16/01/2025
๐๐ผ๐๐ ๐๐๐๐
"๐
๐๐๐๐ ๐พ๐๐ฃ๐ฉ๐ ๐๐๐ค๐ง๐๐ฃ๐ ๐๐๐ก๐๐ ๐ค๐ง":
๐๐๐จ๐๐ ๐๐ค๐ฃ๐๐ ๐๐
๐๐๐ฅ๐ช๐ฉ๐ช๐จ๐๐ฃ ๐๐ ๐๐๐ง๐จ๐๐ข๐ฅ๐๐ฃ๐๐๐ฃ
Hari itu, Joni merasa sangat berat hati. Ia tahu bahwa George sedang berjuang keras untuk memperbaiki hubungannya dengan Mongkeg. Namun, ada satu hal yang harus dihadapiโGeorge harus kembali ke negaranya untuk mengurus perceraian dengan istri sahnya, sebuah keputusan besar yang tak bisa dihindari. Joni merasa bahwa, mungkin, ini adalah kesempatan terakhir bagi George dan Mongkeg untuk kembali bersama dengan cara yang lebih baik. Tapi ia juga tahu, ia tidak bisa hanya berpangku tangan. Ia harus membantu, meskipun itu berarti harus berbicara dengan orang tua Mongkeg.
Setelah menyiapkan kata-kata yang tepat, Joni memutuskan untuk mengunjungi rumah orang tua Mongkeg. Ia merasa cemas, namun juga yakin bahwa ini adalah langkah yang harus diambil.
Pagi itu, dengan langkah tegap, Joni tiba di rumah orang tua Mongkeg. Rumah itu terletak di pinggiran kota, dikelilingi oleh kebun kecil yang tertata rapi. Seorang wanita tua menyambut Joni di depan pintu, senyumnya ramah meskipun ada kekhawatiran yang terlihat di wajahnya.
"Selamat pagi, Pak Joni," ucap ibu Mongkeg dengan lembut. "Ada apa yang bisa kami bantu?"
Joni tersenyum tipis, merasa sedikit canggung. Ia menunduk sejenak, menghormati orang tua yang sudah banyak memberi perhatian pada Mongkeg. "Selamat pagi, Bu. Saya ingin bicara tentang anak Anda, Mongkeg. Saya tahu ini mungkin tidak mudah, tapi saya ingin meminta sedikit waktu untuk George, untuk menyelesaikan urusan di negaranya," kata Joni perlahan.
Ibu Mongkeg memandang Joni dengan perhatian, sementara ayahnya, yang duduk di kursi dekat jendela, hanya mendengarkan dengan seksama. "Apa maksudmu, Pak Joni?" tanya ibu Mongkeg, suaranya penuh rasa ingin tahu.
Joni menghela napas dan melanjutkan, "George sangat mencintai Mongkeg. Dia ingin memperbaiki segalanya, meskipun saat ini dia harus kembali ke negaranya untuk menyelesaikan masalah pribadi, yaitu perceraian dengan istrinya. Tapi dia berjanji, setelah itu, dia akan kembali untuk melamar Mongkeg, untuk memulai kehidupan baru bersama. Saya datang untuk meminta agar kalian memberi sedikit waktu kepada George, agar dia bisa menyelesaikan urusannya dan kembali dengan niat yang tulus."
Ibu dan ayah Mongkeg saling berpandangan, seolah mencerna kata-kata Joni. Beberapa detik berlalu sebelum ibu Mongkeg membuka mulut, "Kami tentu ingin yang terbaik untuk anak kami, Pak Joni. Tapi, kami juga tidak bisa memaksakan kehendak pada Mongkeg. Kami hanya bisa memberikan saran. Cinta itu, pada akhirnya, ada pada pilihan anak kami sendiri."
Joni mengangguk paham, meskipun hatinya sedikit terenyuh. Ia tahu betul bahwa tidak ada yang lebih kuat dari keputusan seorang anak dalam memilih pasangan hidup. "Saya mengerti, Bu," kata Joni dengan rendah hati. "Namun, saya yakin George benar-benar ingin memperbaiki segalanya. Dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa menjadi pasangan yang baik untuk Mongkeg. Saya hanya berharap kalian memberikan sedikit waktu, agar mereka bisa menemukan jalan mereka kembali."
Ibu Mongkeg menghela napas panjang dan menatap suaminya, yang diam merenung. Akhirnya, ayah Mongkeg membuka suara, "Kami sebagai orang tua memang ingin yang terbaik untuk anak kami. Namun, seperti yang ibu katakan, pilihan jodoh ada di tangan Mongkeg. Jika dia memilih untuk memberi kesempatan pada George, kami akan mendukungnya. Tetapi jika dia merasa itu bukan jalannya, kami juga tidak bisa memaksanya."
Joni merasa sedikit lega mendengar kata-kata itu. Orang tua Mongkeg tidak menutup pintu untuk George, namun mereka juga memberikan kebebasan penuh kepada anak mereka untuk memilih. Itu adalah keputusan yang bijaksana.
"Terima kasih, Pak, Bu," kata Joni dengan tulus. "Saya hanya ingin mereka memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka. Saya percaya, dengan sedikit waktu, mereka akan bisa mencapai kebahagiaan bersama."
Ibu Mongkeg tersenyum lembut, meski masih ada kekhawatiran di matanya. "Kami akan berpikir tentang hal ini, Pak Joni. Tapi, kami akan tetap menghormati keputusan Mongkeg."
Joni mengangguk, berdiri dan mengucapkan terima kasih sekali lagi sebelum berpamitan. Ia tahu bahwa apa yang ia bicarakan hari itu bukanlah hal yang mudah untuk orang tua Mongkeg, tetapi setidaknya mereka membuka sedikit ruang bagi George untuk kembali ke kehidupan anak mereka.
Di perjalanan pulang, Joni merasa lebih tenang, meski tetap khawatir akan masa depan hubungan George dan Mongkeg. Namun, ia juga tahu bahwa cinta sejati membutuhkan waktu dan pengertian. Dengan dukungan orang tua, George dan Mongkeg memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan merekaโselama mereka saling memberi ruang untuk tumbuh dan berubah.
Harapan Joni tetap sama: agar George dan Mongkeg bisa menemukan kebahagiaan mereka, meski jalan yang harus mereka tempuh tidak selalu mudah.
........๐ฝ๐๐ง๐จ๐๐ข๐๐ช๐ฃ๐