Elite Essence

Elite Essence Video Creator, Media/ news company

20/01/2025

enjoy the song broh!

PART XI"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง": ๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œPersahabatan di Ujung KepercayaanJoni duduk di beranda villa lamanya,...
17/01/2025

PART XI
"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง":
๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ

Persahabatan di Ujung Kepercayaan

Joni duduk di beranda villa lamanya, menghirup aroma kopi hangat yang baru saja diseduh. Hari itu, langit cerah, tetapi pikirannya diselimuti oleh awan gelisah. Sudah beberapa bulan sejak pernikahan George dan Mongkeg, tetapi hubungan mereka tak lagi sehangat dulu. George jarang datang berkunjung, dan komunikasi mereka terasa canggung.
Ketika George tiba-tiba muncul di depan pintu villa pagi itu, Joni menyambutnya dengan senyum kecil. "George! Lama tak jumpa. Ada angin apa kau datang ke sini?"
George tersenyum, tetapi ada kesan kaku di wajahnya. "Aku ingin membicarakan sesuatu, Jon. Penting," katanya sambil duduk di kursi kayu di seberang Joni.
Joni mengangguk. "Tentu, katakan saja. Ada apa?"

George mengeluarkan selembar dokumen dari tasnya dan meletakkannya di atas meja. "Aku ingin memperbarui perjanjian sewa tanah dan villa ini," katanya langsung. "Kau tahu, villa ini setengah biayanya dulu kita tanggung bersama, kan? Nah, aku berpikir untuk memperpanjang perjanjian dari tiga tahun menjadi dua puluh tahun."
Joni mengangkat alis, bingung. "Dua puluh tahun? Itu waktu yang sangat panjang, George. Apa alasanmu?"
George menghela napas. "Aku baru saja membeli sebidang tanah di perbukitan desa. Tanah itu sudah ada rumahnya, bantuan pemerintah, dan aku sedang membangun villa baru di sana. Biaya pembangunannya cukup besar, jadi aku butuh kepastian bahwa aset di sini bisa menghasilkan pemasukan yang stabil untuk waktu yang lama."
Kata-kata George terdengar tenang, tetapi bagi Joni, ada sesuatu yang ganjil. "Kau membeli tanah? Kenapa aku tak pernah tahu soal ini, George? Bukankah dulu kita berencana bekerja sama?"
George tersenyum tipis. "Aku memutuskan untuk mengajak keluarga Mongkeg bergabung. Mereka punya keahlian yang bisa membantu pengelolaan villa baru."
Joni terdiam, mencoba mencerna ucapan George. Rasanya seperti ada yang menusuk hatinya. Dulu, mereka berdua berbagi mimpi untuk membangun sesuatu bersama. Tetapi sekarang, George tampaknya telah mengambil jalan yang berbeda tanpa memberitahunya.
"Apa yang sebenarnya terjadi, George?" tanya Joni akhirnya, suaranya berat. "Kenapa kau tak mengatakan apa pun padaku tentang ini?"
George menghindari tatapan Joni. "Jon, aku hanya merasa... ini lebih baik untuk semua pihak. Kau tetap mendapatkan uang sewa dari sini, dan aku bisa fokus membangun bisnis baru dengan keluargaku."
Joni menghela napas panjang, menahan rasa kecewa yang mulai membuncah. "Jadi, aku hanya bagian dari masa lalumu sekarang, George? Persahabatan kita tak cukup penting untuk dibicarakan sebelum kau membuat keputusan sebesar ini?"
George tampak gelisah. "Bukan begitu, Jon. Aku hanya mencoba membagi beban dan tanggung jawab. Aku pikir kau akan mengerti." Aku sudah punya istri

Setelah George pergi, Joni duduk sendirian, memandangi dokumen yang ditinggalkan sahabatnya. Hatinya penuh pertanyaan. Bagaimana seseorang yang dulu begitu dekat dengannya bisa berubah sedemikian rupa?
Joni mencoba mencari jawaban, tetapi yang ia temukan hanyalah keheningan. Ia tahu bahwa hubungan mereka tak akan pernah sama lagi. Dan meskipun ia mencoba memaafkan, luka di hatinya tak mudah sembuh.
Di tengah perenungan, Joni menyadari satu hal: hidup memang penuh perubahan, dan tak semua orang akan berjalan bersama kita hingga akhir. Mungkin, saatnya ia juga mulai melangkah ke depan, tanpa terus bergantung pada bayangan masa lalu.
........๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™จ๐™–๐™ข๐™—๐™ช๐™ฃ๐™œ

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™“"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง": ๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ๐˜ฝ๐™–๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ-๐˜ฝ๐™–๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™™๐™ž ๐˜ฝ๐™–๐™ก๐™ž๐™  ๐™‹๐™š๐™ง๐™ฃ๐™ž๐™ ๐™–๐™๐™–๐™ฃHari itu, George dan Mongkeg akhirnya...
16/01/2025

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™“

"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง":
๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ

๐˜ฝ๐™–๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ-๐˜ฝ๐™–๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™™๐™ž ๐˜ฝ๐™–๐™ก๐™ž๐™  ๐™‹๐™š๐™ง๐™ฃ๐™ž๐™ ๐™–๐™๐™–๐™ฃ

Hari itu, George dan Mongkeg akhirnya resmi menikah. Taman kecil di tepi pantai dihiasi dengan bunga-bunga tropis, menjadikan suasana pernikahan mereka hangat dan penuh cinta. Keduanya tampak serasi, dengan senyum yang tak pernah pudar sepanjang acara. Para tamu yang hadir memberikan doa dan harapan terbaik untuk pasangan itu, termasuk istri dan anak Joni yang duduk di barisan tamu keluarga.

Namun, meski momen itu penuh kebahagiaan, ada sesuatu yang mengganjal di hati Joni.

Di rumahnya, Joni duduk di kursi kayu tua sambil memandang keluar jendela. Cedera di kakinya membuatnya tak bisa menghadiri pernikahan George, sahabat yang ia anggap seperti saudara. Setiap detik terasa lambat, pikirannya dipenuhi oleh bayangan pernikahan yang tak bisa ia saksikan.

โ€œIstriku bilang mereka tampak bahagia,โ€ gumam Joni, mencoba menghibur dirinya. Namun, di dalam hatinya ada kekosongan yang sulit ia jelaskan. Selama bertahun-tahun, ia menjadi tempat George berkeluh kesah, saksi perjuangannya untuk mencintai Mongkeg, dan bahkan menjadi wali yang membantu George memahami kehidupan di tempat ini. Tetapi kini, pada momen terpenting sahabatnya, ia merasa seperti hanya menjadi bayang-bayang yang terlupakan.

Ketika istrinya dan anaknya pulang dari acara itu, mereka membawa cerita tentang kemeriahan pesta. โ€œGeorge menyampaikan salam dan harapan agar kau segera sembuh,โ€ ujar istrinya, meletakkan beberapa foto dari acara tersebut di atas meja.

Joni mengangguk kecil, tetapi hatinya tetap gelisah. Ada perasaan tak nyaman yang terus mengusiknya, seperti firasat bahwa hubungan mereka tak lagi akan sama.

Beberapa minggu berlalu, George dan Mongkeg mulai menjalani kehidupan baru mereka sebagai suami istri. George sering sibuk dengan rencana bisnisnya bersama Joni, tetapi komunikasi di antara mereka terasa berbeda. George tak lagi datang ke rumah Joni untuk berbincang santai seperti dulu. Setiap percakapan mereka kini lebih formal, lebih terfokus pada urusan pekerjaan.

โ€œDia berubah,โ€ pikir Joni suatu hari saat sedang duduk di beranda villa. โ€œMungkin karena dia sudah punya kehidupan baru. Tapi kenapa rasanya seperti jarak di antara kami semakin jauh?โ€

Joni mencoba menepis pikiran itu, meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah bagian dari perubahan yang wajar. Namun, rasa cemas itu tetap ada, seperti kabut yang tak mau hilang.

Suatu hari, Joni mencoba memulai percakapan dengan George. Mereka duduk di salah satu sudut villa, tempat mereka biasa berbincang berjam-jam dulu.

โ€œBagaimana kehidupan barumu, George? Semuanya baik-baik saja?โ€ tanya Joni, mencoba menyembunyikan nada getir dalam suaranya.

George tersenyum tipis. โ€œSemua berjalan baik, Jon. Mongkeg dan aku sedang menikmati awal pernikahan kami.โ€

โ€œTapi kenapa rasanya kau tak seperti dulu? Kita jarang berbicara seperti ini sekarang,โ€ kata Joni, akhirnya mengungkapkan apa yang ada di hatinya.

George terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. โ€œMaafkan aku, Jon. Aku tahu aku kurang memperhatikan hubungan kita belakangan ini. Tapi kau harus mengerti, banyak hal yang harus kuurus sekarang. Mongkeg, bisnis kita, dan... aku mencoba menyesuaikan diri dengan semua perubahan ini.โ€

Joni mengangguk, meski hatinya masih terasa berat. โ€œAku mengerti, George. Tapi aku hanya ingin kau tahu, aku selalu ada di sini. Apa pun yang terjadi.โ€

โ€œTerima kasih, Jon,โ€ kata George dengan nada tulus. Namun, Joni merasa ada dinding tak terlihat di antara mereka, sesuatu yang tak bisa ia tembus.

Hari-hari berlalu, dan hubungan Joni dan George perlahan berubah menjadi lebih dingin. George semakin sibuk dengan kehidupan barunya, sementara Joni merasa dirinya semakin dilupakan. Ia tahu bahwa cinta dan pernikahan memang membawa perubahan, tetapi ia tak pernah menyangka bahwa perubahan itu akan menciptakan jarak di antara mereka.

Meski Joni mencoba menerima kenyataan ini, hatinya tetap diliputi kegelisahan. Ia hanya berharap bahwa, apa pun yang terjadi, persahabatan mereka tidak akan sepenuhnya hilang dalam bayang-bayang perubahan hidup. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa hubungan mereka mungkin tak akan pernah kembali seperti dulu.
........๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™จ๐™–๐™ข๐™—๐™ช๐™ฃ๐™œ

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™„๐™“"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง": ๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ๐™†๐™š๐™ฅ๐™ช๐™ก๐™–๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฃ ๐™‚๐™š๐™ค๐™ง๐™œ๐™š ๐™™๐™š๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฃ ๐™ƒ๐™–๐™ง๐™–๐™ฅ๐™–๐™ฃ ๐˜ฝ๐™–๐™ง๐™ชSuasana pagi itu di villa Joni t...
16/01/2025

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™„๐™“

"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง":
๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ

๐™†๐™š๐™ฅ๐™ช๐™ก๐™–๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฃ ๐™‚๐™š๐™ค๐™ง๐™œ๐™š ๐™™๐™š๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฃ ๐™ƒ๐™–๐™ง๐™–๐™ฅ๐™–๐™ฃ ๐˜ฝ๐™–๐™ง๐™ช

Suasana pagi itu di villa Joni terasa lebih hangat dari biasanya. Burung-burung berkicau riang, dan angin tropis membawa aroma laut yang menenangkan. Joni tengah sibuk di teras, memeriksa catatan bisnis villa miliknya, ketika sebuah mobil putih berhenti di halaman. Pintu mobil terbuka, dan keluarlah George dengan senyum ceria yang lebar, mengenakan kemeja putih tuksedo bersih. Wajahnya tampak segar, dengan brewok yang kini tercukur rapi.

โ€œGeorge! Kau kembali!โ€ seru Joni, berdiri dan menyambutnya dengan tangan terbuka.

George tertawa kecil sambil membawa koper besar di tangannya. โ€œTentu saja, Joni. Aku bilang akan kembali, bukan?โ€ Ia menepuk bahu Joni dengan akrab.

โ€œApa kabarmu, kawan? Kau terlihat seperti orang baru,โ€ kata Joni sambil tersenyum lebar.

โ€œLebih baik dari sebelumnya. Aku membawa kabar baik,โ€ ujar George dengan nada penuh semangat.

Setelah mereka duduk di ruang tamu villa, George membuka koper besarnya, memperlihatkan beberapa tumpukan uang. Joni tertegun sejenak. "Apa ini, George?" tanyanya dengan alis terangkat.

George tersenyum dan menjelaskan, โ€œIni adalah uang untuk melunasi cicilan rumah orang tua Mongkeg. Aku ingin menunjukkan bahwa aku serius tentang hubungan kami. Mereka tidak perlu khawatir lagi soal utang.โ€

Joni terdiam sesaat, lalu mengangguk pelan. "Aku harus mengakui, George, ini langkah besar. Tapi apakah kau benar-benar yakin dengan keputusanmu?"

George mengangguk dengan keyakinan yang teguh. "Aku sudah memikirkannya selama aku di negara asalku. Aku menceraikan istriku dan menyelesaikan semua urusan yang tertunda di sana. Aku ingin hidup di sini, bersama Mongkeg. Aku akan tinggal di sini selama tiga tahun, menikahi Mongkeg, dan membangun bisnis bersama denganmu. Visa KITAS sudah kuproses. Kita bisa memulai sesuatu yang baru."

Joni tersenyum lebar mendengar kata-kata George. "Ini luar biasa, George. Kau tahu aku selalu mendukungmu. Jika kau ingin bekerja sama, aku dengan senang hati menerimanya."

Suasana pagi itu di villa Joni terasa lebih hangat dari biasanya. Burung-burung berkicau riang, dan angin tropis membawa aroma laut yang menenangkan. Joni tengah sibuk di teras, memeriksa catatan bisnis villa miliknya, ketika sebuah mobil hitam berhenti di halaman. Pintu mobil terbuka, dan keluarlah George dengan senyum ceria yang lebar, mengenakan kemeja putih bersih. Wajahnya tampak segar, dengan brewok yang kini tercukur rapi.

โ€œGeorge! Kau kembali!โ€ seru Joni, berdiri dan menyambutnya dengan tangan terbuka.

George tertawa kecil sambil membawa koper besar di tangannya. โ€œTentu saja, Joni. Aku bilang akan kembali, bukan?โ€ Ia menepuk bahu Joni dengan akrab.

โ€œApa kabarmu, kawan? Kau terlihat seperti orang baru,โ€ kata Joni sambil tersenyum lebar.

โ€œLebih baik dari sebelumnya. Aku membawa kabar baik,โ€ ujar George dengan nada penuh semangat.

Setelah mereka duduk di ruang tamu villa, George membuka koper besarnya, memperlihatkan beberapa tumpukan uang. Joni tertegun sejenak. "Apa ini, George?" tanyanya dengan alis terangkat.

George tersenyum dan menjelaskan, โ€œIni adalah uang untuk melunasi cicilan rumah orang tua Mongkeg. Aku ingin menunjukkan bahwa aku serius tentang hubungan kami. Mereka tidak perlu khawatir lagi soal utang.โ€

Joni terdiam sesaat, lalu mengangguk pelan. "Aku harus mengakui, George, ini langkah besar. Tapi apakah kau benar-benar yakin dengan keputusanmu?"

George mengangguk dengan keyakinan yang teguh. "Aku sudah memikirkannya selama aku di negara asalku. Aku menceraikan istriku dan menyelesaikan semua urusan yang tertunda di sana. Aku ingin hidup di sini, bersama Mongkeg. Aku akan tinggal di sini selama tiga tahun, menikahi Mongkeg, dan membangun bisnis bersama denganmu. Visa KITAS sudah kuproses. Kita bisa memulai sesuatu yang baru."

Joni tersenyum lebar mendengar kata-kata George. "Ini luar biasa, George. Kau tahu aku selalu mendukungmu. Jika kau ingin bekerja sama, aku dengan senang hati menerimanya."

George mengeluarkan amplop lain dari dalam koper dan menyerahkannya kepada Joni. "Ini adalah pembayaran awal untuk kerja sama kita. Sesuai dengan perjanjian pertama kita."

Hari itu ditutup dengan penuh kehangatan. George kembali ke villa Joni dengan perasaan lega, yakin bahwa langkah-langkah yang ia ambil adalah langkah yang benar. Sementara itu, Joni merasa bahwa hidup di villanya akan menjadi lebih menarik dengan kehadiran George dan rencana-rencana baru mereka.

Kini, George hanya perlu menunggu jawaban dari Mongkeg, perempuan yang telah mengubah hidupnya. Ia tahu bahwa perjalanan ini belum selesai, tetapi ia yakin bahwa cinta, usaha, dan komitmennya akan membawa mereka menuju masa depan yang mereka impikan.
........๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™จ๐™–๐™ข๐™—๐™ช๐™ฃ๐™œ

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™‘๐™„๐™„๐™„"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง": ๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ๐™†๐™š๐™ฅ๐™ช๐™ฉ๐™ช๐™จ๐™–๐™ฃ ๐™™๐™ž ๐™‹๐™š๐™ง๐™จ๐™ž๐™ข๐™ฅ๐™–๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฃHari itu, Joni merasa sangat berat hati. I...
16/01/2025

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™‘๐™„๐™„๐™„

"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง":
๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ

๐™†๐™š๐™ฅ๐™ช๐™ฉ๐™ช๐™จ๐™–๐™ฃ ๐™™๐™ž ๐™‹๐™š๐™ง๐™จ๐™ž๐™ข๐™ฅ๐™–๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฃ

Hari itu, Joni merasa sangat berat hati. Ia tahu bahwa George sedang berjuang keras untuk memperbaiki hubungannya dengan Mongkeg. Namun, ada satu hal yang harus dihadapiโ€”George harus kembali ke negaranya untuk mengurus perceraian dengan istri sahnya, sebuah keputusan besar yang tak bisa dihindari. Joni merasa bahwa, mungkin, ini adalah kesempatan terakhir bagi George dan Mongkeg untuk kembali bersama dengan cara yang lebih baik. Tapi ia juga tahu, ia tidak bisa hanya berpangku tangan. Ia harus membantu, meskipun itu berarti harus berbicara dengan orang tua Mongkeg.

Setelah menyiapkan kata-kata yang tepat, Joni memutuskan untuk mengunjungi rumah orang tua Mongkeg. Ia merasa cemas, namun juga yakin bahwa ini adalah langkah yang harus diambil.

Pagi itu, dengan langkah tegap, Joni tiba di rumah orang tua Mongkeg. Rumah itu terletak di pinggiran kota, dikelilingi oleh kebun kecil yang tertata rapi. Seorang wanita tua menyambut Joni di depan pintu, senyumnya ramah meskipun ada kekhawatiran yang terlihat di wajahnya.

"Selamat pagi, Pak Joni," ucap ibu Mongkeg dengan lembut. "Ada apa yang bisa kami bantu?"

Joni tersenyum tipis, merasa sedikit canggung. Ia menunduk sejenak, menghormati orang tua yang sudah banyak memberi perhatian pada Mongkeg. "Selamat pagi, Bu. Saya ingin bicara tentang anak Anda, Mongkeg. Saya tahu ini mungkin tidak mudah, tapi saya ingin meminta sedikit waktu untuk George, untuk menyelesaikan urusan di negaranya," kata Joni perlahan.

Ibu Mongkeg memandang Joni dengan perhatian, sementara ayahnya, yang duduk di kursi dekat jendela, hanya mendengarkan dengan seksama. "Apa maksudmu, Pak Joni?" tanya ibu Mongkeg, suaranya penuh rasa ingin tahu.

Joni menghela napas dan melanjutkan, "George sangat mencintai Mongkeg. Dia ingin memperbaiki segalanya, meskipun saat ini dia harus kembali ke negaranya untuk menyelesaikan masalah pribadi, yaitu perceraian dengan istrinya. Tapi dia berjanji, setelah itu, dia akan kembali untuk melamar Mongkeg, untuk memulai kehidupan baru bersama. Saya datang untuk meminta agar kalian memberi sedikit waktu kepada George, agar dia bisa menyelesaikan urusannya dan kembali dengan niat yang tulus."

Ibu dan ayah Mongkeg saling berpandangan, seolah mencerna kata-kata Joni. Beberapa detik berlalu sebelum ibu Mongkeg membuka mulut, "Kami tentu ingin yang terbaik untuk anak kami, Pak Joni. Tapi, kami juga tidak bisa memaksakan kehendak pada Mongkeg. Kami hanya bisa memberikan saran. Cinta itu, pada akhirnya, ada pada pilihan anak kami sendiri."

Joni mengangguk paham, meskipun hatinya sedikit terenyuh. Ia tahu betul bahwa tidak ada yang lebih kuat dari keputusan seorang anak dalam memilih pasangan hidup. "Saya mengerti, Bu," kata Joni dengan rendah hati. "Namun, saya yakin George benar-benar ingin memperbaiki segalanya. Dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa menjadi pasangan yang baik untuk Mongkeg. Saya hanya berharap kalian memberikan sedikit waktu, agar mereka bisa menemukan jalan mereka kembali."

Ibu Mongkeg menghela napas panjang dan menatap suaminya, yang diam merenung. Akhirnya, ayah Mongkeg membuka suara, "Kami sebagai orang tua memang ingin yang terbaik untuk anak kami. Namun, seperti yang ibu katakan, pilihan jodoh ada di tangan Mongkeg. Jika dia memilih untuk memberi kesempatan pada George, kami akan mendukungnya. Tetapi jika dia merasa itu bukan jalannya, kami juga tidak bisa memaksanya."

Joni merasa sedikit lega mendengar kata-kata itu. Orang tua Mongkeg tidak menutup pintu untuk George, namun mereka juga memberikan kebebasan penuh kepada anak mereka untuk memilih. Itu adalah keputusan yang bijaksana.

"Terima kasih, Pak, Bu," kata Joni dengan tulus. "Saya hanya ingin mereka memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka. Saya percaya, dengan sedikit waktu, mereka akan bisa mencapai kebahagiaan bersama."

Ibu Mongkeg tersenyum lembut, meski masih ada kekhawatiran di matanya. "Kami akan berpikir tentang hal ini, Pak Joni. Tapi, kami akan tetap menghormati keputusan Mongkeg."

Joni mengangguk, berdiri dan mengucapkan terima kasih sekali lagi sebelum berpamitan. Ia tahu bahwa apa yang ia bicarakan hari itu bukanlah hal yang mudah untuk orang tua Mongkeg, tetapi setidaknya mereka membuka sedikit ruang bagi George untuk kembali ke kehidupan anak mereka.

Di perjalanan pulang, Joni merasa lebih tenang, meski tetap khawatir akan masa depan hubungan George dan Mongkeg. Namun, ia juga tahu bahwa cinta sejati membutuhkan waktu dan pengertian. Dengan dukungan orang tua, George dan Mongkeg memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan merekaโ€”selama mereka saling memberi ruang untuk tumbuh dan berubah.

Harapan Joni tetap sama: agar George dan Mongkeg bisa menemukan kebahagiaan mereka, meski jalan yang harus mereka tempuh tidak selalu mudah.
........๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™จ๐™–๐™ข๐™—๐™ช๐™ฃ๐™œ

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™‘๐™„๐™„"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง": ๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ๐™†๐™š๐™ข๐™—๐™–๐™ก๐™ž ๐™™๐™š๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฃ ๐™ƒ๐™–๐™ง๐™–๐™ฅ๐™–๐™ฃ ๐˜ฝ๐™–๐™ง๐™ชSetelah berbulan-bulan berjuang dengan pe...
16/01/2025

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™‘๐™„๐™„

"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง":
๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ

๐™†๐™š๐™ข๐™—๐™–๐™ก๐™ž ๐™™๐™š๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฃ ๐™ƒ๐™–๐™ง๐™–๐™ฅ๐™–๐™ฃ ๐˜ฝ๐™–๐™ง๐™ช

Setelah berbulan-bulan berjuang dengan perasaan yang tertahan, Mongkeg akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran George. Ia tahu ini bukan keputusan yang mudah, tetapi hidupnya telah penuh dengan kesalahan dan penderitaan, dan ia ingin memperbaiki semuanya. Namun, ia menetapkan syaratโ€”ia akan bekerja keras untuk menjadi pasangan yang lebih baik bagi George, dan memastikan bahwa hubungannya kali ini tidak akan terulang kesalahannya.

George, yang telah berjuang untuk mengatasi perasaannya sendiri, merasa lega dan gembira atas keputusan Mongkeg. Ia percaya bahwa mereka bisa memulai kembali, dengan kesadaran baru dan komitmen untuk saling memperbaiki diri. Bersama, mereka berharap bisa membangun masa depan yang lebih bahagia, jauh dari bayang-bayang masa lalu mereka.

Setelah dua pekan yang penuh kebahagiaan dan kesalahpahaman kecil yang mereka atasi bersama, Mongkeg pulang ke villa Joni untuk memenuhi janjinya kepada George. Keduanya bertekad untuk menjalani hubungan yang lebih sehat, tanpa kebohongan dan tanpa pengkhianatan. George merasa bahwa kehidupan baru mereka di depan mata, namun tak lama setelah itu, semuanya berubah.

Perubahan itu datang dengan cara yang mengejutkan.

Perselisihan demi perselisihan mulai mengemuka antara George dan Mongkeg. Semua masalah kecil yang terkadang hanya bisa diabaikan, kini menjadi bahan perdebatan besar. Setiap hari, mereka bertengkar tentang hal-hal sepele bahkan cara mereka memandang masa depan. Ketegangan itu semakin terasa, hingga suatu malam, saat udara malam begitu sunyi, Mongkeg meledak.

โ€œGeorge!โ€ teriak Mongkeg dengan amarah yang membara. โ€œKapan kamu akan mengambil keputusan? Kapan kamu akan menceraikan istrimu dan menikahiku seperti yang sudah kamu janjikan?โ€

George terkejut mendengar kata-kata itu. "Apa maksudmu, Mongkeg?" tanyanya dengan kebingungannya yang semakin mendalam.

Mongkeg, yang semakin frustrasi dengan ketidakpastian hubungan mereka, berjalan cepat menuju lemari dapur, membuka laci, dan mengambil pisau dapur yang tajam. George tercengang saat melihatnya mendekat dengan pisau di tangan, matanya berkilat marah.

โ€œKamu harus memilih sekarang, George,โ€ kata Mongkeg dengan suara penuh ketegasan. โ€œCeraikan istrimu dan menikahiku, atau kita berpisah selamanya. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi!โ€

George mundur sejenak, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Mongkeg, apa yang kamu lakukan? Ini tidak bisa diselesaikan dengan cara seperti ini!" kata George, suaranya mulai tremor karena ketakutan. George dengan tangan gemetar langsung menghubungi Joni agar bisa bantu mengatasi Mongkeg yang murka.

Namun, Mongkeg tidak peduli. "Aku sudah lelah, George! Aku sudah lelah menunggu dan tidak tahu apa yang akan terjadi. Kamu bilang akan menikahiku, tapi kenapa sampai sekarang tidak ada tindakan nyata? Aku mau jawabannya sekarang juga!" Ia menodongkan pisau itu ke arah George, yang merasa jantungnya berdegup lebih kencang.

George tahu bahwa ini adalah titik puncak dari ketegangan yang telah menumpuk begitu lama. Ia melihat perempuan yang pernah ia cintai begitu terguncang oleh ketidakpastian dan kesalahan masa lalu. Namun, apa yang Mongkeg lakukan sekarang bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah mereka. Cinta yang mereka bangun harus dibangun dengan saling pengertian, bukan paksaan.

โ€œMongkeg,โ€ kata George pelan, sambil menatap mata perempuan itu. โ€œKita sudah melewati banyak hal bersama, dan aku ingin kita kembali bersama. Tapi ini bukan cara yang benar. Kamu tahu aku tidak bisa menceraikan istriku seperti itu. Ini bukan sekadar keputusan yang bisa aku buat sendirian. Kita harus melakukannya dengan cara yang benar, dengan penuh pertimbangan.โ€

Mongkeg menatapnya dengan tatapan marah, namun dalam hatinya, ia tahu George sedang berkata benar. Ia melepaskan pisau itu dan duduk di lantai dengan kepala tertunduk. โ€œAku hanya takut, George. Aku takut kehilanganmu lagi. Aku takut kamu tidak benar-benar memilihku.โ€

Joni berucap sesekali kalo dia mau menjadi Walinya George untuk menemui orang tua Mongkeg agar terjadi perjodohan antara mereka.

George mendekat, menurunkan suaranya dan berbicara dengan lembut. โ€œAku memilihmu, Mongkeg. Tapi aku juga tidak bisa mengabaikan tanggung jawabku. Aku tahu ini tidak mudah. Kita harus belajar untuk saling menghormati dan mendukung satu sama lain, bukan dengan cara seperti ini. Aku berjanji akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan masalah kita.โ€

Keheningan panjang mengisi ruangan itu. Mongkeg merasa sakit hati, namun ia tahu bahwa ia tidak bisa terus menuntut segalanya dari George. Ia harus belajar untuk percaya dan memberi ruang bagi hubungan mereka untuk berkembang dengan cara yang lebih sehat.

Keduanya menyadari bahwa cinta yang sesungguhnya membutuhkan lebih dari sekadar pengorbanan dan keinginan untuk memiliki. Cinta membutuhkan pengertian, pengampunan, dan yang terpenting, waktu untuk berkembang dengan cara yang lebih matang.
........๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™จ๐™–๐™ข๐™—๐™ช๐™ฃ๐™œ

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™‘๐™„"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง": ๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ๐™Ž๐™ ๐™–๐™ฃ๐™™๐™–๐™ก ๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™ˆ๐™š๐™ฃ๐™œ๐™ช๐™—๐™–๐™ ๐™Ž๐™š๐™œ๐™–๐™ก๐™–๐™ฃ๐™ฎ๐™–Setelah kejadian yang mengubah segalan...
16/01/2025

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™‘๐™„

"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง":
๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ

๐™Ž๐™ ๐™–๐™ฃ๐™™๐™–๐™ก ๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™ˆ๐™š๐™ฃ๐™œ๐™ช๐™—๐™–๐™ ๐™Ž๐™š๐™œ๐™–๐™ก๐™–๐™ฃ๐™ฎ๐™–

Setelah kejadian yang mengubah segalanya di Turki, George kembali ke villa milik Joni. Suasana di villa itu terasa sepi, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan yang biasa. Di luar, matahari sore mulai tenggelam, mengirimkan cahaya lembut yang menyinari halaman villa yang tertata rapi. Namun, bagi George, segala sesuatu terasa suram.

George berjalan perlahan menuju ruang tamu, duduk di sofa yang telah menjadi tempatnya merenung selama beberapa hari terakhir. Hatinya terluka, pikirannya dipenuhi kebingungan. Keputusan untuk meninggalkan Mongkeg sepertinya belum bisa diterima sepenuhnya oleh hatinya. Ia tahu bahwa cinta yang mereka miliki bukanlah sesuatu yang bisa ia buang begitu saja.

Namun, di balik perasaan sakit itu, George juga tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan bahwa Mongkeg adalah seorang wanita yang kuat. Dia harus menghidupi diri sendiri dan anak perempuannya, yang masih kecil, hasil dari pernikahan sebelumnya yang berakhir dengan perceraian. Ditambah lagi, Mongkeg masih harus membayar cicilan rumah orang tuanya, yang menjadi tanggung jawabnya setelah mereka kehilangan banyak hal.

Sementara itu, meskipun George masih berstatus menikah, ia mulai merasa kebingungannya semakin mendalam. Ia tahu bahwa ia telah terjerat dalam perasaan yang lebih besar dari sekadar sekilas hubungan. Meski harus berbagi hati, ia merasa ada sesuatu yang harus ia selesaikan dengan Mongkeg. Ada perasaan simpati yang tumbuh terhadap perjuangannya, dan meski terluka, ia tidak bisa sepenuhnya melupakan apa yang telah mereka bangun bersama.

Hari demi hari, George berusaha merenung dan mencari cara untuk menghadapinya. Ia menyadari bahwa ia tidak bisa terus berlarut-larut dalam kesedihan. Suatu malam, setelah berjam-jam duduk diam di villa Joni, ia akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang akan mengubah arah hidupnya.

George memegang ponselnya dan mulai mengetik pesan kepada Mongkeg. Ia tahu ini bukan hal yang mudah, namun ia merasa perlu untuk berbicara dari hati ke hati.

โ€œMongkeg, aku tahu aku tidak bisa mengubah masa lalu kita, tetapi aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak bisa sepenuhnya melupakanmu. Aku melihat betapa kerasnya kamu berjuang, baik untuk dirimu sendiri maupun untuk keluargamu. Aku ingin membantu, jika kamu mau. Aku ingin melunasi cicilan rumah orang tuamu agar kamu tidak perlu khawatir lagi tentang itu. Dan jika kamu bersedia, aku ingin kita memulai kembali. Dengan komitmen, aku ingin menikahimu. Aku ingin bersama kamu, kali ini dengan lebih jelas dan penuh tanggung jawab.โ€

Setelah mengirimkan pesan itu, George merasa cemas. Ia tahu ini bisa jadi kesempatan terakhirnya untuk memperbaiki semuanya, atau mungkin itu justru akan membuat segalanya lebih buruk. Namun, ia merasa bahwa jika ia tidak mengambil langkah ini, ia akan selalu merasa sesal.

Beberapa jam kemudian, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Mongkeg. George menarik napas dalam-dalam sebelum membukanya.

โ€œGeorge, aku juga masih memikirkan kita, meskipun aku tahu hubungan kita tidak mudah. Aku tidak pernah berharap kamu akan datang kembali ke dalam hidupku seperti ini. Aku menghargai tawaranmu untuk melunasi cicilan rumah orang tua, tapi aku ingin memastikan bahwa kita bisa saling memahami lebih dalam sebelum mengambil langkah lebih jauh. Aku butuh waktu untuk berpikir.โ€

George menatap pesan itu dalam keheningan. Ada sedikit rasa lega, namun juga rasa takut. Ia tahu bahwa waktu yang diminta Mongkeg bukanlah waktu yang mudah untuk dijalani, terutama dengan segala hal yang mengganjal dalam hubungan mereka.

Hari-hari berikutnya di villa Joni terasa sangat panjang bagi George. Ia kembali merenung, berusaha mengerti apa yang ia inginkan dan apa yang terbaik untuk Mongkeg. Namun, ia tahu bahwa kesabaran dan waktu adalah hal yang harus dihargai.

Tiga minggu kemudian, George menerima pesan lain dari Mongkeg. Pesan yang kali ini sedikit lebih terbuka.

โ€œGeorge, aku telah berpikir panjang. Aku tahu kamu ingin membantu aku dan keluargaku, dan aku sangat menghargainya. Tapi aku juga harus memastikan bahwa kita siap untuk memulai hubungan yang lebih serius. Aku ingin mengerti bahwa kita bisa saling mendukung, bukan hanya secara materi, tapi juga dalam cara hidup yang lebih baik. Aku siap mencoba, jika kamu benar-benar yakin ini adalah yang terbaik untuk kita.โ€

George hampir tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Rasa haru dan kegembiraan menyelimuti hatinya. Ini adalah kesempatan yang ia tunggu-tunggu, namun ia juga sadar bahwa ini adalah awal dari perjuangan baru. Perjuangan untuk membangun kepercayaan kembali dan menunjukkan bahwa ia benar-benar siap untuk berkomitmen.

Dengan penuh semangat, George membalas pesan itu. โ€œAku siap, Mongkeg. Aku akan melakukan yang terbaik untuk kita berdua. Aku tidak akan membiarkanmu berjuang sendirian lagi.โ€

Sejak saat itu, George kembali berjuang, kali ini dengan penuh niat dan komitmen. Ia tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah, tetapi ia siap untuk menjalani kehidupan yang baru bersama Mongkegโ€”dengan cinta yang lebih matang, lebih tulus, dan lebih penuh pengertian.

Dan, seperti yang selalu dikatakan Joni, โ€œCinta itu misteri, George. Tapi kamu harus percaya pada diri sendiri, dan pada orang yang kamu cintai. Itu adalah awal dari segalanya.โ€
........๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™จ๐™–๐™ข๐™—๐™ช๐™ฃ๐™œ

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™‘"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง": ๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ๐˜พ๐™ช๐™ง๐™๐™–๐™ฉ๐™–๐™ฃ ๐™ˆ๐™–๐™ก๐™–๐™ข ๐™„๐™ฉ๐™ชPonsel Joni bergetar, dan di layar muncul nama Georg...
16/01/2025

๐™‹๐˜ผ๐™๐™ ๐™‘
"๐™…๐™š๐™Ÿ๐™–๐™  ๐˜พ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™– ๐™Ž๐™š๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™‹๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™ค๐™ง":
๐™†๐™ž๐™จ๐™–๐™ ๐™ˆ๐™ค๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™š๐™œ

๐˜พ๐™ช๐™ง๐™๐™–๐™ฉ๐™–๐™ฃ ๐™ˆ๐™–๐™ก๐™–๐™ข ๐™„๐™ฉ๐™ช

Ponsel Joni bergetar, dan di layar muncul nama George โ€”teman lama yang selalu ia cari ketika menghadapi masalah. Tanpa berpikir panjang, Joni langsung mengangkat telepon tersebut. Suasana hati yang kacau dan rasa cemas yang mendalam membuat suara Joni terdengar lebih lemah dari biasanya. "ha ha hallo"

โ€œJoni, aku butuh bantuan...โ€ suara George terdengar serak, seperti seseorang yang sedang berjuang dengan dirinya sendiri.

Joni, yang ada di ujung telepon, segera mengenali nada suara tersebut. โ€œAda apa, George? Kenapa suaramu terdengar begitu rusak?โ€

George menghela napas panjang, menyesap udara sejenak sebelum melanjutkan, "Mongkeg... aku pikir hubungan kami baik-baik saja, tapi aku baru tahu dia mulai dekat dengan seseorang. Seorang pria asal Bangladesh, Rahim. Mereka tampak begitu dekat, Joni. Aku merasa ada yang aneh."

Joni mendengarkan dengan cermat, mengerti betul kegelisahan yang dirasakan sahabatnya. "Kamu merasa cemas, ya?" tanya Joni dengan nada empati.

"Ya, tentu saja," jawab George dengan gelisah. "Aku datang ke Turki untuk mengejutkannya, ingin menunjukkan bahwa aku peduli aku membawakan bouqet bunga. Tapi saat aku melihat mereka bersama, aku merasa sangat cemas. Aku merasa dikhianati. Aku tidak tahu apakah aku harus merasa marah atau sekadar bingung."

Joni menghela napas panjang, memberi jeda sejenak sebelum memberi jawabannya. "George, cinta itu misteri. Terkadang kita tidak bisa mengendalikan perasaan orang lain. Bahkan jika kita sudah melakukan yang terbaik, mungkin orang yang kita cintai merasa perlu mencari sesuatu yang lain. Mungkin Mongkeg merasa kesepian di sana, mungkin dia mencari sesuatu yang kamu tidak bisa berikan lagi."

George termenung, mencoba menyerap apa yang Joni katakan. "Tapi aku sudah memberikan segalanya untuknya, Joni. Aku mendukung mimpinya, aku membiayai perjalanannya ke Turki. Aku hanya ingin dia bahagia, dan sekarang ini terjadi..."

Joni menenangkan sahabatnya dengan suara yang lembut. "Aku paham, George. Tapi cinta itu bukan soal pengorbanan semata. Kadang-kadang, meskipun kita berusaha keras, kita tak bisa mengendalikan perasaan orang lain. Yang bisa kita lakukan adalah menerima kenyataan dan melanjutkan hidup. Jika memang dia memilih Rahim, mungkin itu keputusan yang harus dihormati."

George terdiam, tidak tahu harus berkata apa lagi. Perasaan itu masih bercampur aduk dalam dirinyaโ€”cinta, cemburu, kebingungan, dan rasa sakit.

Joni yang mendengarkan dengan sabar memberikan kata-kata terakhir. "George, ingatlah bahwa cinta yang sejati adalah yang bisa memberi kebebasan untuk memilih. Jika Mongkeg memilih Rahim, mungkin itu keputusan yang harus dihargai. Yang bisa kamu lakukan sekarang adalah memberi ruang bagi diri kamu sendiri untuk sembuh."

Namun, percakapan mereka yang penuh perasaan itu ternyata tak hanya terdengar oleh Joni dan George. Ada seseorang lain yang diam-diam mendengarkan. Teta, yang mengaku sebagai paman dari Mongkeg, sedang duduk di sebelah Joni karena Joni mengajak Teta makan bersama . Suara percakapan mereka terdengar jelas melalui speaker ponsel Joni yang belum dimatikan.

Teta yang sudah lama mengikuti hubungan Mongkeg dengan George merasa perlu untuk ikut berbicara. Dengan suara berat, ia mengambil alih pembicaraan. "Joni, apa yang George katakan itu benar, kan?" Teta bertanya dengan nada penuh rasa ingin tahu, seakan-akan ia sudah lama mempersiapkan pertanyaan tersebut.

Joni terkejut mendengar suara lain masuk ke dalam percakapan. โ€œTeta?โ€ jawabnya dengan heran. โ€œKamu... kenapa mendengarkan percakapan kami?โ€

Teta tidak merasa bersalah. "Aku merasa perlu untuk tahu, Joni. Aku tahu hubungan ini tidak mudah, tapi aku perlu menanyakan sesuatu padamu. Mongkeg mulai merasa nyaman dengan Rahim, dan aku ingin tahu apakah kamu benar-benar melihat ini sebagai alur percintaan yang biasa. Apakah ini memang jalan yang harus dia pilih?"

Joni, meskipun sedikit terkejut dengan kehadiran Teta, tetap berbicara dengan bijak. โ€œYa, begitulah alur percintaan, Teta. Cinta itu memang penuh misteri. Kadang kita merasa sudah memberikan segalanya, namun pada akhirnya, kita harus melepaskan dan menerima pilihan orang yang kita cintai. Mongkeg mungkin sedang mencari kebahagiaan dengan Rahim, seperti yang sudah dia rasakan di awal dengan George.โ€

Teta terdiam sesaat, seperti mencerna kata-kata Joni. "Aku paham," jawab Teta pelan. "Aku hanya berharap Mongkeg tahu apa yang ia lakukan. Aku tidak ingin dia terluka. George sudah memberinya banyak, tapi kita tak bisa memaksa perasaan orang lain."

Percakapan itu pun berakhir dengan kesunyian yang panjang. George merasa seperti ada beban berat yang terangkat dari pundaknya, tetapi hatinya tetap terluka. Semua itu adalah bagian dari perjalanan hidup yang penuh dengan pilihan dan konsekuensi.
........๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™จ๐™–๐™ข๐™—๐™ช๐™ฃ๐™œ

Address

Kubutambahan

Telephone

+6282146767776

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Elite Essence posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Category