05/01/2025
RARUNG
Terpotongnya Kawisesan Ni Madusegara
Sugra Pekulun
Setelah suaminya meninggal karena dipandreng Walu Nateng Dirah, pasrahlah hati Ni Madusegara
Oleh karena cintanya terhadap suaminya,
Madusegara tinggal siang dan malam di kuburan suaminya
Pada malam hari Ia didatangi oleh Sanghyang Bhaerawi, serta berkata :
" Anakku Madusegara, kenapa engkau tinggal diatas gegumuk suamimu, pulanglah kau "
" Ampun Ratu Bhatari, hamba sangat mencintai suami hamba. Walaupun pulang, apa yang hamba cintai di rumah, suami sudah meninggal karena ulah Walunateng Dirah. Memang niat hamba mau belajar tidak mendapat izin dari Walunateng Dirah, malah suami hamba menjadi sasaran sampai meninggal. Sekarang, apabila tidak Betari berkenan memberikan kedigjayaan melebihi kedigjayaan Walunateng Dirah, lebih baik bunuhlah hamba disini, demikianlah permohonan Madusegara ".
" Nah, apabila demikian permintaanmu aku berkenan. Sekarang, engkau sudah bisa mencapai sebelas tingkatan, sedangkan yang digunakan Walunateng Dirah hanya sembilan tingkatan. Jadi. Lebih tinggi milikmu lagi dua tingkat. Sekarang carilah Walunateng Dirah untuk diajak bertanding ilmu kedigjayaan", demikian sabda Sanghyang Bhaerawi.
Lalu pulanglah Madusegara dan menuju Puri Dirah, lagi Ia dimarah dan terjadilah pertengkarang dan terjadilah perang tanding kawisesan tingkat tinggi yang sangat dasyat antara Madusegara melawan Walunateng Dirah, akhirnya Walunateng Dirah dapat ditundukkan.
Lalu menyembahlah Walunateng Dirah kepada Madusegara seraya memohon ampun dan supaya masih bisa hidup, sambil berpikir pikir dalam hati, " Katanya aku yang paling digjaya di muka bumi ini. Sekarang tetnyata ada yang lebih digjaya daripada kedigjayaanku. Nanti malam lebih baik aku menghadap Bhatari Durga di Kayangan.
Bhatari Durga sangat senang didatangi dan berkata, " Anakku Walunateng Dirah, apa yang kau kehendaki seningga kau datang menghadap aku. "
" Ya Ratu Bhatari, Paduka mengatakan aku yang paling digjaya di muka bumi ini, sekarang kenyataannya ada orang yang lebih digjaya dari hamba.
Bersabda Bhatari, " Hal itu memang aku yang memberinya. Karena ia ingin berguru kepadamu, tapi engkau tidak mengizinkannya. Apakah engkau ingat dengan kataku yang telah lalu, bukankah Aku menyuruh engkau mengajarkan kedigjayaanmu agar engkau banyak mempunyai murid. Engkau telah ingkar, sekarang carilah ia diajak kesini untuk dipotong tingkatan kedigjayaanya. Berpamitanlah Walunateng Dirah untuk mencari Madusegara. Ditempat itulah Walunateng Dirah menyembah kepada Madusegara serta mengiringkan Madusegara ke Pura Kayangan. Setelah sampai di Pura Kayangan mereka berjumpa dengan Bhatari Durga.
Beliau bersabda, Anakku Madusegara, oleh karena engkau telah dapat menjalankan kejengkelanmu kepada Walunateng Dirah, sekarang aku akan potong tingkat kedigjayaanmu lagi empat tingkat, Ni Madusegara menuruti. Ni Madusegara menjadi I Rarung, anak buah tersayang.
Akhirnya kawisesan Madusegara yang lagi 4 tingkat dilarung
Larung menjadi Rarung
Peristiwa ini pulalah yang mungkin melatar belakangi, kenapa I Rarung menjadi Sisia kesayangan Ni Calonarang.
Di Banjar Banjar Adat Tanglad - Desa Adat Tanglad RARUNG sering juga disebut dengan gelar bhiseka, yakni Ratu Anom
Sebun bangkung beten cemara
Kirang langkung tias nunas gengrena sinampura
Disarikan dari Teks Tangting Mas Tangting Rat
Dumogi Makasami ngemanggihin kerahayuan๐