
26/07/2025
Rasa nyaman saat sendiri itu benar-benar mengubahku.
Aku bisa menjadi perempuan setenang ini karena berkali-kali mendapatkan luka yang tak pernah benar-benar sembuh. Aku belajar bahwa mengandalkan manusia terlalu dalam, hanya akan membuatku jatuh lebih keras saat mereka pergi.
Dulu aku takut sendiri.
Takut tak ada yang bertanya, “Kamu sudah makan?” atau sekadar, “Gimana harimu?”
Tapi setelah berkali-kali disakiti oleh perhatian palsu, Setelah terlalu sering ditinggalkan tanpa alasan yang jelas, Aku mulai mencintai sepi.
Sepi tak pernah mengingkariku.
Sepi tak pernah membuat janji manis lalu pergi.
Sepi justru menjadi ruang aman, tempat aku bisa menangis tanpa ditanya-tanya, Tempat aku bisa bicara pada diriku sendiri tanpa takut dianggap aneh.
Aku berubah.
Bukan karena aku kuat,Tapi karena aku sudah terlalu sering merasa hancur.
Sampai akhirnya aku mengerti, Menjadi kuat itu bukan tentang tak pernah jatuh, Tapi tentang bisa berdiri lagi, meskipun dalam keadaan remuk.
Kini, aku menikmati kopi di sore hari sendirian,
Menyalakan musik pelan dan menulis apapun yang kurasa. Tak ada lagi balasan pesan yang kutunggu,
Tak ada lagi ekspektasi yang kubangun untuk orang lain.
Mereka pernah bilang aku dingin,
Padahal dulu aku adalah perempuan yang hangat
Tapi siapa yang bisa tetap hangat setelah terus-menerus dibekukan?
Sekarang aku tahu, Kadang yang paling menyembuhkan bukan pelukan orang lain, Tapi pelukan dari diri sendiri.
Aku tidak lagi mencari “siapa” yang akan membuatku bahagia, Tapi lebih pada “bagaimana” aku bisa bahagia meski sendirian.
Dan dari semua yang telah kulalui,
Aku belajar: Terkadang, sendiri bukan bentuk kesepian, Tapi bentuk tertinggi dari penyembuhan.
__Pena Muslimah