11/06/2025
Sejarah Syeikh Abdurrahman Siddiq
Nama Lengkap: Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad Afandi bin Syekh Muhammad al-Banjari
Gelar: Tuan Guru Haji Abdurrahman Siddiq, Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari
Lahir: Tahun 1857 M / 1273 H, di Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan
Wafat: Tahun 1939 M / 1358 H, di Sapat, Riau
Latar Belakang dan Pendidikan
Abdurrahman Siddiq adalah ulama besar berdarah Banjar yang lahir dari keluarga alim ulama. Ayahnya adalah seorang ulama yang disegani di Kalimantan. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa dalam ilmu agama.
Ia belajar di berbagai pondok pesantren di Nusantara dan kemudian menuntut ilmu ke Mekkah, berguru kepada para ulama besar seperti:
Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi
Syekh Mahfuz al-Tarmasi
Ulama Haramain lainnya
Pengabdian dan Dakwah
Setelah kembali dari Mekkah, ia menyebarkan ilmu dan agama Islam, awalnya di Kalimantan, lalu pindah ke Riau atas permintaan Sultan Riau-Lingga.
Di Riau, ia menjabat sebagai M***i Kerajaan Riau-Lingga dan berperan penting dalam pengembangan pendidikan Islam, mendirikan surau dan madrasah, serta menulis berbagai kitab keislaman.
Karya-karyanya banyak berbahasa Melayu dan Arab, dan mengulas fikih, tauhid, dan tasawuf. Beberapa di antaranya:
Hidayat al-‘Abid fi Syarh ‘Aqidat al-Tauhid
Syarh Hidayat al-Salikin
Risalah Ilmu Tauhid
Karomah Syekh Abdurrahman Siddiq
Dalam tradisi masyarakat Melayu dan Banjar, Syekh Abdurrahman Siddiq dikenal memiliki beberapa karomah (anugerah luar biasa dari Allah kepada hamba-Nya yang saleh). Beberapa karomah yang sering disebutkan dalam cerita lisan antara lain:
1. Mengetahui Hal Ghaib
Banyak kisah bahwa ia mengetahui hal-hal yang belum terjadi atau mengetahui apa yang sedang terjadi di tempat lain, tanpa diberitahu oleh orang lain — ini dikaitkan dengan firasat orang saleh.
2. Tangan Beliau Tetap Harum Setelah Wafat
Beberapa saksi menyebutkan bahwa jasad beliau tidak rusak dan tangannya tetap mengeluarkan aroma harum bertahun-tahun setelah wafat, ketika kuburannya dibuka ulang.
3. Doanya Mustajab
Banyak orang yang menyatakan bahwa doa beliau selalu dikabulkan, baik saat masih hidup maupun setelah wafat, sehingga banyak peziarah yang datang ke makamnya untuk berdoa.
4. Menjinakkan Binatang Buas
Dikisahkan ia pernah berhadapan dengan ular besar atau buaya di sungai dan hewan itu menjadi jinak, tidak menyerangnya. Kisah ini diyakini sebagai bentuk perlindungan Allah terhadap wali-Nya.
Peninggalan
Makam beliau berada di Sapat, Indragiri Hilir, Riau, dan menjadi tempat ziarah bagi umat Islam. Ia dikenang sebagai tokoh ulama penyebar Islam yang berpadu antara ilmu fikih, tasawuf, dan pendidikan.