumbuh kembang. Kita bisa melihat dari penggunaan bahasa Alquran yang digunakan ternyata setiap periode usia berbeda.

Beliau menyampaikan ketika Lukman mendidik anaknya memanggil dengan narasi " ya bunayya " panggilan itu dikenal sebagai panggilan sayang, panggilan manja, untuk anak usia prabaligh.

Dalam bahasa Arab narasi ya bunayya adalah narasi tadlil

جُهُ، يُعامِلُهُ مُعامَلَةً فيها الكَثيرُ مِنَ اللُّطْفِ وَالتَّرْفيهِ. يُدَلِّلُ طِفْلَهُ" : يُدَلِّعُهُ، يُغَنِّ
Intinya panggilan lembut dan manja.

Dari sini dipahami bahwa Alquran mengajarkan orang tua memanggil harus yang nyaman didengar anak, panggilan sayang penuh kelembutan, tidak menggunakan kata-kata kasar, bentakan dan tidak ahsan.

Pelajaran yang pertama kali diberikan Lukman kepada anak adalah membangun pondasi aqidah Islam. Setelah panggilan sayang itu Lukman menggunakan kata larangan dalam perkara keimanan. Nasehat terbaik yang dilakukan oleh Lukmanul Hakim menggunakan kata larangan laa " jangan "
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Jika ada yang mengatakan penggunaan kata “jangan” dalam mendidik akan berpengaruh pada kemandirian anak, keberanian dll maka Alquran justru menggunakan kata “jangan” tersebut dalam perkara aqidah, “ yaa bunayya laa tusyrik billah “

Menggunakan kata larangan dalam perkara mempersekutukan Allah sangat mudah dicerna anak, karena kata bersekutu dengan yang lain sangat mudah dihadirkan faktanya.

Kami pernah menstimulus ananda saat itu usianya baru usia dini, kisaran usia 4 th, menjelaskan bahwa Allah itu ahad tidak ada sekutu bagiNya.

" Dek, bagaimana keadaan bumi seandainya pencipta itu tidak satu tapi bersekutu, ada dua. "
" Kalau ada dua nanti bumi hancur, karena nanti yang satu ingin kesini yang satu ingin kesana. " Sambil menunjuk arah kiri dan kanan.
"Bagimana kalau tiga?"
" Bumi semakin hancur mi ."

Sebelumnya pernah membahas tentang sebuah mobil yang berpenumpang dengan dua sopir, apa yang terjadi? Mobil bisa hancur bila kedua sopir mengambil keputusan yang berbeda.

Juga paling mudah menjelaskan bahwa Allah tidak bersekutu dengan makhluk, Allah tidak melahirkan dan tidak dilahirkan seperti manusia dan tidak ada yang setara dengan siapapun. Membuatkan garis yang jelas bahwa sifat-sifat uluhiyyah bagi Allah tidak ada pada manusia,sehingga anak tidak mengkhayalkan sesuatu atau benda-benda sebagai perkara yang diagungkan dan disucikan atau menjadikan tokoh-tokoh super hero dalam kartun sebagai tandingan bagi Allah dalam perkara kekuatan.

Anak tidak dibiarkan jalan keimanannya hanya diperoleh dengan perasaan atau wijdan yang secara fithri mengakui adanya sang Pencipta dan sang Pengatur. Tidak dibiarkan anak memungkinkan baginya menginternalisasikan sifat-sifat ketuhanan ke dalam sesuatu yang bersifat materi atau benda-benda seperti menyembah berhala seperti yang dilakukan oleh kafir Quraisy di era jahiliyyah.

Atau misalkan anak mengagungkan super heronya dengan segala kekuatan air, api, udara mampu membelah lautan,menghancurkan bumi, membunuh monster dll seperti halnya yang dia lihat di film-film animasi di TV atau di yutube. Karena semua itu bisa mengantarkan kesyirikan atau kesesatan dalam aqidah.

Karena itu hati-hati memberikan tontonan kepada anak usia dini, sebab akalnya belum terbentuk sedang berproses terbentuk maka fakta yang hadir dapat mestimulus ,sebab dirinya belum bisa menggunakan akal akan langsung menyentuh naluri anak, kartun-kartun super hero tersebut langsung menyentuh naluri tadayyun (beragama) anak.

Setelah anak dipaparkan tontonan super hero tersebut dan menancaplah dalam benaknya kekuatan yang lebih dari dirinya dan tergambar baginya bahwa super hero tersebut bisa menyelamatkaan, memiliki kekuatan super dll,tanyakan padanya mana yang lebih memiliki kekuatan Allah atau super hero tersebut. Maka anak akan menjawab adalah super hero,karena kongkrit sedangkan Allah adalah ghaib. Disinilah pentingya menjauhkan tayangan kartun-kartun seperti itu pada anak karena mengandung kebahayaandalam aqidah.

Juga sifat uluhiyyah yang melekat pada Allah sebagai pencipta dan pengatur alam manusia dan kehidupan dan Dialah yang memiliki otoritas dalam membuat aturan tidak boleh ditandingkan dengan makhluk yang telah lancang membuat hukum-hukum dan aturan. Ketika anak memahami bahwa perintah dan larangan itu datang dari Allah swt anak akan menolak segala bentuk ketundukan pada aturan manusia, akan menolak aturan-aturan yang bukan berasal dari Allah swt.

Dari sini akan mengantarkan ananda untuk mengakui kelemahan dan kekurangan dirinya dihadapan Allah saat dibentangkan realitas alam, manusia dan kehidupan adalah ciptaan Allah dan diatur oleh Allah swt. Maka muncullah pengakuan terhadap keagungan dan kesucian Allah dalam benak dan jiwanya dengan iman yang benar.

Setelah itu anak diperintahkan bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan bumi dan langit serta segala isinya untuk manusia, anak digiring bahwa cara bersyukur itu adalah menghambakan diri dihadapan Dzat yang Maha Agung dengan beribadah, tunduk dan patuh pada perintah dan larangan tanpa bantahan..[]
------





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

*Istri Fase Repot, Ini Yang Harus Dilakukan Suami*Oleh Kholda NajiyahFounder Komunitas Istri Strong dan Kelas Pasca Nika...
10/06/2025

*Istri Fase Repot, Ini Yang Harus Dilakukan Suami*
Oleh Kholda Najiyah
Founder Komunitas Istri Strong dan Kelas Pasca Nikah "Bengkel Istri."

- Rumahtangga umumnya melalui empat fase: fase madu, fase repot, fase kritis dan fase stabil. Kali ini bicara fase repot. Umumnya terjadi saat anak-anak masih usia balita.
Siapa yang paling merasakan kerepotan? Istri. Apalagi jika tidak ada asisten rumahtangga. Jauh p**a dari kerabat dan sahabat yang bisa dimintai bantuan setiap saat.
Pada fase ini, istri akan mengalami kelelahan fisik luar biasa. Sebab mengurus balita plus pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Menggendong-gendong bayi seberat 3 kg hingga batita seberat 15 kg dalam berkali-kali kesempatan, luar biasa melelahkan.
Melayani mereka sejak mata melek hingga mata terpejam. Membantu mereka mandi, berpakaian, makan, minum, mengganti popok, menina-bobokkan, menenangkan dari tangisan, membuatnya nyaman dan seterusnya, sungguh menguras tenaga.
Belum lagi masih harus tetap mencuci, menjemur, menyapu, dan merapikan rumah.
Untuk mengurangi kerepotan, ada pekerjaan yang bisa didelegasikan, yakni memasak dan menyetrika. Beli lauk mateng dan bawa ke laundry bisa menjadi solusi. Namun ada banyak tugas yang tak bisa dilimpahkan. Seperti mengurus balita dan melayani suami.
Istri tak hendak mengeluh. Ia sadar itu pahalanya. Risiko ia menjadi istri dan ibu, predikat yang sangat ia damba. Namun, ia bukanlah makhluk kuat yang terbuat dari besi dan baja. Rasa lelah adalah perasaan lumrah yang mendera semua wanita.
Lebih rinci, inilah hal-hal yang umumnya muncul pada diri istri saat menghadapi fase repot:
1. Lelah secara fisik, karena mengurus anak-anak usia balita membutuhkan perhatian penuh. Baik kehadiran fisik, kontak mata maupun kontak batin.
2. Jam tidur yang berantakan. Malam kadang harus begadang, siang belum tentu bisa tidur. Jika sempat tidur barang sejenak, sudah harus terbangun mengurus kembali anak-anak dan merapikan pekerjaan rumah.
3. Telat mandi dan makan. Boro-boro sempat berdandan. Anak balita benar-benar hanya bisa ditinggal saat tidur. Meleng sedikit saja mereka akan merengek minta perhatian. Baru masuk kamar mandi, pintu sudah digedor dan tangisan pun melengking. Baru satu suap makan, anak tiba-tiba buang air besar. Ah, hanya istri yang merasakan.
4. Gairah seksual menurun drastis. Boro-boro sempat memikirkan indahnya malam-malam berdua suami seperti saat pengantin baru. Bisa merem sejenak meluruskan punggung saja suatu kenikmatan luar biasa.
Maklumi jika istri menjadi kurang minat melayani kebutuhan seksual suami. Bukannya istri senang, sebenarnya ia pun tertekan jiwanya karena merasa bersalah terhadap suami. Ia pun merindukan saat-saat intim berdua.
5. Istri merasa stres karena waktunya benar-benar terforsir untuk urusan anak dan rumah. Tak sempat menikmati waktu me time seperti belanja, jalan-jalan atau berdua suami seperti dulu.
Nah, pada fase ini, kerepotan istri akan terbantu jika para suami memahaminya penuh pengertian. Suami sigap memberi dukungan.
Berikut ini yang bisa dilakukan para suami untuk membantu mengurangi stres istri:
1. Lakukan hal-hal kecil yang membantu meringankan bebannya. Seperti meletakkan barang-barang pada tempatnya. Melayani diri sendiri untuk sementara, saat istri begitu sibuk melayani anak-anak.
2. Jika sempat, bantu mengurus cucian di malam hari sebelum tidur. Jika ada mesin cuci, ini sangat mudah dilakukan.
3. Sebelum berangkat kerja, tawarkan bantuan, apakah istri perlu dibelikan sarapan. Atau, pegang anak saat istri memasak di dapur.
4. Jika lokasi kerja di dalam kota dan makan siang bisa p**ang, makan sianglah bersama istri di rumah. Bawakan lauk mateng. Terkadang istri belum sempat menyentuh makanan sejak pagi saking repotnya. Misal saat istri sedang menyusui.
5. Sebelum p**ang kerja, telepon istri, tanyakan, barangkali istri menitip makanan. Atau istri butuh beli perlengkapan yang habis, seperti popok sekali pakai, tisu basah, telur, minyak goreng dan beras.
6. Sampai di rumah, temui istri dan segera beri pelukan. Tanyakan bagaimana keadaan anak-anak hari itu.
7. Berikan empati pada istri saat ia bercerita apa saja, bahkan jika kemarahannya mencuat. Jadilah pendengar yang baik.
8. Jangan mengomentari rumah yang berantakan. Jika tidak bisa membantu merapikan, lebih baik diam. Itu sudah sangat menjaga perasaan istri.
9. Sempatkanlah "memegang" anak barang sebentar, agar istri dapat mengurus dirinya. Baik menyiapkan makan malam, menyiapkan kamar tidur atau menuntaskan pekerjaan yang tertunda.
10. Sebelum tidur, pijitlah sebentar kaki atau punggung istri. Sentuhan ini cukup menjadi relaksasi baginya.
11. Jika ingin meminta nafkah batin, mintalah dengan lembut dan beri kesempatan istri agar dalam kondisi siap. Jangan merasa diabaikan istri, karena memang gairahnya sedang turun drastis. Bantulah istri bangkit dengan memberinya rangsangan yang ia s**a.
12. Jangan sekali-kali berpaling melampiaskan nafsu dengan mengakses konten p***o, karena istri akan merasa sangat bersalah dan semakin terpuruk kehilangan gairah.
13. Jangan berpaling dengan menjalin hubungan dengan wanita lain sebagai bentuk pelampiasan nafsu, baik chat mesra maupun kontak fisik. Ini jelas akan sangat melukai hati istri yang merasa tak lagi dicintai, bahkan dikhianati di saat jiwanya sedang terpuruk.
14. Jangan terus menerus mengancam istri akan menikah lagi. Sungguh, istri sangat ingin melayani Anda penuh cinta seperti dulu. Ini justru yang harus Anda bantu, agar gairahnya tidak lenyap sama sekali.
15. Sabarlah dan berjuanglah berdua bersama istri melewati masa repot dengan saling memberi dukungan. Sadarlah, fase ini adalah fase lelahnya berdua, bukan satu pihak saja. Sering-sering berkomunikasi menanyakan perasaannya.
Hal-hal ini kelihatannya sepele, tapi sangat besar artinya bagi istri yang sedang stres menjalani fase repot. Ringankanlah stresnya dengan memberi perhatian lebih, sebab perasaan istri bisa jatuh ke fase kritis jika terlambat mendapat perhatian.
Salam Strong!
Bogor, 7 Maret 2020

Dipersembahkan untuk para istri strong yang sedang manghadapi fase repot, khususnya para pembelajar kelas pasca nikah Bengkel Istri.

Tag para suami siaga, ya!
Semoga semakin memahami istri 😍
------------------





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ .اللهُ أَكْبَرُ ، وللهِ الْحَ...
07/06/2025

اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ .

اللهُ أَكْبَرُ ، وللهِ الْحَمْدُ .

Segenap Admin Dunia Parenting mengucapkan :
Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H

Semoga kita mampu meneladani keluarga Ibrahim dalam pengorbanan dan ketaatan kepada Allah Subhana wata'ala

LAUNCHING DI SUMEDANGPONDOK PUTRA-PUTRA SEKOLAH ANAK TANGGUH LEVEL SMP/MTSPENDAFTARAN :1. DIBUKA : 07 - 31 Juni 20252. W...
07/06/2025

LAUNCHING DI SUMEDANG
PONDOK PUTRA-PUTRA SEKOLAH ANAK TANGGUH LEVEL SMP/MTS

PENDAFTARAN :
1. DIBUKA : 07 - 31 Juni 2025
2. WAWANCARA : 01 Juli 2025
3. Link pendaftaran kesini : https://bit.ly/PPDB_Putri2025
4. Konfirmasi pendaftaran ke Admin 0838-2541-6862

BIAYA :
Uang Pendaftaran Rp.200.000
Uang Pangkal Rp. 6.000.000 ( Bisa dicicil Rp. 2.00.000/Tahun)
Infak Bulanan Rp. 1.600.000
Transfer ke BSI 7179253024 a/n Yayasan Pondok Anak Tangguh

Founder
Ustadzah Yanti Tanjung

*Keluarga Muslim, Belajarlah dari Keluarga Ibrahim as*Oleh : Najmah Saiidah  – Setiap datang Iduladha atau hari raya kur...
04/06/2025

*Keluarga Muslim, Belajarlah dari Keluarga Ibrahim as*
Oleh : Najmah Saiidah

– Setiap datang Iduladha atau hari raya kurban, kita semua akan selalu mengingat keluarga ini. Ya, keluarga Nabi Ibrahim as.. Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil oleh keluarga muslim dari keluarga Nabi Ibrahim. Ketaatannya kepada Allah, kesabarannya, kerelaan berkorban, serta bagaimana mendidik anak tidak diragukan lagi.

Kilas Balik Peristiwa Pengorbanan Keluarga Nabi Ibrahim as.
Setelah selamat dari upaya pembunuhan kaumnya dan terbebas dari kezaliman Raja Namrud, Ibrahim as. hijrah menuju Syam. Tepatnya ke Baitulmaqdis, Palestina (Lihat: Ash-Shaffat: 99). Ibrahim bersama keluarganya menetap sementara di Haran. Di kota ini Ibrahim as. menentang penyembahan mereka yang menyembah bintang, bulan, dan benda langit lainnya (Lihat: Al-an’am :75-83). Ibrahim as. dan keluarganya melanjutkan perjalanan ke Baitulmaqdis setelah sebelumnya mampir di Mesir.

Dari Mesir, Ibrahim as. mendapat banyak hadiah harta, binatang ternak, budak, dan pembantu bernama Hajar yang keturunan Qibti. Selama dua puluh tahun tinggal di Baitulmaqdis, Ibrahim as. tidak mendapatkan keturunan sehingga istrinya, Sarah, merasa kasihan dan memberikan budaknya pada Ibrahim. Setelah itu lahirlah Ismail, hingga akhirnya Ibrahim as. membawa pergi Hajar dan putranya.

Mereka berjalan kaki menyusuri gurun pasir yang ganas dari Syam (Syria) hingga sampai di suatu daerah, Gunung Faran di Makkah. Lelaki tua itu menempatkan istri dan anaknya di lembah yang tidak ditumbuhi satu pun tumbuhan. Sebuah lembah yang kering, gersang, dan asing, lalu beliau pergi meninggalkan mereka berdua.

Disebutkan dalam riwayat, ketika Ibrahim as. akan meninggalkan keduanya, Bunda Hajar dalam kondisi menyusui. Ketika Ibrahim meninggalkan keduanya dan memalingkan wajah, Hajar bangkit dan memegang baju Ibrahim, “Wahai Ibrahim, mau ke mana? Engkau akan meninggalkan kami di sini padahal tidak ada bekal apa pun yang mencukupi kami?” Ibrahim tidak menjawab. Hajar bertanya, “Apakah Allah yang menyuruhmu?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Hajar berkata, “Kalau begitu pergilah, pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan kita.”

Ibrahim meninggalkan putra dan istri yang dicintainya, demi menyambut seruan Allah (Lihat: QS Ibrahim: 37—40). Sebuah episode pengorbanan yang dalam dan sangat mengagumkan.

Lebih dari 80 tahun Ibrahim as. menantikan kehadiran keturunan, tapi ketika ia hadir di pangkuannya, ia harus meninggalkannya dan justru membawa anaknya ke lembah itu. Seakan-akan ia hanya datang menitipkan mereka kepada alam. Namun demikian, mereka tunduk pada perintah Allah dan meyakini kebenaran janji-Nya. Betapa agung kedudukan mereka di sisi Allah Swt..

Hajar seperti tak berdaya, di sekelilingnya hanya terhampar padang pasir yang tandus. Tanpa putus asa dia pun berjalan mencari tempat yang lebih tinggi untuk melihat-lihat, adakah mata air untuk melepas dahaga sang anak dan dirinya.

Dia pergi ke bukit Shafa, lalu turun dari Shafa, kemudian menuju bukit berikutnya, Marwa. Sesampai di puncak Marwa, ia tidak temukan apa pun, lalu segera turun dan berlari menuju Shafa, berulang-ulang sebanyak tujuh kali. Diawali di bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwa. Rasulullah saw. bersabda, “…karenanya orang-orang melakukan sai antara Shafa dan Marwa.”

Putus sudah harapan Hajar kepada makhluk, hanya berharap kepada Allah seraya memanjatkan doa. Tiba-tiba dia mendengar suara, “Engkau telah panjatkan doa memohon pertolongan.” Seketika sesosok malaikat tepat berada dekat kaki sang bayi sambil memukul-mukulkan tumit ke tanah hingga air yang penuh berkah memancar. Hajar mengumpulkan air dan memagarinya dengan pasir hingga air menggenang setinggi betis. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya ketika Jibril menggerakkan (agar air menggenang), semoga Allah merahmati Hajar, kalau saja tidak menghimpunnya, hanya akan menjadi mata air biasa.”

Nabi Ibrahim as. memanjatkan doa yang diabadikan dalam Al-Qur’an,

“Ya Tuhan Kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim : 7)

Ismail tumbuh menjadi anak yang berbakti, sangat taat kepada Allah Swt.. Betapa senangnya Ibrahim as., apalagi Sang Putra menjelang remaja, sebagai tunas yang kelak menggantikan misi kenabian, keinginannya memiliki anak ia adukan kepada Allah agar kelak risalahnya tidak mati sepeninggalnya.

Akan tetapi, anak yang sangat dicintainya ini harus disembelih. Al-Qur’an mengisahkan secara dramatis dalam QS Ash-Shaffat: 102–109.

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’”

Dengan penuh iman dan ketaatan, ayah dan anak ini—Nabi Ibrahim as. dan Ismail as.—menunaikan perintah Yang Mahakuasa. Dikerjakanlah perintah Allah tersebut. Namun, Allah mengutus malaikat untuk menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba. Sungguh sebuah peristiwa yang luar biasa!

Pelajaran Berharga Bagi Keluarga Muslim
Masyaallah! Luar biasa puncak keimanan yang dimiliki oleh tiga anak manusia, Ibrahim as., Bunda Hajar, dan Ismail as.. Ketaatan dan ketundukannya kepada Allah mengalahkan segalanya, serta kesabaran, keikhlasan, dan pengorbanan yang luar biasa.

Pada awal kelahirannya, Sang Ayah harus berpisah dengan anak dan istri yang sangat dicintainya. Bunda Hajar, istri Nabi Ibrahim harus ikhlas ditinggalkan suaminya—hanya berdua—di tengah padang pasir bersama dengan anak masih bayi. Karena ia paham bahwa ini adalah perintah Allah, maka ia yakin Allah pasti akan menjaga dan melindungi.

Anak yang sangat diidam-idamkan, dalam penantian yang sangat panjang, dididik dan dibina dengan baik, tersirat harapan besar akan sang pelanjut misi suci kenabian. Akan tetapi, tiba-tiba Sang Khalik memerintahkannya untuk menyembelih putra tercintanya ini.

Sang Nabi dihadapkan pada dua pilihan sulit, apakah taat pada perintah Allah atau mengikuti rasa cintanya kepada sang putra? Bukan pilihan yang mudah bagi manusia pada umumnya. Namun, naluri iman membimbingnya untuk tunduk kepada titah Sang Khalik. Tanpa ragu sedikit pun, Ibrahim as. memenuhi perintah Allah Swt..

Demikian halnya Sang Putra tercinta, Ismail pun dengan lantang, tegar, penuh kepasrahan, dan keyakinan, bersedia untuk disembelih oleh tangan ayahnya sendiri. Yang dilakukannya semata-mata karena ketaatan dan ketundukannya kepada Allah Swt.. Ia yakin Allah akan memberinya yang terbaik, dan yang terbaik bagi dirinya adalah bersikap sabar dan ikhlas.

Keluarga Ibrahim as., Profil Keluarga Ideal
Keluarga Nabi Ibrahim merupakan salah satu profil keluarga ideal yang dikisahkan dalam Al-Qur’an. Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah perjalanan hidup keluarga Nabi Ibrahim as.

Pertama: Keteladanan Nabi Ibrahim sebagai suami dan ayah.

Dalam keluarganya, Nabi Ibrahim as. adalah kepala keluarga yang yang bertanggung jawab, berkepribadian luhur, cinta pada keluarga, dan berperilaku sesuai dengan tuntunan agama. Ia membina keluarganya sesuai dengan tuntunan Allah Swt..

Sebagai suami, Ibrahim berlaku adil kepada kedua istrinya. Kedua istrinya, Sarah dan Hajar, taat kepada Nabi Ibrahim as. yang dilandasi ketaatan kepada Allah Swt. Ketaatan mereka tentu tidak terlepas dari kemuliaan pribadi Ibrahim sebagai pemimpin dalam rumah tangga dan ketaatannya kepada Allah Swt..

Sebagai suami, tampak jelas bahwa Nabi Ibrahim adalah seorang kepala keluarga yang mampu menjalankan kewajibannya sebagai suami, memenuhi kebutuhan keluarganya, mampu mendidik istrinya dengan baik, menjadi istri yang penuh ketaatan kepada Allah dan kepada suaminya, mampu membina istri dan anak-anaknya, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk mengubah orang-orang yang dipimpinnya, termasuk istri dan anak-anaknya.

Sebagai seorang ayah, Nabi Ibrahim as. tampil sebagai ayah yang bertanggung jawab, pendidik yang penuh kasih sayang dan menjadi teladan.

Mari kita perhatikan dialog Nabi Ibrahim ketika menjalankan perintah Allah untuk menyembelih Ismail.

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!‘ Ia menjawab,‘Duhai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’” (QS Ash-Shaffat: 102)

Dalam dialog yang dikemukakan Al-Qur’an di atas, terlihat Nabi Ibrahim sangat menyayangi anaknya. Hal ini tergambar dari pilihan kata yang digunakannya ketika menyeru buah hatinya: yaa bunayya (hai anakku). Penggunakan kata “yaa bunayya” merupakan panggilan penuh kasih sayang.

Kemudian, kita bisa melihat bagaimana ketika Ibrahim meminta pendapat anaknya ketika diperintah untuk menyembelihnya. Jawaban yang cerdas dan penuh ketaatan, hasil didikan ayah dan ibu yang tidak diragukan lagi keimanannya.

Kedua, keteladanan ibunda Hajar, ibu yang tangguh.

Sesungguhnya, hanya perempuan pilihan sajalah yang bisa melewati apa yang dihadapi oleh bunda Hajar. Beliau berhasil lulus dari berbagai rintangan dan cobaan yang dihadapinya. Bunda Hajar memainkan perannya sebagai ibu yang penuh tanggung jawab dalam mendidik anaknya, ibu yang tangguh, pantang menyerah, dan tak kenal putus asa.

Ketika bayi Ismail meronta kehausan, Hajar berlari-lari mencari air. Dari Shafa ke Marwa, berulang-ulang untuk mencari air demi memenuhi kebutuhan anaknya. Peristiwa itu kemudian diabadikan dalam ibadah sai ketika haji dan umrah.

Bunda Hajar juga menyerang Iblis dengan lontaran batu ketika Iblis mencoba untuk merusak jiwa anaknya agar menolak keputusan Ibrahim menyembelih Ismail atas perintah Allah. Lontaran batu itu juga menjadi ibadah lontar jumrah dalam ibadah Haji. Hal ini menunjukkan bahwa bunda Hajar melindungi fisik dan jiwa anaknya.

Sebagai istri, bunda Hajar adalah sosok istri yang patuh pada suami dan taat kepada Allah. Meskipun terasa berat menerima keputusan Ibrahim untuk taat pada perintah Allah agar menyembelih putra semata wayangnya, tetapi demi kepatuhannya kepada sang suami dan ketaatannya pada Allah, bunda Hajar ikhlas tanpa bantahan sekecil apa pun. Inilah teladan seorang ibu dan istri salihah.

Ketiga, profil Ismail sebagai anak saleh dan tangguh.

Ismail adalah anak yang patuh, tidak pernah membantah perintah ayahnya. Semua ini dilakukan Ismail karena ketaatan dan keimanan yang tinggi kepada Allah Swt. Hal ini terbukti ketika Ismail diberitahu ayahnya bahwa ia diperintahkan untuk menyembelihnya.

Yang dilakukan Ismail adalah menerimanya dengan ikhlas, bahkan ia menguatkan hati ayahnya agar tabah menjalankan perintah tersebut. Ia berkata, “Duhai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Kesalehan Ismail sudah seharusnya menjadi inspirasi dan teladan bagi generasi muda saat ini. Seorang pemuda harus siap berkorban apa saja untuk berbakti kepada Allah dan orang tua. Waktu, pikiran, tenaga, bahkan jiwanya sekalipun, ia korbankan demi baktinya pada Allah dan kedua orang tua.

Selain itu, bagaimana Ismail memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa kepada ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah dan tetap konsisten menegakkan kebenaran, ditambah ketaatan dan kemuliaan pribadi sang anak akan memberi energi positif kepada orang tuanya.

Khatimah
Demikianlah sosok keluarga Ibrahim as., keluarga yang penuh dengan keimanan, ketaatan, pengorbanan, keikhlasan, dan kesabaran yang luar biasa. Keimanan yang kukuh dan ketaatan sepenuhnya kepada Allah inilah yang menjadi kunci dari keberhasilan keluarga Nabi Ibrahim as.. Karena itu, Allah menganugerahkan kebahagiaan pada keluarganya. Bahkan melalui istri pertama, bunda Sarah, akhirnya keluarga Ibrahim dikaruniai anak kedua—Ishaq—yang kelak juga menjadi nabi. Semua itu disyukuri oleh Nabi Ibrahim as. “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq.”

Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari keluarga Nabi Ibrahim as.. Keimanan dan ketaatan yang tinggi, kesabaran dan keikhlasan seluas samudra, serta pengorbanan yang tinggi, meliputi seluruh jiwa anggota keluarga.

Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita untuk membina diri kita dengan Islam dan mendidik anak-anak kita sesuai Islam, sehingga lahir generasi yang cerdas sekaligus memiliki keimanan dan ketaatan yang tinggi, ikhlas, sabar, dan rela berkorban untuk Islam. Amin. Wallahu a’lam bishshawab[]

Sumber : Muslimahnews.id
-----------





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

📢 *SEMINAR PARENTING NASIONAL* 📢Media sosial sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dengan remaja generasi Z hari ini. M...
26/05/2025

📢 *SEMINAR PARENTING NASIONAL* 📢

Media sosial sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dengan remaja generasi Z hari ini. Media sosial tak hanya dipakai untuk berkomunikasi dan bersosialisasi tapi juga menjadi wadah berekspresi.

Namun media sosial memiliki sisi gelap yang menghantui remaja. Cyber bullying, kecanduan, p***ografi, hingga kesehatan mental mengancam potensi remaja yang begitu besar di usia produktifnya.

💡Cari tahu bagaimana peran orangtua untuk membimbing anak remaja di era cyber dalam acara:

*SEMINAR PARENTING NASIONAL*
*"Membangun Leadership Remaja Di Tengah Distraksi Media Sosial"*

Bersama:
*1. Ustadzah Yanti Tanjung*
_Penulis buku parenting Islam, Pakar Parenting Islam Ideologis_
*2. Lastri Limbong ()*
_Influencer 74,5K follower di Instagram_

🚨 Catat waktunya!

📅 Kamis, 29 Mei 2025
🕘 Pukul 8.30-11.30 WIB
📱Via Zoom Meeting

📌_ *Berikan Komitmen Infak Terbaikmu!*_

Daftar sekarang: bit.ly/seminarparentingnasional

Info lebih lanjut hubungi:
Narahubung 081382820253 (Sabila)

Address

Jalan Banda, Watulondo, Puuwatu
Kendari
93411

Telephone

+6282252964727

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Dunia Parenting posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Dunia Parenting:

Share